Semua terjadi begitu cepat. Sebenarnya tidak ada yang menyangka ini akan terjadi, tetapi di sinilah Wei Wuxian, kembali terjebak bersama Lan Wangji.
"Lan Zhan, kurasa kita bisa bicarakan ini baik-baik."
Lan Wangji menoleh sejenak, lalu kembali fokus ke depan. "Tidak ada yang melarangmu berbicara," jawabnya.
"Benar! Tapi tidak dalam kondisi terikat seperti ini!" Wei Wuxian mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Kedua tangan itu diikat dengan kain panjang berwarna putih yang entah kenapa sangat kuat. Wei Wuxian sudah berusaha melepaskannya sejak awal, tetapi kain itu tidak bergeming. Padahal jika dilihat itu hanyalah selembar kain tipis.
"Kau akan kabur."
"Aku tidak akan kabur," jawab Wei Wuxian yang bisa diragukan kebenarannya.
Terbukti, Lan Wangji hanya melirik ikatan tangan Wei Wuxian sekilas, sebelum kembali fokus menyeret Wei Wuxian.
Mereka telah sampai di pegunungan. Hanya saja pegunungan ini tampak lain, terakhir kali Wei Wuxian mengunjungi gunung ini, sejauh mata memandang hanya ada salju. Namun, sekarang ia bisa melihat pohon dan rerumputan.
"Kau yakin tidak salah jalan? Ini bukan jalan menuju Gusu." Wei Wuxian menyuarakan pikirannya.
"Tidak." Pegangannya pada ujung tali yang mengikat Wei Wuxian ia eratkan. Hanya untuk berjaga-jaga.
"Lalu, di mana saljunya?" tanya Wei Wuxian bingung.
Lan Wangji tidak menjawab, ia hanya terus menyeret Wei Wuxian hingga sampai ke pedesaan yang ia kenali.
Seorang pria yang memiliki paras nyaris sama dengan Lan Wangji keluar dari salah satu rumah di sana. Pria itu memiliki senyum sehangat mentari, ia mendekati mereka berdua dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya.
"Wangji, kau sudah kembali. Bagaimana perjalananmu?" Pria itu tak lain adalah kakak kandung Lan Wangji, yaitu Lan Xichen.
"Baik." Lan Wangji melirik ke Wei Wuxian, tatapan matanya diikuti oleh Lan Xichen.
"Ah, kau membawanya. Selamat datang Wei-Gongzhi," sapa Lan Xichen, mencoba sopan.
Wei Wuxian ingin menggaruk kepalanya, tetapi kedua tangan yang diikat kencang membuat ia tidak bisa melakukan itu. Jadi, Wei Wuxian hanya nyengir kecil, dan memberikan tatapan meminta tolong kepada Lan Xichen.
Wajah Wei Wuxian jelas tertulis, "Tolong lepaskan ikatan tanganku.
Lan Xichen menangkap sinyal itu, tetapi ia lebih memilih mengabaikannya. "Kau pasti lelah, ayo makan dulu baru beristirahat."
"Oh, aku sangat kelaparan. Aku aku berikan aku makan juga." Itu Wei Wuxian, pria yang tidak kenal malu mengajukan diri untuk diajak makan bersama.
"Tentu, ada banyak makanan. Aku yang memasak hari ini." Lan Xichen kembali tersenyum pada Wei Wuxian.
Mendengar itu Wei Wuxian balas tersenyum. Ia sudah mencicipi ikan bakar buatan Lan Wangji, kedua saudara ini memiliki kemampuan yang sama. Harusnya masakan Lan Xichen tak kalah enak dari masakan adiknya.
Mereka bertiga pergi ke ruang besar. Wei Wuxian menduga ini rumah mereka, atau tempat tinggal kepala suku. Dibanding rumah-rumah yang lain rumah yang ini jauh lebih besar.
"Bau apa ini?" tanya Wei Wuxian saat ia baru saja memasuki rumah.
Lan Wangji tidak bergeming, wajahnya masih sedingin es.
"Ah, bukan apa-apa. Aku hanya mengacau sedikit. Mari." Lan Xichen membawa mereka ke ruang makan.
Ruangan itu hanyalah sebuah ruang minimalis, yang terdiri dari meja bundar. Meja itu telah terisi makanan, yang terlihat cukup banyak.
![](https://img.wattpad.com/cover/236591742-288-k197865.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
All Of Wangxian (One Shoot)
Roman d'amourKelas pertama pagi ini bertema menggambar sketsa manusia. Namun apa yang akan terjadi jika yang dinginkan Lan Wangji hanyalah menggambar Wei WuXian? "Ini tidak akan berakhir baik" - Wei WuXian- "Wei-Laoshi....maafkan aku" -Lan Wangji-