3/10

52 13 0
                                    

Part 3. Si MLYT Naik Level

Pagi ini, Mingyu bertekad menjadi dirinya yang biasa di depan Sakura. Ia cukup terpukul dengan kejadian kemarin. Pemuda itu tidak pernah tahu jika Sakura pernah pacaran, dan parahnya, mantan gadis itu ada di kampus yang sama dengan mereka. Jadi, ia tidak boleh lengah, jangan sampai ia keduluan lagi. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk meleyot dan memperlebar jaraknya dengan sang pujaan hati.

Dia harus menunjukkan sisi ekstrovertnya pada Sakura. Ya, dia pasti bisa.

Selama masa OSPEK ini semua maba dilarang membawa transportasi pribadi, mau tidak mau ia harus meninggalkan motornya di kos dan berjalan kaki. Sementara, fakultasnya berada di lahan yang cukup tinggi dibanding jalan raya, sehingga untuk sampai ke sana, Mingyu harus melalui jalan menanjak yang cukup menguras tenaga.

Untung saja ia berangkat pagi, sehingga udaranya masih sejuk. Ditambah, kampusnya ini cukup rindang. Ada banyak pepohonan ditanam di sepanjang jalan yang dia lewati. Saat hampir sampai, ia melihat siluet seorang gadis yang berjalan dari arah berlawanan. Itu Sakura, yang juga baru datang.

Gadis itu fokus melihat ponsel di tangannya, terhubung dengan kabel earphone yang ia kenakan di telinga kanan. Rambut panjangnya dikuncir tinggi, dengan poni membingkai sisi wajahnya. Ia memakai seragam yang sama dengan Mingyu, dan ribuan maba lain tentunya.

Seperti sadar sedang diperhatikan, gadis itu mendongak. Saat itu juga lah mata mereka bertemu. Selama beberapa detik itu, Mingyu dapat merasakan jantungnya berdebar-debar dengan tempo cepat. Apalagi saat melihat senyuman Sakura yang ia yakin ditujukan untuknya.

Duh, jadi baper...

"Pagi Kak Mingyu," gadis itu menyapanya duluan.

Mingyu merasa bibirnya sedikit kelu, sehingga bicaranya terbata.

"Pa-pagi juga Ra," ujarnya terdengar canggung.

"Tumben jawabnya agak panjang kak?"

Alisnya terangkat sebelah, tampak heran dengan sikap Mingyu yang tidak biasa. Sepertinya, kemarin pemuda itu masih menjawab pertanyaannya dengan singkat, seakan tidak menunjukkan kepedulian. Tapi, sebenarnya itu bukan perubahan yang buruk. Sakura tersenyum tipis.

"Aneh... ya?"

"Bagus dong, bukan aneh."

"Hari ini kegiatannya masih outdoor kayaknya ya?"

Mingyu mengangguk membenarkan. Matanya menyipit ketika mendongakkan kepala, meski masih pagi, tapi langit hari ini terlihat cerah tanpa awan mendung. Ia bisa menebak kalau matahari siang nanti pasti akan menyengat seperti kemarin. Mungkin, ini yang dinamakan simulasi panasnya api neraka.

Waktu pun berlalu dengan cepat. Serangkaian acara berjalan dengan lancar, sampai di tengah hari mereka diberikan waktu istirahat untuk ISHOMA. Mingyu memanfaatkan waktu itu untuk pergi ke toilet, berniat mencuci wajahnya yang terasa berat oleh debu yang menumpuk. Maklum, kegiatan hari ini lebih berat dibanding hari sebelumnya.

Semua maba fakultasnya seharian full ditempatkan di lapangan, di tengah teriknya matahari siang bolong. Selain keadaan wajahnya yang tidak lagi kondusif, sisa-sisa parfum yang Mingyu kenakan tadi pagi juga sudah tidak tercium jejaknya, terhapus oleh bau keringat yang lebih dominan.

"Mau kemana kak?" tanya Sakura yang memilih meneduh di bawah pohon bersama tumpukan tas maba-maba lainnya.

Teman-teman mereka sebagian besar sedang menunaikan ibadah, ada juga yang pergi ke kantin untuk membeli makan siang, sehingga keadaan lapangan tidak begitu ramai seperti tadi. Sakura sendiri sebenarnya juga ingin ikut ke kantin, tapi setelah teringat papanya sudah menyiapkan bekal, ia hanya menitip es teh kepada salah satu teman barunya.

Mending Kamu Pilih Aku, RaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang