17. Ketegangan
"Tempat apa ini?" Aina Kaca bergumam.Dia bergidik melihat lorong sempit yang dindingnya dipenuhi lendir hitam dengan air yang terus menetes dari atap. Aroma tempat itu sangat menyengat indra penciuman Aina Kaca, hingga dia ragu untuk melangkah masuk.
"Wow!" Ovie memekik tak biasa ketika dia sampai di samping Aina Kaca. Dia memandang jijik lendir-lendir di hadapannya. Dia bertanya sembari tangan menutup hidungnya, "Di Alam Peri juga ada got?"
Aina Kaca mengernyit, dia bertanya pada Ovie, "Apa itu got?"
Ovie mematung, dia lupa kalau Peri di hadapannya masih awam dengan istilah-istilah yang ia pakai di dunia nyata. Tiba-tiba dia kebingungan harus jawab apa.
"Waduh, gimana gue jelasinnya ini?" gumam Ovie pelan, sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dia berpikir keras, lalu menjelaskan dengan gaya bahasanya sendiri, "Got itu kayak lorong di pinggir jalan, tempat mengalirnya air, dan banyak lumutnya biasanya. Kalau di tempat gue biasanya dipakai buang pampers sama tetangga."
Aina Kaca memandang Ovie tanpa berkedip, otaknya masih loading dengan penjelasan Ovie yang sama sekali tidak bisa dimengerti. Dia membalas, "Aku tidak mengerti."
Ovie menghela napas kasar. "Gak usah dipikirin, ini lebih penting," tepisnya.
Aina Kaca kembali fokus pada lorong di hadapannya, Ovie juga ikut melihat-lihat setiap sisi. Langkah demi langkah mereka lewati dengan ragu, sesekali bergidik karena lendir hitam yang menjijikan.
Angin lembut tiba-tiba Aina Kaca dan Ovie rasakan, berasal dari ujung lorong. Ovie merinding, dia bersembunyi di balik punggung Aina Kaca.
"Apaan itu?" pekik Ovie. Dia jadi ingat film horor yang pernah dia tonton beberapa minggu lalu. Biasanya kalau ada angin seperti ini, pertanda kuntilanak dan kawan-kawan akan muncul. Ovie takut sekali.
Aina Kaca mempertajam penglihatannya, fokus pada sumber angin yang cukup gelap. Semakin lama dia perhatikan, semakin jelas pula yang terlihat.
"Ayo kita pergi aja dari sini!" Ovie gemetaran, dia menutup matanya rapat-rapat.
Jantung Aina Kaca berdegup kencang, ketika dia mendapati ada pergerakan di tempat itu. Dia sangat berharap jika yang muncul adalah Sameer.
"Siapa di sana?" tanya Aina Kaca.
"Gak usah ditanya!" tegur Ovie sudah kepalang takut.
Mata merah dalam kegelapan mengejutkan Aina Kaca, dia langsung panik dan menarik Ovie pergi meninggalkan tempat itu.
"Eh, apaan nih?" Ovie kebingungan, karena dia tak melihat apa yang Aina Kaca lihat.
"Ikuti aku, Ovie!" Aina Kaca menarik lengan Ovie, mengajaknya berbalik dan lari keluar lorong.
Wajah panik Aina Kaca membuat Ovie semakin ketakutan, pasalnya dia masih bertanya-tanya apa yang Aina Kaca lihat.
"Kita harus segera menemukan Sameer!" kata Aina Kaca.
Ovie mengangguk, ikut mencari di semua sisi gua. Dia berlarian ke sana ke mari, hingga sebuah lorong menarik perhatiannya karena sebuah teriakan yang ia dengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
AINA KACA (The Light's Stone)
Viễn tưởng"Semua peri memiliki sayap dan kekuatan. Mengapa aku tidak?" - AINA KACA🦋 🌼🌼 Sameer, seorang pria yang baru saja patah hati, terjebak di alam lain yang membuatnya menghadapi bahaya besar. Tak banyak yang percaya bahwa peri itu nyata. Namun, Samee...