You're Destiny

2.4K 262 22
                                    

Selamat membaca :)

Langit senja yang mengisi cakrawala menjadi satu-satunya teman pemuda itu. Seorang pria dengan pakaian putih khas rumah sakit duduk di kursi sendirian. Menatap datar hamparan daun yang berguguran memenuhi halaman rumah sakit.

"Aku ingin pulang ...." gumamnya pelan.

"Wangji?"

Mendengar seseorang memanggil namanya membuat pria berwajah datar itu menoleh ke sumber suara.

"Xiongzhang." Lan WangJi menatap datar kakak laki-lakinya yang berjalan mendekatinya dengan ekspresi cemas.

"Wangji, jika ingin keluar katakan dulu padaku, aku khawatir kau keluar sendirian." Lan Xichen saudara Lan Wangji tidak bisa berhenti menatap cemas pada adiknya.

"Aku tidak apa, Xiongzhang tidak perlu khawatir." Lan Wangji menjawab tanpa mengalihkan perhatiannya dari daun yang berguguran.

"Tapi angin musim gugur tidak baik untuk kesahatanmu, ayo kembali keruanganmu." Lan Xichen berkata dengan lembut mencoba membujuk adiknya dengan pelan.

Menatap ekspresi cemas yang tidak hilang di wajah kakaknya membuat Lan Wangji tidak punya pilihan selain beranjak dan mulai berjalan memasuki rumah sakit kembali keruangannya, ruangan tempat ia menghabiskan lebih dari setengah hidupnya di sana.

"Xiongzhang, kapan aku bisa pulang.?"

Masih dengan wajah datarnya Lan Wangji memasuki ruangannya duduk di ranjang rumah sakit itu dengan tenang.

Ada jeda yang cukup panjang sebelum Lan Xichen tersenyum lembut dan berkata dengan pelan, "Sebentar lagi, Wangji bisa kembali ke rumah."

Lan Wangji tahu apa yang diucapkan kakaknya tidak sepenuhnya benar, ia tahu benar kondisi jantungnya yang semakin hari semakin memburuk.

"Baiklah." Lan Wangji mengangguk pelan. Membaringkan tubuhnya menatap langit-langit ruangan dengan tatapan datar.

Lan Xichen mendekat menaikkan selimut menutupi setengah tubuh adiknya dengan selimut itu, "Tidurlah, aku akan kembali saat malam nanti."

"Tidak apa, Xiongzhang istirahat saja di rumah istrimu menunggu."

Lan Xichen menghela napas ia memang sudah lama tidak tidur di rumah karena menemani adiknya yang kembali kambuh untuk kesekian kalinya.

"Wanyin, akan mengerti aku tidak bisa membiarkanmu sendirian."

"Tidak apa, malam ini pulanglah Xiongzhang" Lan Wangji tetap bersikeras menyuruh kakaknya pulang.

Melihat tidak ada tanda-tanda adiknya akan mengalah Lan Xichen dengan terpaksa menyetujuinya. "Baiklah, tapi aku akan datang besok pagi-pagi sekali."

"Mn."

"Istirahatlah Wangji, aku pulang." Lan Xichen menepuk pelan kepala Lan Wangji memberikan senyum terakhir pada adiknya dan beranjak dari ruangan itu.

Lan Wangji menatap kakaknya yang mulai keluar dari ruangan itu. "Mn, hati-hati"

"Tentu." Jawab Lan Xichen sebelum benar-benar menutup pintu ruangan Lan Wangji.

***

M

alam mulai larut rumah sakit itu sudah sangat sepi hanya alat-alat kedokteran yang terdengar di sepanjang lorong rumah sakit. Begitupun di ruangan Lan Wangji sunyi tanpa ada suara, pria itu sedang tidur lelap, namun suara berdebum memecah keheningan malam itu.

"Huaisang, sialan! Seenaknya menendangku turun!"

Lan Wangji tersentak mendengar suara keras itu segera bangun dan melihat keseliling ruangannya.

All Of Wangxian (One Shoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang