"Apa? Dia mengatakan itu?" Chaeyoung menggebrak meja dihadapannya. Laburi dibelakangnya bergetar takut.
"Kau menantangku manusia?" Chaeyoung menggertakan giginya "Jika masalah yang kau mau, maka masalah yang kau dapatkan."
Chaeyoung berbalik "hadiahkan Thrice untuk menjadi pengantar tidur mereka."
"Thrice? Kau gila?"
"Sangat." dia berbalik pada Teudong dibelakangnya "kawanku Tzuyu, kenapa kau sangat khawatir?"
"Tapi Chaeng, mahluk itu tidak diterima di Twiceland. Oleh karena itu dia hidup di Onceland."
"Lalu apa masalahnya? Bukannya Park Jihyo menyukai tantangan? Mari kita lihat bagaimana mahluk ini membuat ambisinya membara hm? Cukup diam dan perhatikan."
Tzuyu menahan tubuhnya "apa yang kau cari dari semua ini Chaeng?"
Chaeyoung menegakkan kepalanya "tidak ada tempat untuk para pengusik Tzuyu. Mereka berdua mengusik kehidupanku duluan. Apa salahnya jika aku membalasnya juga?"
"Tapi tidak seperti ini bukan? Bahkan mereka tidak bisa masuk Onceland."
"Itu hanya berlaku untuk para Teudong Tzuyu, manusia bisa memasuki Onceland. Dan oleh karena itu aku sangat geram." Chaeyoung menatap lurus mata Tzuyu "aku sudah membiarkan Jeongyeon mengambil Mina dariku, dan sekarang aku tidak menerima siapapun lagi."
"Chaeng-
"Jika kau juga menentangku kembalilah Tzuyu, pergilah kerumahmu. Aku tahu kau merindukan Sana." Chaeyoung luruskan pandangannya kedepan "untuk apa kau disini? Bahkan tanpa tujuan? Kau hanya menyakiti dirimu sendiri. Bahkan kau tahu jika kau dan belahan jiwamu itu tidak memiliki masalah apapun. Kau hanya ikut-ikutan."
"Apa yang kau katakan Chaeng? Aku disini untukmu. Kau sahabatku ingat?"
"Kalau begitu maka biarkan aku melakukan apa yang ingin aku lakukan. Bukankah sahabat harus saling mendukung Tzuyu?"
Tzuyu melepaskan tangannya "aku tidak tahu jalan fikiranmu Chaeng."
"Maka diamlah! Aku akan melakukan ini sendirian jika kalian memang menentang keputusanku! Aku tidak masalah! Bahkan aku tidak membutuhkan kalian disini!"
Tzuyu menghembuskan nafasnya lelah, perkataan Chaeyoung kali ini membuat emosinya meletup didalam sana.
Chaeyoung pergi meninggalkan Tzuyu seorang diri. Tzuyu membuang muka, namun dia jangan terpancing, jangan.
o0o
"Selesai!" Jihyo menepuk tangannya saat berhasil membuat rakit yang akan mereka pakai untuk menyeberangi danau yang luas ini.
"Tapi ini akan memakan banyak waktu diatas air. Mungkin kita akan membutuhkan persediaan makanan untuk nanti."
"Kau benar. Kalau begitu aku akan mencari beberapa buah untuk nanti." Jeongyeon menarik Jihyo kembali duduk.
"Tidak Ji. Biar aku saja okay? Beristirahat lah Ini sudah malam, dan sepertinya kita akan bermalam disini saja. Besok kita lanjutkan perjalanannya,"
"Kenapa begitu?"
"Perjalanan malam diatas air sangat berbahaya. Sudah kau diam saja disini, Savely, temani dia okay?"
Savely memberikan pose hormat padanya. Jihyo menghela nafasnya lalu mengangguk, memainkan bara api dihadapannya.
"Kau lapar?"
Savely mengangguk. "Aku juga. Mari kita tunggu Jeongyeon kembali dan lihat apa yang dia bawa."
Mereka menunggu Jeongyeon beberapa saat. Sedangkan didalam hutan sana, Jeongyeon mencari buah atau semacamnya yang bisa mereka makan dengan obor ditangannya.
"Mereka kejam sekali meminta Jihyo berpetualang seorang diri tanpa bekal makanan" gumamnya dan menemukan beberapa buah tergantung di pohonnya.
Kini dia memiliki pedangnya kembali, dengan lihai menebas daun dan ranting yang menghalangi jalannya hingga dia merasakan gempa yang menggetarkan tanah yang dia pijak.
"Apa ini?" dia berjongkok hingga getaran itu berhenti. Perasaannya tidak enak, "aku harus segera kembali."
Setelah menemukan beberapa hal yang bisa mereka makan, Jeongyeon kembali ke tempat mereka tadi, sayangnya disana dia tidak mendapati Jihyo ataupun Savely.
"Ji? Jihyo-yaa!" dia meletakkan beberapa bahan makanan tadi dan menyusuri sekitar, api unggun yang sudah padam membuat kekhawatirannya semakin meradang. "Apa aku pergi terlalu lama?" gumamnya.
Dia pergi menyusuri danau dengan berbekal pedang dan obor "Jihyo-yaa!"
"Harusnya aku tidak membiarkannya sendiri."
"Jeongyeon bodoh."
Dengan kekhawatiran luar biasa dia terus menyusuri jalan hingga tak menemukan jalan lain. Terpaksa dia kembali.
Lututnya sudah lemas, takut jika terjadi sesuatu padanya. "Kau dimana Jihyo!"
Clak
ClakSuara air mengambil atensinya. Secepatnya dia berlari kearahnya. Dilihatnya tentakel besar yang masuk kedalam air.
"Tidak... Jangan bilang..."
Cring
CringJeongyeon berbalik pada Savely yang terlihat lelah "Hey dimana Jihyo?!"
Dia menunjuk kearah danau dengan gemetaran, Jeongyeon menggeleng "Jihyo!"
Tanpa fikir panjang dia masuk kedalam air dengan pedang ditangannya. Keadaan sangat gelap, ke kembali kedaratan "Ikut aku."
Savely mengangguk, mereka kembali masuk kedalam air, dengan cahaya dari Savely dia menyusuri danau dengan teliti, hingga dia menemukan tentakel besar mengelilinginya.
Dia semakin khawatir pada Jihyo. Tidak, dia yakin Jihyo bisa mengatasi mahluk ini tanpanya, tapi dia begitu kelelahan tadi.
"Nggh!" Jeongyeon berbalik pada Jihyo yang hampir kehabisan nafas dibawah sana. Tubuhnya dijerat tentakel besar mahluk yang biasa disebut
"Thrice"
Dengan segera Jeongyeon berenang kearahnya. Namun itu juga bukan hal yang mudah karena tentakel lain menghalanginya. Dia melayangkan pedangnya berkali-kali, namun keadaan air membatasi pergerakannya.
Sekuat tenaga dia menjauhkan diri dari tentakel itu untuk menggapai Jihyo. Tatapan gadis itu sudah sangat lelah dan badannya lemas.
Udara yang dia miliki juga mulai menipis, susah payah dia mengayunkan tangannya dan seketika tentakel yang menjerat Jihyo terputus dari badannya.
Sesegera mungkin dia berenang kedaratan membawa Jihyo yang mulai kehlangan kesadarannya.
"Hah!" Jeongyeon menghirup udara sebanyak mungkin.
Dan menarik Jihyo kedaratan. "Hey, bangunlah." ditepuknya pipi Jihyo beeharap dia terbangun.
"Bangunlah!" Jeongyeon menekan dadanya berharap dia bangun.
"Jihyo-yaa dimana perkataan penuh ambisi mu hah? Jangan tinggalkan aku seperti ini! Kita hampir sampai bodoh!"
Savely menatap Jeongyeon sedih. Jeongyeon menggeleng kuat "buka matamu! Bukalah!"
Belum beduk anjim
KAMU SEDANG MEMBACA
Twiceland [𝕮𝖔𝖒𝖕𝖑𝖊𝖙𝖊𝖉]
FanfictionJika kau mendengar gemerincing lonceng di pagi hari, bukalah jendela kamarmu. Biarkan para Laburi datang dan memenuhi rumah ini dengan kebahagiaan. "Jika aku menemukan Laburi Laburi itu... Sungguh... Aku akan menggigit telinga mereka. Menyebalkan!" ...