Dilangit sana bulan purnama terlihat jelas, sinarnya menembus kedalam gua. Chaeyoung menatap kosong cahaya itu. Biasanya Mina akan menggenggam tangannya dan menikmati cahaya ini berdua. Hanya berdua.
Hingga bulan tak lagi terlihat, namun Mina masih setia menggenggam tangannya.
"Katakanlah, apa alasan dari genggaman berkepanjangan ini?"
Mina melirik tangannya "nyaman."
Hanya kata sederhana namun itu mampu membuat sesuatu menggebrak dada Chaeyoung dari dalam.
"Ada yang berpesta disini."
"Hm?"
Mina menunjuk dadanya "jantungku berdebar."
"Jantungku juga."
Duduk mereka saling berdempetan seolah jarak tak berlaku lagi. "Saat ikatan terakhir kita selesai, aku akan membawamu bersamaku. Kau akan ikut denganku kemanapun aku pergi Minari." ditatapnya mata Mina penuh arti.
Mina menggenggam tangan Chaeyoung yang mengusap pipinya "karena aku tidak bisa menjalani hariku tanpamu Chae."
Tatapan intens, menyelam kedalam mata pasangannya, seolah memiliki pemikiran yang sama, Mina menutup matanya kala Chaeyoung semakin mendekatkan wajahnya.
"Chaeng,"
Lamunan Chaeyoung buyar saat mendengar panggilan sahabatnya.
"Y-ya?"
"Apa yang kau lakukan disini? Ayo ikutlah." Tzuyu menarik tangannya.
"Kau akan membawaku kemana?"
"Ikut saja. Jangan banyak bicara."
"Tapi aku-
"Ah ah ah, aku hargai keputusanmu, tapi aku tidak menerima penolakan mu okay?
"Tzuyu," akhirnya Chaeyoung mau Tzuyu bawa kemana dia pergi.
Diluar Gua, ada Dahyun bersama banyak Laburi mengelilinginya. "Sekte apa lagi ini?" tanya Chaeyoung.
Dahyun berbalik dan memberikan Chaeyoung obor. "Ayo, saatnya telah tiba."
Chaeyoung mengernyitkan keningnya "saat apa?"
Dahyun tersenyum dan melirik sosok Chaevely yang sudah memberikan hormat padanya tanda jika mereka sudah siap.
Dahyun menuntun Chaeyoung untuk membakar tali dihadapannya hingga terputus.
Tak lama beberapa Laburi terlempar keatas langit lalu bersinar dan meledakkan kekuatannya.
Chaeyoung menutup mata lalu tertawa, itu Davely. Angin berhembus kencang menerpa mereka bertiga. Selanjutnya bergantian terus- menerus hingga semua Laburi merasakan hal yang sama.
"Apa itu?" tanya Jeongyeon yang sedang berdiri diatas tebing.
"Kembang api? Disini ada kembang api? Siapa yang membuatnya?"
"Kembang apa?"
"Kembang api. Itu adalah cahaya yang naik keatas langit lalu meledak menciptakan pemandangan indah. Di duniaku banyak yang seperti itu, biasanya banyak disaat tahun baru."
Jihyo menjelaskannya sambil menggelar daun yang akan menjadi tempatnya tidur.
"Kau bisa membuatnya?"
"Tidak, aku belum sempat bertanya cara membuatnya pada ayahku."
Tadi mereka melanjutkan perjalanan sebentar dan berakhir diatas tebing. Dari sini mereka bisa melihat gunung merapi Onceland dengan kawahnya yang berapi-api.
Malam itu langitnya cerah, kelap kelip bintang terlihat jelas dilangit yang tinggi itu. "Kau pernah menyesal akan sesuatu yang pernah kau lakukan dihidupmu?" tanya Jeongyeon.
Jihyo menoleh "tentang apa? Aku banyak menyesal belakangan."
"Cinta?"
Jihyo menaikkan sebelah alisnya, "sebenarnya aku tidak mau menceritakan ini pada siapapun. Tapi berhubung kau satu-satunya temanku belakangan, akan aku ceritakan ini padamu,"
"Jadi jika kau mengkhianatiku akan aku dorong kau ke Laburing agar bisa tidur panjang seperti Mina."
Jeongyeon mengerlingkan matanya malas, "Ya ya ya katakanlah."
Jihyo tidur terlentang menatap bintang diatas sana, "aku... Pernah menemukan sosok yang pernah kukira adalah belahan jiwaku."
"Tapi... Aku terlalu terhanyut dalam ambisiku untuk mendapatkan beasiswa hingga dia kehilangan diriku, perhatianku. Bodohnya aku lebih memilih apa yang membuatku terhanyut saat itu."
"Dan saat aku gagal, aku baru menyadari jika aku kehilangan segalanya. Dia meninggalkanku, dan aku gagal mendapatkannya."
Dia mengusap kepala Laburi yang tertidur disampingnya lalu menghela nafas, "Untuk beberapa saat aku merasakan frustasi untuk semuanya, lalu memilih kembali pulang pada ayahku. Sialnya aku tersesat kemari, itu penyesalan terakhirku."
"Hey ayolah, setidaknya kau bisa merasakan petualangan menegangkan ini"
"Ya ya ya, petualangan yang menyenangkan."
"Apa yang akan kau lakukan setelah misi mu selesai Ji?"
"Entahlah, mungkin aku akan mencoba bermain permainan papan, minum coklat panas, menyelesaikan puzzle,"
Jeongyeon meliriknya "kau akan mendapatkan hadiah atas keberanianmu mengambil resiko ini."
"Oh ya? Termasuk mengembalikan kekasihku?"
Jeongyeon mengedikkan bahunya "kau tahu? Kembali pada orang yang sama hanya melakukan kebodohan secara berulang."
"Dan aku sedang membantu kebodohan seseorang. Kau fikir untuk apa aku melakukan perjalanan ini? Membujuk seseorang yang sedang patah hati untuk menerima belahan jiwanya kembali? Kenapa dia tidak menerima fakta jika dia sudah ditinggalkan?"
"Hey, mereka itu saling terhubung, mereka harus kembali."
"Begitupun dengan aku. Kau fikir kenapa aku menginginkan dia kembali?" Jihyo mendelik "lagipula sudah tahu mereka itu belahan jiwa, masih saja ingin merusak hubungan orang."
"Hey, aku-
"Selamat malam."
Jeongyeon mengatupkan mulutnya saat Jihyo tertidur membelakanginya. "Dasar manusia."
o0o
"Kau yakin bisa mengatasi ini? Efek jamur ini begitu besar." Sana melihat botol ramuan yang sudah jadi ini.
"Lalu kita harus apa Sana? Sudah berulang kali kita mencoba, apakah harus menyerah disini hanya karena ragu akan hasilnya?"
Sana terdiam, dia hanya takut terjadi sesuatu pada sahabatnya. Tidak, dia juga tidak meragukan Nayeon, tapi dia tidak bisa bohong akan kerisauan yang dia rasakan.
"Aku akan bertanggung jawab atas apapun yang terjadi pada sahabatmu Sana. Aku berjanji." Nayeon menggenggam tangannya.
Sana tersenyum simpul dan menggapai tangan Nayeon, "aku percaya padamu. Tapi aku juga tak bisa memungkiri kekhawatiranku pada Mina."
"Aku mengerti keadaanmu Sha. Sangat mengerti, aku juga tidak mau terjadi sesuatu pada Mina, dia sudah kuanggap saudariku sendiri."
Sana melepaskan genggamannya "lakukanlah. Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi jika belum mencobanya bukan?"
Nayeon mengulum bibirnya, sekarang dia yang tidak yakin. Bagaimanapun juga, yang terkandung dalam jamur ini bisa menimbulkan efek yang luar biasa.
Tangan lebarnya mencengkeram erat botol kecil itu.
"Teman-teman, sepertinya aku bisa membantu keresahan kalian."
Kedua orang itu berbalik pada Momo diambang pintu.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Twiceland [𝕮𝖔𝖒𝖕𝖑𝖊𝖙𝖊𝖉]
FanfictionJika kau mendengar gemerincing lonceng di pagi hari, bukalah jendela kamarmu. Biarkan para Laburi datang dan memenuhi rumah ini dengan kebahagiaan. "Jika aku menemukan Laburi Laburi itu... Sungguh... Aku akan menggigit telinga mereka. Menyebalkan!" ...