Kenyataan

13 1 0
                                    

Acara pernikahan Ema dan Indra di adakan secara sederhana. Hanya melakukan pengajian dan doa-doa saja. Mempelai pria dan wanita tidak di wajibkan untuk mengikuti perkumpulan itu.

"Mager banget mau keluar kamar. Mending ngga usah sampai kayak gini pake di make up segala lagi, muka ku berasa kaku..tebel banget kayaknya nih di dempul" Ema memutuskan untuk tidak keluar kamar, dan bersiap mengganti pakaian serta menghapus make up nya. "Beneran kan, tebel banget nih dempul nya. Mau ketawa aja susah banget, berasa pake masker" Ema yang sedang berada di kamar mandi mendengar suara pintu kamar terbuka. "Si Indra ya?" Ema mengangkat bahunya tampak tidak terlalu peduli dengan siapa yang memasuki kamarnya. "Duh, ngantuk banget. Padahal sebelum siang aku udah bobo, ini gara-gara ada kejadian yang bikin nguras tenaga nih, jadi lemes kan..pengen bobo" Ema pun mengganti pakaiannya dengan baju seksi yang ia pakai ketika tidur tadi. Baru saja ingin membuka pintu kamar mandi, Ema tersadar sesuatu. "Ganti baju yang lain aja deh. Malu kalau di liat dia, siapa tau dia ngga nyaman kan. Nanti kalau keadaan udah membaik, aku minta izin pakai baju kurang bahan deh" Ema kembali membuka pakaiannya, menggantinya dengan yang lebih tertutup.

'Indra ternyata' batin Ema yang sudah keluar dari kamar mandi.

"Lama banget, ngapain aja..tidur?" Ucap Indra.

"Kalau mau ke kamar mandi. Minimal manggil, bilang mau pake juga. Jadi aku ngga lama-lama di sana. Nih, di pake.." Ema menunjukkan bibirnya.

"Iya bawel" Indra pun memasuki kamar mandi. Ema berjalan ke arah ranjang dan menghempaskan tubuhnya di sana.

"Hmm...mataku langsung berat, pengen nutup" Ema menarik selimut hingga menutupi setengah badannya, dan mulai tertidur.
Beberapa menit kemudian, Indra keluar dari kamar mandi dan melihat Ema sudah tertidur dengan pulas.

"Langsung tidur aja nih cewek" Indra berjalan hingga mendekati Ema sambil menatap wajah Ema. "Perasaan tadi sampe takut banget karna ada aku. Sekarang..karna udah nikah kali ya. Dia jadi ngga waspada lagi sama ku. Dia ngga takut apa kalau tiba-tiba aku nyerang dia" ucap Indra. "He? Nyerang? Hahaha...aku bukan cowok kayak gitu. Ngga tertarik sama orang yang ngga aku suka. Tubuhnya juga paling mungil semua, alias rata. Mana ada bagus-bagusnya." Indra menaiki ranjang dan sedikit menggoyangkan bahu Ema. "Heh...aku juga ngantuk mau tidur lagi, geser kesana deh. Agak jauhan"

"Mm..kalau ngga mau tidur sama aku, tidur di lantai aja sana" ucap Ema dengan mata yang masih tertutup.

"Enak aja nyuruh aku tidur di lantai. Ngga lah"

"Ya udah, tidur aja sih. Udah halal juga kan" Ema membalikkan tubuhnya membelakangi Indra.

"Oke, tapi awas aja ya kamu nempel-nempel" Indra mengambil bantal guling dan meletakkan bantal itu di antara mereka berdua. Agar ada batasan di atas ranjang tersebut. "Aku kasih batasan, awas aja kalau di lewatin" Indra pun merebahkan tubuhnya dan mulai tertidur. Mereka berdua sangat mengantuk, tidur mereka terganggu karna ada kejadian yang di salah pahami.

Baru saja mereka bisa tidur dengan nyaman, tiba-tiba pintu kamar mereka terbuka dengan kencang. Ada seseorang yang memasuki ruangan itu.
"Bang..." Indra yang mendengar dirinya di panggil dan sangat mengenal ini suara siapa. Indra pun membuat mata dan membangunkan dirinya dalam keadaan terduduk.

"Adek Abang, sini.." panggil Indra dengan merentangkan tangannya untuk memeluk adik kesayangannya itu.

'Dia cewek yang gua taksir bang. Tega banget Lo klaim dia duluan. Baru aja kemarin udah di ACC, tapi kenapa Lo yang kedapatan bang' batin Farhan menatap abangnya itu. 'Bunda udah cerita sih sebenernya apa yang terjadi. Tapi tetap aja, gua masih sulit nerima dia jadi kakak ipar gua. Gua juga ngga bisa terlalu marah sama bang Indra, karna ini bukan sepenuhnya salah dia. Ini cuma kesalahpahaman aja' Farhan berjalan mendekati Indra dan memeluk tubuh yang di rindukan Farhan. "Gua kangen banget sama Lo bang"

"Iya, Abang juga kangen banget sama kamu dek" Indra pun sambil mengusap punggung belakang Farhan.

'Ema?' Batin Farhan sambil melihat wanita itu yang masih dalam keadaan tertidur. 'Harusnya gua yang tidur bareng sama Lo. Dan harusnya gua yang jadi suami Lo' batin Farhan frustasi. "Bang, Lo ngga ngapa-ngapain Ema kan?" Tanya Farhan yang sudah melepaskan pelukan itu.

"Maksud kamu?" Indra bingung dengan apa yang di maksud Farhan.

"Maksud gua. Lo belum grepe-grepe Ema kan?"

"Gila kamu, ya ngga lah"

"Tapi kan kalian sekarang udah sah. Berarti ada kemungkinan dong"

"Ngga akan ada kemungkinan, Abang juga ngga ada niatan mau nyentuh dia"

"Serius bang?" Ucap Farhan dengan wajah yang antusias senang.

"Iya" Indra beranjak dari ranjang dan membawa Farhan keluar dari kamar. "Dek di luar aja yuk ngobrolnya"

"Iya bang" mereka pun pergi meninggalkan Ema yang masih tertidur.

'Yang bener aja ni bocah' batin Ema sambil membuka matanya. Ema sebenarnya sudah terbangun ketika Farhan datang. Tapi Ema berpura-pura tidur agar farhan tidak memberikan pertanyaan kepada Ema. "Untung aku pura-pura tidur. Pertanyaan macam apa itu" Ema pun menatap ke arah pintu kamar yang tertutup. "Kasian banget si Indra. Baru aja tidur, udah ada yang ganggu lagi" Ema memperbaiki selimut yang ia pakai dan menariknya sampai menutupi dada."Tidur bentar lagi ah..sekalian nunggu azan ashar" Ema kembali tertidur dengan posisi tubuh yang berada di tengah kasur, menyingkirkan bantal guling yang menjadi pembatas di antara Ema dan Indra.

Di lain tempat, Indra dan Farhan pergi ke kamar Farhan. Karna Indra sedang tidak ingin bertemu orang-orang yang berada di ruang tamu.

"Bang, Lo serius udah sah sama Ema?"

"Hmm.." ucap Indra dengan tubuh yang sudah terbaring di kasur adiknya.

"Itu berarti kalian bakal sekamar bareng terus dong?" Tanya Farhan dengan nada khawatir.

"Ya iya. Namanya juga udah pasutri. Kalau sampai pisah kamar, bakal di pertanyakan..kenapa bisa pisah kamar. Kamu juga pasti paham kalau udah suami istri bagaimana"

"Tapi Lo bilang ga ada niatan mau nyentuh dia"

"Iya Abang ngga ada niatan. Tapi bukan berarti sampai pisah kamar" Indra yang tadinya sedang menutup mata, membuka kembali matanya dan menatap Farhan. "Kamu suka sama Ema?"

"Iya bang, aku suka sama Ema" ucap Farhan to the point. "Makanya aku kaget banget, pas nyampe rumah. Liat rumah udah rame, eh pas nanya sama bunda. Kata bunda kamu nikah sama Ema, gimana ngga kaget. Makanya gua langsung ngibrit ke kamar Ema, kata bunda kalian di sana" Indra terus menatap Farhan hingga akhirnya Indra kembali menutup matanya.

"Kamu tenang aja, Abang bakalan nyari cara supaya bisa cerai sama si Ema itu" Farhan terkejut dengan ucapan Indra.

"Serius Lo bang?"

"Hmm iya serius"

"Jangan tarik omongan Lo ya bang. Awas aja Lo tiba-tiba suka sama Ema"

"Ngga, Abang ngga bakal suka sama dia. Lagian Abang udah suka sama wanita lain, ngga mungkin si Ema itu bisa gantiin posisi wanita itu di hati Abang" Farhan semakin tersenyum puas.

"Kapan cerainya?"

"Mungkin nanti kalau permasalah ini udah selesai. Abang bakalan cari rumah, sekitar 1 atau 2 bulan Abang bakalan minta cerai sama dia" ucap Indra sambil menarik selimut untuk menutupi setengah badannya. "Oia, 3 bulan lagi kamu lulus kan"

"Iya bang"

"Belajar yang rajin sana, biar pas lulus bisa cepet dapat uang. Terus nikahin si Ema. Kasian dia jadi janda pas Abang ceraiin"

"Lo nih bisa aja bang. Gua jadi makin semangat pengen cepet-cepet lulus"

"Ya udah, Abang numpang tidur di sini dulu ya, ngantuk banget"

"Silahkan Abang ku yang baik hati" ucap Farhan beranjak dari kasur dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Suamiku yang Posesif Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang