Deleted Scene (1)

36 11 0
                                    

Part 2.1. Papa Chanyeol, penghalang terbesar MLYT

"Kamu ga ngerti karena kamu belum jadi orang tua Ra. Dia itu kuliah di kampus ini pasti karena pengen deket-deket kamu!"

Chanyeol tidak terima. Ia merasa tidak ada yang salah dengan sikapnya. Ia menyatakan pembelaan diri dengan asumsi yang dia simpulkan sendiri. Lagi pula, siapa yang tidak akan tergila-gila pada putrinya? Sakura mewarisi visual gabungan antara dia dengan mantan istrinya yang rupawan, jelas hasilnya tidak akan zonk. Ditambah attitude dan kapasitas otaknya, jelas tidak ada tandingan.

"Mantan ya mantan pah, cuma status. Dan kampus aku salah satu kampus favorit, wajar kalau dia kuliah di sini apalagi dia domisili sini juga."

"Pokoknya papa ga suka kamu dekat-dekat dia. Seperti yang kamu bilang, mantan ya mantan, gausah ada drama balikan!" Chanyeol cukup keras untuk yang satu ini.

Ia mengenal putrinya. Sakura itu walaupun aslinya penurut, tapi jika menyangkut hal-hal yang ingin ia perjuangkan, akan menjadi orang paling keras kepala di dunia. Bahkan, Chanyeol pun tidak akan bisa melarangnya kalau ia sudah bertekad. Jadi, kalau ia bisa melepaskan Younghoon begitu mudahnya, Chanyeol tidak yakin putrinya benar-benar memiliki perasaan pada pemuda itu.

Daripada Sakura hanya bermain-main dengan perasaannya, lebih baik ia fokus dengan studinya saja. Dengan begitu, Chanyeol juga akan merasa lebih tenang.

"Iya papaku sayang," gadis itu mengiyakan tanpa perlawanan.

Akhirnya, lampu lalu lintas yang tadinya berrwarna merah kini berganti menjadi hijau. Perlahan, mobil mereka pun kembali melaju di tengah kepadatan jalan. Topik pun kembali mengalir, kali ini tentang pengalaman ospek Sakura di kampus barunya.

"Gimana first day-nya?"

"Biasa aja, kayak ospek pada umumnya."

"Nothing special?" Tanya Chanyeol, merasa penasaran.

Gadis itu akan menjawab tidak, namun setelah dipikir-pikir...

"Ada."

"Apa nih? Kok kayaknya seru?"

Chanyeol antusias ingin mengetahui apa yang dialami putrinya seharian ini di kampus. Ia jadi merasa nostalgia dengan pengalamannya sendiri kala menjadi maba. Mayoritas memang diisi dengan stress akan tugas dengan deadline mepet dan atribut-atribut aneh yang harus dikenakannya sebagai bagian dari kegiatan tahunan itu. Selain itu, ia juga agak waswas dengan senioritas di kampus Sakura. Mengingat saat dirinya menjadi maba dulu, penggojlokan semacam itu sudah seperti tradisi.

Tapi, tampaknya sekarang sudah jauh berbeda. Ia lihat penampilan Sakura biasa saja, rapi dan tidak ada atribut aneh-aneh. Justru sepengelihatannya, tugas-tugas putrinya sesuai dengan jurusan yang diambil oleh gadis itu, mengedepankan logika. Ia jadi penasaran, apakah senioritas masih lumrah di zaman ini?

"Aku ketemu Mingyu."

Mendapat jawaban yang tidak sesuai ekspektasi, apalagi sepertinya ini menyangkut pria, Chanyeol pun tidak bisa menahan kesal.

"Mingyu itu siapa lagi? Kok banyak banget sih cowok yang dekat sama kamu?"

Cuma dua memang, tapi selama lebih dari satu, maka sah-sah saja untuk menganggapnya banyak. Ia jadi was-was.

"Mingyu itu kakaknya Eunchae."

"Eunchae sahabat kamu itu?"

Sakura mengangguk membenarkan.

"Kamu dekat sama si Mingyu-Mingyu itu?"

"Lumayan. Orangnya gak banyak omong sih, jadi aku enjoy di deketnya."

"Pokoknya kamu harus inget pesan papa ya Rara, jangan pacaran dulu. Kamu itu masih anak-anak!" Chanyeol lagi-lagi memberi wejangan pada Sakura. Mewanti-wanti agar gadis itu tidak dulu memecah fokusnya ke hal yang menurut pria itu masih belum penting di usia remaja.

"Pa, aku udah mahasiswa, bukan anak-anak lagi."

Sakura protes. Dia jelas tidak bisa dikategorikan sebagai anak-anak. Tapi di mata papanya, Sakura akan selalu menjadi gadis kecil kesayangannya, yang masih suka bersembunyi di ketiak papanya karena takut bertemu orang lain.

"Tapi di mata Papa kamu masih anak-anak."

"Kalau gitu sampai aku jadi nenek-nenek pun masih akan jadi anak kecil di mata Papa."

"Makanya kamu jangan terlalu cepat dewasa RA, papa kan gak siap," Chanyeol menghela napas, mendadak mellow melihat pertumbuhan putri kecilnya yang kini sudah beranjak dewasa. Rasanya, baru kemarin gadis itu mengompol dalam gendongannya.

"Gak janji ya Pah."

Chanyeol kebingungan.

"Apanya?"

"Pokoknya gak janji."

"Apanya yang gak janji?" Pria itu semakin mendesak putrinya untuk mengatakan apa yang dia maksud sebenarnya.

"Awas di depan belok kanan loh Pah, nanti kebablasan lagi. Jalan ini kan satu arah, kalau kelewat ribet muternya jauh, macet."

"Iya iya, siap."

Sakura memejamkan matanya. Untung saja perhatian papanya mudah dialihkan, kalau tidak pasti repot sekali berdebat dengan ayahnya. Namun, tidak mudah baginya untuk menekan perasaan, apalagi ketika orang yang disukainya berada di dekatnya.

Maaf Pah, ucapnya dalam hati.

TO BE CONTINUED!

Thanks for your time, hope you enjoy reading this story...

Bloomin'S

Mending Kamu Pilih Aku, RaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang