"Naa!!"
"Nana!! Tunggu!"
"Jaemin!!"
"NA JAEMIN !!"
Teriakkan itu terdengar menggema disebuah lobi hotel berbintang yang cukup terkenal dengan kebebasannya itu. Ya maksudnya siapa saja dengan siapa saja bisa dengan bebas menginap disana, tak peduli entah orang itu ingin menginap sendiri, pasangan suami-isteri, ataupun pasangan-pasangan lain yang belum terikat status sah baik secara agama maupun secara administrasi kenegaraan.
Lelaki mungil yang sedari tadi namanya dipanggil itu tak merespon sedikitpun, ia tetap melangkah dengan pasti meski tubuh dan hatinya terasa remuk, hancur, bahkan mungkin sudah tak berbentuk lagi.
"Jaemin"
"Lepas!!"
Lelaki manis yang diketahui bernama Jaemin itu sontak menarik tangannya dengan kasar, saat seorang lelaki lain mencoba meraih lengannya bermaksud hendak menghentikan langkahnya.
"Jaemin!! Dengerin aku dulu!! Jangan kekanak-kanakkan deh Jaem!"
"JAEMIN!!"
"Lepas!! Apasih Jeno! Aku mau pulang! Aku gak mau berlama-lama ada ditempat haram ini menyaksikan kamu bercinta dengan orang lain, BRENGSEK!!"
/PLAK!!
"Jaga mulut kamu, aku gak suka denger kamu ngomong kayak gitu"
Runtuh sudah pertahanan diri yang sudah susah payah Jaemin bangun dan pertahankan sedari tadi. Ia tak ingin menangis, apalagi ini bukan untuk yang pertama kali baginya, ia sudah terlalu hafal dengan sifat dan kenakalan Jeno.
Selama ini ia selalu menerima dan memaafkan setiap kali Jeno menyakiti hati dan perasannya, meski telah sering kali ia meminta untuk berakhir, tapi tetap saja Jeno dengan segala caranya dapat kembali menaklukkan hati dan dengan mudahnya ia mendapat maaf lagi dan lagi dari Jaemin.
Jaemin sudah cukup muak sebenarnya, namun tak bisa ia pungkiri, ia sangat mencintai lelaki bermata sipit itu. Tak pernah ada yang bisa membuat Jaemin merasa nyaman dan bahagia selain Jeno, kehadiran Jeno dihidupnya benar-benar telah membuat hidup Jaemin begitu berwarna.
Ia tak akan lupa, bagaimana dihari ketiga ospek yang tengah mereka jalani, Jeno menyatakan cintanya didepan ratusan mahasiswa baru. Tentu, tak ada yang tak tahu tentang hubungan mereka, bahkan mereka menjadi pusat perhatian banyak orang sejak saat itu. Si tampan nan kaya raya dengan si manis yang memiliki otak yang pintar. Mereka benar-benar pasangan yang serasi, bahkan hampir setiap hari mereka selalu menebar keromantisan yang membuat siapa saja merasa iri karenanya.
Empat tahun bukanlah waktu yang sebentar, telah banyak hal yang mereka jalani, telah banyak kenangan yang sama-sama mereka ukir, dan telah banyak harapan yang juga sama-sama telah mereka langitkan.
Lalu kenapa? Kenapa waktu empat tahun itu tak jua bisa merubah Jeno? Bahkan semakin lama tingkahnya hanya semakin menyakiti Jaemin.
Apa Jeno bosan dengan Jaemin?
Apa Jeno sudah tak ingin bersama Jaemin lagi?Jawabannya adalah tidak.
Jaemin menyadari bagaimana rasa cinta Jeno semakin hari semakin besar padanya, bahkan ia juga tak pernah merasa kekurangan perhatian sedikitpun dari Jeno, ia tetap menjadi prioritas dan tetap jadi yang pertama dihati lelaki bermata sipit itu.
Tapi kenapa sifatnya yang satu itu tak jua bisa berubah?
Sekali lagi, ini bukan yang pertama kalinya Jaemin memergoki Jeno bermalam dengan orang lain, entah itu perempuan ataupun lelaki submisif lain, dikosan, di hotel, bahkan di apartemen milik Jeno. Entahlah Jaemin merasa pusing jika harus mengulang-ulang mengingat memori yang selalu itu itu saja yang menjadi hal yang akhirnya membuat mereka bertengkar hebat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love [NOMINJAE] 🔞
FanfictionCinta, ketulusan, kesetiaan, bahkan kehormatan yang telah Na Jaemin berikan, ternyata tak mampu mengikat seorang Lee Jeno, yang akhirnya malah memilih mengkhianati dan mematahkan harapan Jaemin untuk hidup bahagia bersama sang terkasih. Setelah sek...