Enam hari sudah terhitung Jaemin menghilang dari dunia Jaehyun, selama enam hari itu ia merasakan hukuman yang sangat berat, seakan Tuhan langsung memberinya balasan atas kesalahan yang telah mereka perbuat.
Selama enam hari yang berat itu Jaehyun tak bisa tertidur dengan nyenyak, ia selalu menghabiskan malam dinginnya di kamar sang adik yang terasa sangat hampa tanpa sentuhan dari sang pemilik.
Matanya menatap kosong pada boneka beruang besar yang Jaemin tinggalkan disana, tak terhitung telah berapa banyak air mata yang ia buang untuk menangisi kebodohan yang telah ia perbuat. Hal itu beriringan dengan kalimat maaf yang selalu terlontar dari mulutnya.
Dalam ketidakberdayaannya, ia hanya berharap bisa sekali saja menyampaikan permintaan maaf itu pada sang adik. Ia akan melakukan apa saja, asal Jaemin kembali dan mau memaafkannya.
Enam hari itu sebenarnya sudah cukup bagi Jaehyun untuk menghukum dirinya, ia kehilangan nafsu makan dan juga pola tidurnya yang terganggu, terkadang ia akan tertidur dalam waktu yang lama, namun setelah itu ia akan terjaga selama 46 jam lamanya.
Hal itu tentu turut mempengaruhi pekerjaannya, sudah lima hari ia tak masuk bekerja tanpa keterangan yang jelas. Namun ia tak mengkhawatirkan itu, semuanya terasa tak ada arti lagi bagi Jaehyun. Dunianya seakan gelap tanpa kehangatan.
Tubuh yang melemah itu akhirnya bisa tertidur ketika jam kamar telah menunjuk pukul 9 pagi. Sungguh, dunianya benar-benar telah kacau.
Matahari mulai hendak berpamitan dengan pergantian sang bulan, Jaehyun mulai membuka matanya dan menarik dirinya untuk memasuki alam sadarnya. Alisnya bertaut saat hidungnya menangkap aroma masakan khas yang berasal dari dapur. Dengan langkah gontai namun sangat penasaran, ia melangkahkan kakinya untuk menjawab rasa penasarannya.
Matanya sedikit berbinar ketika melihat sesosok perempuan yang sudah menginjak kepala lima namun tetap cantik itu tampak tengah menghangatkan beberapa makanan.
"Bunda udah pulang?"
"Aah Jae.. Udah, Bunda sampai rumah tadi siang, kamu kenapa hemm? Tumben-tumbenan baru bangun jam segini? Kamu gak kerja?"
Jaehyun hanya menggeleng lemah, ia tak tahu harus menjawab pertanyaan itu seperti apa.
"Kamu sakit?" Yoona lanjut bertanya setelah melihat kondisi anaknya yang tampak sangat kacau.
Kali ini ia hanya diam, Bunda benar, Jaehyun sakit, namun bukan fisiknya yang sakit melainkan perasaannya.
"Ya sudah, kamu mandi dan siap-siap gih, bentar lagi Ayah juga sampai, kita makan malam bareng, Nana juga"
"Nana?" Mata Jaehyun berbinar mendengar nama itu, ia tak dapat menutupi ekspresi bahagianya, akhirnya malam ini ia bisa bertemu dengan Jaemin setelah dihukum kerinduan yang hampir membunuhnya.
"Iya, udah gih sana bersih-bersih"
"Siap Bunda"
Yoona hanya menggeleng gemas melihat kelakuan anak sulungnya itu. Yoona merasa sangat senang melihat kedekatan dan ketergantungan antara Jaehyun dan Jaemin yang telah terjalin sejak mereka masih kecil.
Meski ia tak pernah tahu rasa terlarang yang terpendam dibalik itu semua, ia hanya berharap kedua anak kesayangannya itu bisa selalu saling menyayangi seperti ini.
* * *
Malam harinya seperti perkataan Bunda, keluarga bahagia itu berkumpul untuk melaksanakan makan malam keluarga yang sangat jarang bisa dilakukan.
Jaehyun merasa dirinya tengah dikerubungi suara-suara kerinduan yang hanya terarah pada satu sosok.
Namun tak seperti yang Jaehyun harapkan, Jaeminnya yang selalu ceria dan tak pernah bisa jauh darinya, malam ini justru tampak diam, dan mati-matian menghindari kehadiran sang kakak.
![](https://img.wattpad.com/cover/342802228-288-k232562.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love [NOMINJAE] 🔞
ФанфикCinta, ketulusan, kesetiaan, bahkan kehormatan yang telah Na Jaemin berikan, ternyata tak mampu mengikat seorang Lee Jeno, yang akhirnya malah memilih mengkhianati dan mematahkan harapan Jaemin untuk hidup bahagia bersama sang terkasih. Setelah sek...