"Shell, aku balik ya" Ema sudah bersiap merapikan meja kerjanya, karna waktu sudah sore dan saatnya untuk pulang kerja.
"Eh bareng dong" ucap Shelly.
"Kita beda arah Shell"
"Ha? beda arah? jelas-jelas satu arah kok. Beberapa hari yang lalu sebelum lu izin libur, kita sering pulang bareng kok karna searah, kenapa sekarang beda?" Shelly sedikit bingung, ia berpikir Ema hanya bercanda. "Apa jangan-jangan lu ngga mau ya pulang bareng gue. Kok lu jahat banget Cin" Shelly mengeluarkan ekspresi seakan-akan sedih.
"Aku udah pindah" Shelly yang tadinya sedang bersedih, tiba-tiba berdiri dari bangkunya dan melangkah cepat kearah Ema.
"Pindah, sejak kapan? apa jangan-jangan pas lu libur kemarin ya?" tanya Shelly antusias.
"Hmm iya" ucap Ema apa adanya, ia tidak ingin terus menerus menyimpan semua ini dari sahabatnya, Ema akan berusaha untuk perlahan memberitahu kepada Shelly tentang hidupnya. Ema sudah menganggap Shelly seperti saudaranya sendiri, Ema tidak ingin Shelly berpikir yang aneh-aneh tentang dirinya. Walau Shelly tidak akan mungkin seperti itu, tapi Ema tidak ingin menyembunyikan sesuatu dari sahabatnya.
"Kok lu ngga ada ngasih tau ke gue kalau lu mau pindahan kemarin?"
"Itu juga dadakan Shell, mama ku yang ngatur pindahan ku"
"Ooo ya udah, aku mau main ke rumah baru mu dong. Oia, aku juga mau beli oleh-oleh buat orang tua kamu"
"Sebenarnya yang pindahan cuma aku doang, ortu ku ngga pindah"
"Kenapa? kok kamu doang yang pindah?"
"Kamu tau kan. jarak rumah ku ke tempat kerja itu jauh banget, butuh setengah jam buat sampai ke tujuan. Jadi orang tua ku nyuruh aku pindah ke tempat yang dekat dengan tempat kerjaku"
"Kalau gitu gue mau main dong ke tempat lu. Lu ngekos kan? atau nyewa rumah?"
"Ngga dua-duanya. Aku numpang"
"Numpang? sama siapa?"
"Temen mama ku. Jadi aku segan juga kalau mau bawa teman ke sana" Ema berkata apa adanya, walau ia sudah menjadi menantu dari Yuyun dan Pikri. Tapi tetap saja, ia masih segan jika ingin membawa seseorang ke dalam rumah mereka.
"Ooo Ya udah deh. Tapi lain kali, pastiin ya ke yang punya rumah. Lu boleh ajak temen masuk rumah ngga? gue pengen banget main ke tempat lu, udah lama juga gue ngga main kan"
"Iya deh, nanti aku coba tanya ke mereka" ucap Ema. 'Nanti kan aku bakalan tinggal berdua sama Indra. Pasti boleh dong, kalau aku ngajak temen main ke rumah' batin Ema. "Kalau gitu aku balik duluan ya. Kamu hati-hati di jalan" Ema melambaikan tangan sambil berjalan menjauh dari Shelly.
"Iya, hati-hati di jalan juga" Shelly pun melambaikan tangannya, hingga Ema hilang dari pandangannya.
...
Ema berjalan menuju parkiran, seketika ia berhenti dan mengingat sesuatu.
"Ya ampun, aku kan ngga bawa motor, ngapain ke parkiran" Ema menepuk jidatnya dan berbalik keluar dari parkiran."Eh kamu yang perempuan tadi kan" ucap seorang laki-laki dari arah belakangnya. Ema yang merasa dirinya di panggil, berhenti berjalan dan berbalik mencari sumber suara. Ema melihat sosok laki-laki yang sempat ia jumpai ketika hendak memasuki kantin karna ketidaksengajaan.
"Oh halo" ucap Ema dengan sedikit membungkukkan kepalanya.
"Saya kira tidak akan ada pertemuan lagi" Ema hanya membalas ucapan itu dengan senyumannya. "Kamu mau pulang ya? bawa kendaraan?"
"Iya saya mau pulang. Saya ngga sengaja kesini, karna biasanya saya bawa motor. Tapi hari ini saya lagi ngga bawa, jadi mau pesan taksi online"
"Mau saya antar?"
"Ngga usah repot-repot pak. Rumah saya deket kok dari sini" Ema mengucapkan kata pak sebagai bentuk kesopanan.
"Ngga papa, kamu ngga ngerepotin kok. Ini juga sebagai permintaan maaf karna saya ngga sengaja nabrak kamu di kantin tadi" Ema sedikit menimang-nimang.
'Terima aja kali ya, dia juga bilangnya sebagai permintaan maaf kan. Lumayan, uang buat bayar taksi ngga jadi aku pakai' batin Ema. "Ya udah kalau gitu pak, saya mau" ucap Ema sambil tersenyum tipis. Laki-laki itu tampak langsung tersenyum sumringah dan mengajak Ema berjalan mengikutinya kearah mobil yang ia bawa. Ketika sampai, Laki-laki itu membukakan pintu mobil untuk Ema. Ema dengan senang hati menerima dan masuk ke dalam mobil tersebut, diikuti laki-laki itu memasuki mobil bagian mengemudi.
"Oia, kita belum perkenalan" Laki-laki itu menjulurkan lengannya kearah Ema. "Nama saya Faisal"
"Saya Cindy" Ema menerima jabatan tangan dari laki-laki yang bernama Faisal itu. Faisal tampak tersenyum karna sudah mengetahui nama dari wanita yang selama ini selalu membuat ia kepikiran, akankah ia bertemu lagi dengan Ema atau tidak. Dan inilah yang terjadi, pertemuan yang tak terduga baginya. Selama diperjalanan mereka hanya diam, Faisal ingin sekali mengajak bicara Ema. Tapi ada sisi dimana ia masih malu-malu untuk mengajak bicara Ema. "Pak, nanti belok kanan ya. berhenti tepat di sana" Faisal mengangguk tanda mengerti dan berhenti tepat di belokan kanan.
"Rumah kamu dimana?" tanya Faisal, karna mereka berhenti tepat di halte, bukan di rumah Ema.
"Rumah saya dekat halte ini pak. jadi jalan beberapa langkah sudah sampai"
"Ooo" Faisal mengangguk kembali.
"Kalau gitu, saya permisi ya pak. Terimakasih" Ema membuka pintu dan keluar dari mobil. Sebagai salam berpisah, Ema menunjukkan senyumannya sebelum pergi dan di balas senyuman oleh Faisal.
'Dari banyaknya wanita yang ku kenal. Bahkan aku berterimakasih karna dengan ketidaksengajaan ini. Membuatku bisa bertemu dengannya, Dia memang wanita yang berbeda. Biasanya jika ada wanita yang bertemu denganku, mereka akan berusaha mencari car agar aku bisa tertarik dengan mereka. Tapi kamu beda Cindy, aku rasa kamu orang yang tepat' batin Fasial dengan mata terus tertuju ke arah Ema yang tiba-tiba berbelok ke kanan, dan dipikiran Faisal sepertinya itu rumahnya. Faisal pun mulai menghidupkan mesin mobilnya dan pergi menjauh dari sana.
"Assalamu'alaikum" Ema memasuki rumah dan mencari keberadaan Yuyun. 'Bunda mana? di kamar kali ya?' batin Ema.
"Wa'alaikumsalam" ucap seorang yang tiba-tiba keluar dari kamarnya. Ema melihat kesumber suara dan ternyata Farhan. "Lo mau pindah kan?" Ema yang ditanya seperti itu pun langsung menganguk. "Ya udah cepet siap-siap, biar gua yang anter"
"Ngga usah" Ema langsung menolak, dan berjalan ke arah kamarnya. Farhan yang tak terima Ema menolak untuk diantar oleh dirinya, mengikuti Ema hingga memasuki kamar Ema.
"Kenapa? Bawaan lo pasti banyak, biar gua antar pakai mobil. Gua udah bisa naik mobil kok" ucap Farhan sambil menelan ludahnya karna melihat tampilan Ema yang mengenakan baju kantor yang ketat, terlihat seksi dan menggoda.
"Ngga usah Farhan" ucap Ema tanpa menatap Farhan. Ema sedang memasukkan barang-barangnya ke dalam koper.
"Gua di suruh Bunda juga" Ema pun berhenti sejenak dan menatap Farhan.
"Ooo Oke" Ema pun menerima tawaran itu, Farhan tampak lega. Sebenarnya Bunda tidak ada menyuruh Farhan untuk mengantar Ema. Justru Farhan mendengar bundanya berbicara kepada abangnya untuk datang lagi ke rumah, dan menjemput Ema. Farhan ingin mengambil kesempatan agar bisa bersama dengan Ema, dan itu berhasil.
"Oke, gua tunggu di ruang tamu" Farhan pergi ke luar kamar Ema, dan mencari keberadaan bundanya untuk meminta izin agar bisa mengantar Ema. 'Yuhu, akhirnya bisa beduaan sama Ema' batin Farhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku yang Posesif
RomanceEma seorang wanita yang dinikahkan oleh orang tuanya dikarenakan sebuah kesalahpahaman. Diawali dengan tidak saling cinta, membuat mereka harus bersikap romantis di depan orang tua mereka seakan mereka saling mencintai. Hingga kebersamaan, membuat c...