'Dikit lagi selesai..' batin Ema yang masih fokus tertuju pada layar komputernya. "Yes selesai" ema merenggangkan jari-jari tangannya yang terasa pegal karena terus mengetik. Ema pun menyandarkan tubuhnya pada kursi yang ia duduki. 'Padahal cuma 2 hari ngga kerja tapi tanganku udah kaku aja. jadi cepat pegel' batin Ema. "ketua sama kepala divisi diganti?" ucap Ema yang mulai mengingat kembali ucapan sahabatnya. 'Udah ah lupain. mending fokus isi perut aja. laper banget' Ema pun menggelengkan kepala untuk tidak memikirkan tentang ketua dan kepala divisi yang baru. Ema berdiri dari kursinya dan menghampiri Shelly. "Shell, udah selesai? yuk cari makan, laper nih" ema menggoyangkan pelan bahu Shelly agar pekerjaan yang di sentuh oleh Shelly bisa di hentikan sejenak dan menatap Ema.
"Masih belum seelsai nih" ucap Shelly.
"Masih lama ya?" tanya Ema sambil mengintip ke arah layar komputer Shelly.
"Dikit lagi sih. Kalau udah laper, lu duluan aja. nanti gue nyusul, sekalian pesenin makanan gue ya..biar gue langsung makan nanti hehehe"
"Ooo ya udah, aku duluan ya" Shelly mengangguk mengiyakan, Ema pun pergi meninggalkan ruangan dan menyusuri kantin yang berada di dalam kantor. "Eh lupa nanyain, dia mau makan apa" Ema pun berbalik arah dan ingin kembali lagi ke ruangannya. tapi sesaat Ema berhenti dan berfikir sejenak. 'Udah jauh lagi. Samain aja deh, aku pake lupa bawa hp lagi kebiasaan banget sih' batin Ema yang kembali pergi menuju kantin. Ketika ingin memasuki kantin, Ema tidak sengaja menabrak bahu seorang laki-laki yang berlawanan arah dengan Ema. sepertiya ia ingin keluar dari kantin. "Duh..maaf ngga sengaja" Ema pun menyentuh bahunya.
"Iya ngga papa, salah saya juga. Maaf, saya tadi lagi terburu-buru" ucap sosok laki-laki itu menatap Ema.
"Kalau gitu saya permisi" Ema pergi meninggalkan laki-laki yang masih berdiri menatap kepergian Ema. Laki-laki itu tersadar dirinya telah menatap lama seorang gadis, dan segera pergi meninggalkan kantin.
"Pak, saya pesan ayam bakar 2 ya. Sama minumannya es jeruk 2" Ema mulai memesan dan berjalan menuju meja yang masih kosong untuk menunggu pesanannya datang. 'Kayaknya anak baru ya? wajahnya asing soalnya. Mungkin dari anggota divisi lain' batin ema, mengingat kembali kejadian ketika tidak sengaja menabrak lelaki itu."Neng, ini pesanannya" datang seorang bapak-bapak memberikan pesanan kepada Ema.
"Oia, makasih pak"
"Iya sama-sama neng. Itu mau neng makan semua?" Bapak itu menunjuk semua pesanan yang di pesan Ema.
"Engga pak, yang satu lagi punya temen saya. Masa saya makan semua, ngga muat pak perut saya" ucap Ema sambil bercanda.
"Kirain neng mau makan semua" ucap bapak itu kembali bercanda. "Ya udah, bapak pergi ya neng"
"Iya pak" ucap Ema sambil tersenyum. Ema menatap makanannya dengan tatapan lapar. 'Shelly mana sih. Perutku udah demo nih' batin Ema dengan mata tertuju pada makanannya. 'Makan duluan aja deh. Sorry Shell, perutku ngga bisa diajak kerja sama. Cepetan datang deh kamu' Ema langsung mengambil sendok garpu dan menyantap makanannya. Setelah makanan Ema tinggal setengah, Shelly datang menghampiri Ema.
"Waduh, udah tinggal setengah aja. Untung belum abis, nanti gue malah makan sendiri" ucap Shelly sambil menduduki bangkunya dan mulai menyantap makanannya.
"Biarin. aku juga udah makan setengah ini sendirian, jadi gantian"
"Eh jangan gitu dong. Temenin gue sampai selesai, lagian lu juga mau kemana abis makan. Paling ke ruangan lagi kan, mending nungguin gue aja biar baliknya bareng"
"Terserah kamu deh" ucap Ema sambil melanjutkan makannya.
"Eh, gue baru sadar. Ini kenapa ayam bakar ya, kan gue ngga minta ayam bakar?" protes Shelly, tapi tetap memakannya.
"Aku lupa nanyain kamu mau pesen apa. Lagian kamu juga ngga ada bilang mau makan apa. Jadi di samain, kalau kamu ngga mau buat aku aja. Sana pesen lagi" Ema sudah bersiap ingin mengambil makanan Shelly.
"Eit...jangan dong. Gue kan cuma nanya doang tadi, bukan berarti ngga mau makan" Shelly menyentuh piringnya untuk ia tahan agar tidak diambil oleh Ema.
"Tadi kamu ngga nanya. Tapi protes"
"Hehehe maklum, gue dari lahir nada suaranya udah kayak gini. Tinggi dan merdu, makanya banyak yang salah sangka sama suara gue, soalnya kayak mau ngajakin berantem hahaha" ucap Shelly sambil tertawa.
"Iya, aku yang udah temenan sama kamu lama aja. Masih suka kesel kalau dengerin kamu ngomong"
"Kesel-kesel tapi ngga bisa jauh dari gue kan? Kita itu udah ditakdirkan bersama Cin, udah kayak kertas sama perangko" ucap Shelly sambil mengunyah makanannya.
"Hmm iya deh. Sana fokus makan aja, ngga bagus makan sambil ngomong" ucap Ema yang sudah selesai menyantap makanannya. Shelly pun mengganguk menuruti dan fokus memakan makanannya. 'Shell, kamu yang ga mau jauh-jauh dari aku. Aku malah mikirnya bakalan ngga hubungan pertemanan yang selama ini. Tapi kamu terus aja nempel-nempel mulu ke aku. Ini bukan takdir, tapi kamu dari dulu berjuang keras agar kita terus bersama. Emang ya, orang yang satu ini ngga bakal aku sia-siain. Biasaya orang mau berteman dengan aku karna ada maunya aja, tapi kamu beda Shell. Makanya aku bertahan walau sikap kamu suka nyebelin' batin Ema sambil menatap Shelly yang sedang fokus makan.
"Wah kenyang banget" ucap Shelly yang sudah menyantap makanannya.
"Udah? yuk balik ke ruangan"
"Eh bentar lagi dong. Duduk dulu napa"
"Aku udah duduk nungguin kamu makan, mau duduk nungguin apa lagi"
"Nungguin makanan gue turun. Masih begah banget nih, bentar lagi ya. 5 Menit deh"
"Hmm iya deh" ucap Ema yang langsung menopang dagunya dengan tangannya.
"Lupa bawa hp lagi pasti" ucap Shelly.
"Iya heran banget. Bisa suka lupa kalau mau bawa hp ke mana-mana. Iya sih dari tadi pagi emang ngga nyentuh hp, jadi masih stay di dalam tas. Untungnya cuma lupa bawa pas ke kantin, kalau sampai lupa bawa dan masih di rumah..hadeh udah lah ngga tau lagi mau diapain"
"Kebiasaan itu namanya. Lu harus biasaan diri teus menerus gunain hp, jadi ketika lu mau ke mana-mana. Lu pasti selalu ingat kalau harus bawa hp" ucap Shelly memberi saran.
"Ngga ah. Aku ngga mau terus-terusan mainin hp. Udah cukup layar komputer terus yang aku tatap, jangan di tambah sama layar hp. Yang ada mataku ngga bisa istirahat"
"Ya udah, terserah lu aja. Gue cuma ngasih saran, ngga harus lu ikutin kok"
"Gue emang ngga pernah ngikutin saran lu" ucap Ema sambil berdiri dan berjalan keluar kantin.
"Eh tungguin Cin, malah di tinggal" Shelly langsung berjalan mengikuti Ema menuju ke ruangan mereka. Shelly tidak pernah sedikitpun marah kepada Ema, walau kesal pernah ada di benak Shelly. Itu karna sikap Ema yang cuek, tapi kalaupun sikap Ema seperti itu. Di dalam diri Ema memiliki hati yng baik bahkan perhatian, selalu ada di saat keadaan Shelly suka maupun duka. Itu yang membuat Shelly semakin ingin selalu berada di dekat Ema, dan tidak ada niatan untuk berpisah dari sahabatnya.
"Shell" panggil Ema.
"Ya kenapa?" Shelly menunggu Ema mengeluarkan suaranya, karna sepertinya Ema sedang berpikir.
"Ngga jadi deh" Ema mengurungkan niat kembali untuk memberitahu sesuatu yang ia simpan.
"Eh apaan sih. Cepet kasih tau ngga"
"Ngga jadi"
"Lu udah bikin gua kepo, cepetan kasih tau"
"Ih ngga jadi, tiba-tiba aku lupa mau ngasih tau apaan" ucap Ema mencari alasan agar Shelly tidak menuntut untuk diberitahu.
"Ish, apaan sih. Makin buat penasaran aja" ucap Shelly yang mulai kesal dengan jawaban yang ia dapat dari Ema. "Kalau lu inget, langsung cepetan kasih tau gue. Gue bakalan nagih terus. Lu tau kan gue orangnya kepoan" Shelly pun berjalan kearah bangkunya dan duduk di sana.
'Aku pengen banget ngasih tau. Tapi kayaknya belum saatnya, atau ngga usah kasih tau? aku juga ngga tau hubungan ini bakalan bertahan atau ngga, aku mungkin bisa aja bertahan. Tapi Indra ngga bakalan mungkin' batin Ema.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku yang Posesif
РомантикаEma seorang wanita yang dinikahkan oleh orang tuanya dikarenakan sebuah kesalahpahaman. Diawali dengan tidak saling cinta, membuat mereka harus bersikap romantis di depan orang tua mereka seakan mereka saling mencintai. Hingga kebersamaan, membuat c...