11. Sparkling

64 25 6
                                    

11

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

11. Sparkling

Aina Kaca melihat Laukaa dan Ruffana sedang berdebat di depan pintu perpustakaan, sementara tuan Caca sibuk melerai.

"Jangan meremehkanku!" Laukaa mengamuk.

"Aku sedang memujimu, karena sebelumnya kau lebih bodoh dari ini," balas Ruffana tajam. Dia beralih ke tuan Caca, "tuan Caca, katakan kalau dia bodoh."

"Kalian berdua sama-sama bodoh," balas tuan Caca kejam.

"Tuan Caca benar, tapi kau lebih bodoh!" Laukaa tak terima.

"Busuk sekali kata-katamu," kata Ruffana.

"Kata-kata harus busuk untuk peri busuk!"

"Bisa bertengkar di luar? Aku muak melihat kalian!" Tuan Caca semakin kesal.

"Ada masalah apa, tuan Caca?" Aina Kaca bertanya dan menyita perhatian karena cuma dia yang kaki nempel di dasar ruangan. Baik tuan Caca, Laukaa dan Ruffana, sama-sama melayang dengan sayap khas mereka mengepak pelan.

"Selamat, Laukaa," kata Ruffana melirik remeh pada Aina Kaca. "Derajatmu naik sedikit, karena sekarang ada yang lebih tidak berguna dibanding kau."

Kata-kata Ruffana terasa sakit di hati Aina Kaca, tapi dia tetap tersenyum. Toh ini bukan pertama kalinya. Setidaknya Ruffana masih membiarkannya hidup sampai hari ini.

"Aku anggap itu pujian, Ruffana," balas Aina Kaca santai.

"Ya, kamu memang perlu banyak pujian," tambah Laukaa memutar bola mata, malas memandang Aina Kaca.

"Siapa yang perlu pujian?" Hems datang tiba-tiba, membuat mereka tersentak hebat.

"Peri bodoh dari mana itu?" Tuan Caca bertanya, melirik remeh Hems yang cengar-cengir tak jelas sembari mengepakkan sayap lebarnya.

"Tuan Caca yang perlu pujian?" Hems bertanya dengan polosnya, berhasil mengundang amarah tuan Caca.

Tuan Caca menatap Hems tajam, telinganya sampai mengepul asap serta wajahnya yang merah padam. Hidungnya yang besar tambah menggelikan kala si empunya mengembang kempiskannya.

Nyali Hems menyusut seketika, dia segera mengalihkan pembicaraan. "Em, aku ke sini untuk bertemu Aina Kaca," dalihnya.

"Hah?" Aina Kaca mengernyit heran. Hems jarang sekali sengaja menemuinya kalau bukan ada maunya.

"Oh, ada Ruff dan Lauk, halo," sapa Hems garing. Sesekali dia melirik tuan Caca yang untungnya tak seseram tadi.

"Halo," balas Ruffana dingin.

AINA KACA (The Light's Stone)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang