"Denger ya, bukan berarti karna kamu istriku..kamu bisa dapat perhatian aku dan bisa nyentuh-nyentuh aku juga. Pernikahan ini cuma karna kesalahpahaman, palingan cuma bertahan sementara"
'Hhmm..sudah ku duga reaksinya bakalan kayak gini. Lagian kamu kira aku juga mau nikah dengan cara kayak gini. Prinsipku nikah hanya sekali seumur hidup, jadi aku ngga bakal biarin hubungan ini cuma sementara. Yang bener aja..masa baru nikah udah jadi janda karna pisah. Mending dari awal ngga usah nikah aja' Batin Ema sambil melihat kepergian suaminya yang dengan perlahan menghilang dari balik pintu kamar mereka.
...
"Pagi ma.." ucap Ema kepada Rumi yang sedang menyiapkan sarapan di dapur.
"Pagi anaknya mama. Udah rapi aja nih"
"Iya dong, kan mau prepare pindahan ma" ucap Ema berjalan ke arah meja makan.
"Aduh..anak mama semangat banget mau pindah. Seneng ya jauh-jauh dari mama sama papa" Rumi menghampiri meja makan dan meletakkan beberapa sarapan untuk mereka santap.
"Astaghfirullah...ngga gitu ma. Kan janjian ketemu sama yang punya rumah pagi-pagi ma. Lagian kan mama yang ngatur keberangkatan Ema. Kok jadi Ema sih yang dikatain mau jauh-jauh. Mama sama papa ngga sih yang pengen jauh-jauh dari anaknya" ucap Ema yang langsung menyantap sarapannya.
"Ya ngga dong sayang. Ini kan demi kenyamanan kamu juga" ucap Rumi yang ikut menyantap sarapan.
"Lagian kenapa juga sih ma, pake nyuruh aku cari tempat. Aku juga ngga masalah loh pergi kerja jauh-jauh"
"Iya..kamu ngga masalah. Tapi mama sama papa yang khawatir nak. Kamu itu perempuan, tempat kerja kamu jauh dari rumah. Jadi demi cari aman, kamu tinggal di rumah temen mama. Kan mama udah pernah bilang, rumah temen mama Deket sama tempat kamu kerja. Jadi mama papa ngga terlalu khawatir lagi sayang"
"Iya deh iya. Ema ikut aja apa kata mama papa. Oia, papa mana ma? Ema baru nyadar kalau ngga ada papa" tanya Ema kepada Rumi.
"Papa kamu udah berangkat kerja duluan. Katanya ada meeting jadi buru-buru perginya" Ema pun mengangguk tanda mengerti.
"Ma..mama bilang aku bakal tinggal di tempat temen mama. Itu berarti aku satu rumah dong sama temen mama"
"Ya iya dong sayang. Pasti serumah, kamu mau tidur di luar hmm?"
"Eh ngga gitu maksud Ema ma.. maksudnya, siapa tau temen mama kayak punya dua rumah. Terus yang satunya di buat sewa atau kos"
"Ooo ngga kok. Kamu beneran tinggal serumah sama temen mama. Katanya dia punya kamar yang ngga kepakai. Jadi lumayan kan" Ema pun kembali mengangguk. Ema dan Rium melanjutkan sarapan mereka hingga selesai.
"Ma..Ema pergi ya. Titip salam sama papa" ucap Ema sambil mencium punggung tangan Rium.
"Iya nak, hati-hati di jalan ya. Jangan ngebut, jalanan macet pagi-pagi gini"
"Iya ma.. Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam" Rium melihat kepergian anaknya, rasanya memang berat berpisah dengan anak semata wayangnya. Tapi mau bagaimana lagi, rium dan garly sangat khawatir karna perjalan yang di tempuh oleh Ema ke tempat kerja memang sangat jauh. Jadi lebih baik untuk di carikan tempat terdekat agar lebih mudah untuk pergi bekerja.
Sementara itu, Ema yang berada di halaman rumahnya sedang menyusun tas di gantungan motornya. "Yap, oke waktunya berangkat. Kamu jangan kambuh ya bul, kita ini akan pergi ke tempat yang lumayan jauh. Jadi jangan kumat" ucap Ema kepada motor tua kesayangannya. Motor itu sering sekali mogok dan beberapa kali harus selalu di service. Rium sudah menawarkan untuk diganti dengan motor yang baru, tapi Ema tetap tidak mau mengganti motornya. Ema berkata, motor ini sudah berjuang bersamanya dari Ema ketika masih sekolah, belum dapat kerja sampai sekarang udah dapat kerja. Jadi Ema bakalan mau ganti motor, kalau si bul benar-benar sudah tidak bisa di gunakan lagi alias rusak total.
Ema mulai menjalankan motornya keluar dari halaman rumah dan menuju ketempat teman mamanya.Setelah lama mengendarai akhirnya Ema sampai di rumah yang akan ia tempati. Ema memasuki halaman rumah itu dan memarkirkan motor tersebut. Ema berjalan ke arah teras dan mendekati pintu untuk diketuk olehnya.
Tok tok tok
"Assalamu'alaikum.." ucap Ema dengan nada yang sedikit keras agar penghuni rumah mendengar salamnya. Terdengar suara langkah kaki dari dalam dan membuka pintu itu."Wa'alaikumussalam" ucap seorang wanita dengan perawakan setara dengan umur Rium.
"Permisi apa benar ini rumah ibu Yuyun" tanya Ema kepada wanita tersebut.
"Iya benar, dengan saya sendiri" Yuyun melihat Ema dengan lekat dan ekspresi Yuyun berubah menjadi tersenyum. "Kamu anak Rium ya?"
"Iya Bu benar"
"Alhamdulillah sampai juga kamu nak. Yuk masuk, kamu pasti capek ya habis dari perjalanan jauh"
"Engga kok Bu. Udah biasa pergi jauh-jauh" ucap Ema yang dibalas dengan senyuman oleh Yuyun.
"Ya sudah, yuk ke kamar kamu" Yuyun mengantarkan Ema ke kamar yang akan Ema tempati. "Ini kamar kamu, kamar mandi juga sudah ada di dalam. Gimana kamu suka?" Tanya Yuyun kepada Ema yang memasuki kamar tersebut dan melihat-lihat ruangan itu.
"Ema suka Bu, kamarnya juga ngga terlalu besar. Jadi cocok untuk sendiri" Yuyun mengangguk senang melihat Ema suka dengan kamar itu.
"Panggil bunda aja nak, ngga usah sungkan"
"Iya bunda, makasih ya Bun udah nerima saya di rumah ini"
"Iya nak. Bunda seneng kok ada kamu di sini. Bunda jadi berasa punya anak perempuan" ucap Yuyun sambil tertawa kecil, Ema tersenyum mendengar ucapan Yuyun.
"Anak bunda laki-laki semua ya?" Tanya Ema.
"Kok kamu tau nak. Anak bunda laki semua"
"Saya tadi cuma nebak aja Bun. Ternyata bener ya hehe" ucap Ema sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Anak bunda ada dua, dan semuanya laki-laki. Anak Bunda yang pertama lagi ada di luar kota, yang kedua masih sekolah, sekarang kelas 12.. udah mau lulus" Ema mendengarkan obrolan Yuyun sambil meletakkan tas bawaannya.
"Anak-anak bunda berarti udah pada besar semua ya"
"Iya, udah tinggal nyari bini aja" ucap Yuyun sambil tertawa begitupun Ema. "Ya sudah, kamu istirahat dulu aja ya nak. Bunda mau siapin makanan buat kamu"
"Eh ngga usah repot-repot Bun, tadi pagi saya udah sarapan juga kok"
"Itu kan di rumah kamu. Nah, di rumah bunda lain lagi. Tenang aja, sarapannya ngga berat banget kok"
"Sekali lagi makasih banyak ya Bun" ucap Ema sambil tersenyum kepada Yuyun dan di jawab senyuman oleh Yuyun.
"Iya nak, nanti bunda panggil kalau udah selesai. Bunda keluar dulu ya"
"Iya Bun" Yuyun berjalan keluar dari kamar Ema dan menutup pintu tersebut. Ema yang tadinya hanya berdiri, langsung berjalan ke arah ranjang dan menghempaskan tubuhnya. "Wah..emang kalau udah nempel di kasur tuh udah yang paling nikmat" ucap Ema sambil memejamkan matanya, tidak ada niatan untuk tertidur hanya merilekskan tubuhnya. Karna Ema akan pergi sarapan dengan Yuyun, jadi Ema menunda dulu waktu tidurnya. 'Semoga aku bisa betah di sini. Kalau ngga betah, kasian mama sama papa. Pasti bakalan nyari tempat lain buat aku tempati. Lagian, bunda juga ramah..aku ngga merasa tertekan pas ketemu bunda. Semoga aku juga ngga ngerepotin bunda. Sebenarnya ini udah termasuk ngerepotin sih, tapi karna bundanya juga ngga mempermasalahkan ini. Jadi aku anggap ini ngga ngerepotin' batin Ema.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku yang Posesif
RomanceEma seorang wanita yang dinikahkan oleh orang tuanya dikarenakan sebuah kesalahpahaman. Diawali dengan tidak saling cinta, membuat mereka harus bersikap romantis di depan orang tua mereka seakan mereka saling mencintai. Hingga kebersamaan, membuat c...