Kesalahpahaman

17 2 0
                                    

'Hmm..anget..' batin Ema.
Ema yang masih dalam keadaan tertidur itu pun, memeluk bantal guling dan merasakan hangatnya bantal yang ia peluk. Ema merasa semakin nyaman karna kehangatan itu, rasanya ingin tertidur sedikit lebih lama lagi. Baru saja ingin berfikir seperti itu, Ema merasakan ada sesuatu yang menjalar di pinggangnya..seperti sedang memeluk Ema. 'Ini bukan bantal guling' batin Ema yang masih memejamkan matanya. Ema mencoba menggerakkan tangan dan menyentuh area pinggangnya. Ema merasakan sebuah tangan yang sudah bertengger di pinggangnya. Dengan cepat mata Ema terbuka dan pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah sebuah dada lelaki tanpa terbalut pakaian berada di pelukannya. 'Apa mimpi boleh senyata ini' batin Ema yang sedikit terkejut dengan pemandangan itu. 'Gila...ini ngga mungkin mimpi' Ema langsung menghadapkan wajahnya untuk melihat siapa lelaki yang berada di kamarnya itu. Seketika Ema terbangun dan berteriak, menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang masih memakai pakaian seksi itu.

"Mama...." Teriak Ema menjauh dari lelaki itu.

"Apaan sih.." lelaki yang sedang tertidur itupun mengerjapkan matanya dan mulai terbangun karna mendengar Ema berteriak.

"Dasar..laki-laki mesum, ngapain kamu di kamar saya ha.."

"Ha...siapa kamu. Kenapa ada di kamar saya?" Lelaki yang baru saja tersadar karna ada wanita di dalam kamar yang ia tiduri.

"Heh...kamar kamu? Ini itu kamar saya...enak aja. Malah balik nanya lagi. He mesum, kamu sengaja ya nyelinap ke sini? Ngaku aja kamu.."

"Enak aja, ini kamar saya. Justru saya yang harusnya nanya kamu. Ngapain ada di rumah orang tua saya" Ema yang mendengar lelaki itu berkata bahwa ini rumah orang tuanya seketika Ema tersadar.

'Rumah orang tuanya? Tunggu.. tunggu. Jangan bilang ini anak si rantau itu' batin Ema sambil menatap lelaki itu.

"Ada apa nak.." panggil Yuyun membuka pintu karna khawatir dengan keadaan Ema. Ibu-ibu yang berada di rumah itu pun mengikuti Yuyun sampai ke kamar Ema. Karna ingin melihat apa yang terjadi. Mereka yang baru saja memasuki kamar itu, terkejut melihat ada seorang laki-laki dan perempuan di atas ranjang. Dalam keadaan si perempuan menutupi tubuhnya, dan si lelaki dengan tubuh tak terbalut pakaian yang terekspos. "Astaghfirullah...apa-apaan ini.." ucap Yuyun dengan nada tinggi. Tak percaya dengan apa yang di lihatnya. "Apa yang kalian lakukan?" Yuyun berjalan mendekati Ema dan anak tertuanya.

"Bunda..ini ngga seperti yang bunda liat" ucap Ema. "Anak bunda yang tiba-tiba ada di kamar saya Bun"

"Enak aja, ini kamar saya. Justru kamu yang harus di curigai"

"Lalu bisa kalian jelaskan kenapa tubuh kalian tanpa pakaian?" Tanya Yuyun. Ibu-ibu yang melihat kejadian itu pun mulai berbisik-bisik tentang hal yang mereka lihat tanpa ingin tau alasannya.

"Bun..ini cuma kesalahpahaman. Masa bunda ngga percaya sama anak sendiri"

"Indra..cukup. apa yang mesti bunda percayai dengan keadaan kalian yang kayak gini. Kalian seperti sedang melakukan hubungan yang tidak seharusnya nak"

"Ya ampun. Udah berbuat mesum, masih aja ngelak" ucap salah satu ibu-ibu yang berada di sana. "Udahlah nikahin aja jeng. Dari pada di diemin gitu, yang ada makin berbuat dosa mereka. Mungkin udah gatel pengen berhubungan, makanya gitu" Ema mulai mengeluarkan air matanya tanda tak setuju dengan apa yang di ucapkan oleh ibu-ibu itu.

"Bun, saya dan anak bunda ngga ngelakuin hal yang tidak senonoh. Bunda harus percaya" ucap Ema, dirinya tak ingin di fitnah.

"Alah, ngga usah percaya jeng. Anak zaman sekarang tuh emang suka gitu. Berani berbuat ngga berani bertanggung jawab" ucap ibu-ibu di sana mulai mengompori.

"Bu..jangan main fitnah kayak gitu. Saya dan wanita itu ngga melakukan itu. Kenapa bisa kalian berfikir sampai sejauh itu" Indra yang tak ingin dirinya di fitnah mencoba menjelaskan.

"Indra..." panggil Yuyun. "Cukup nak. Ngga ada yang bisa kamu jelasin lagi. Semuanya udah jelas" Yuyun berjalan menghampiri ibu-ibu yang masih setia melihat kejadian itu. Yuyun menyuruh ibu-ibu itu untuk segera pulang. Agar mereka bertiga bisa membahas ini lebih lanjut. Ibu-ibu itu pulang dalam keadaan bergosip, Yuyun paham dalam waktu yang tidak lama. Kejadian ini akan tersebar. Yuyun kembali menghampiri Ema dan Indra. "Bunda tunggu di ruang tamu. Untuk kamu nak Ema, bunda akan telfon orang tua kamu agar mereka bisa ke sini" Yuyun pun pergi meninggalkan mereka di dalam kamar.

"Sial..perasaan ku ngga enak" ucap Indra, berjalan mendekati koper dan mengambil baju untuk ia pakai.

'Emang kamu aja. Aku juga..dasar laki-laki mesum' batin Ema.

"Ngapain kamu masih di situ. Ngga mau ganti baju? Heran...bisa-bisanya hal ini terjadi" ucap Indra berjalan keluar dari kamar menjauh dari Ema yang masih berada di atas ranjang.

"Emang kamu kira aku juga ngga heran. Ya Allah..apa yang selanjutnya terjadi" ucap Ema sambil beranjak dari ranjang dan pergi mengambil pakaiannya di dalam lemari untuk ia pakai. 'Bunda pasti udah nelfon mama, astaghfirullah..aku takut banget' batin Ema. 'Mau jalan keluar dari kamar aja berat banget rasanya. Entah kenapa, kalau bakalan tau akhirnya kayak gini. Aku ngga bakal mau tinggal di sini, ini bahkan belum 2 hari. Tapi udah ada kejadian kayak gini' Ema berusaha menguatkan dirinya dan berjalan keluar dari kamarnya. Ema dengan langkah kaku nya mendekati bunda dan Indra yang sudah duduk di ruang tamu. Yuyun yang melihat kehadiran Ema pun menyuruh Ema untuk duduk, Ema hanya bisa diam dan menurut.

"Bunda udah telfon mama kamu. Sekarang udah menuju kesini" Ema pun hanya bisa menundukkan pandangannya ke bawah.

'Ngga boleh. Ngga bisa gini dong. Aku ngga salah, tapi kenapa..' batin Ema. Setelah beberapa belas menit menunggu, akhirnya Rium datang bersama Garly. Rium telah menghubungi Garly tentang apa yang terjadi dengan anak mereka. Garly pun langsung meminta izin untuk mengambil cuti dadakan.

"Assalamu'alaikum" ucap Rium dan Garly.

"Wa'alaikumussalam.." mereka yang ada di ruang tamu pun menoleh ke sumber suara. Yuyun menyuruh orang tua Ema untuk ikut duduk dan membahas tentang masalah dari kelakuan Ema dan Indra.

"Mama.." ucap Ema sambil memeluk mamanya. "Ma, ini cuma salah paham. Ema ngga mungkin ngelakuin itu. Mama harus percaya, papa juga harus percaya"

"Iya nak, mama sama papa percaya kok sama kamu" ucap Rium dengan ekspresi yang sendu.

"Assalamu'alaikum.." ucap Pikri datang dengan hembusan nafas yang kuat. Di lihat dari gelagatnya, Pikri dengan cepat pergi dari kantornya untuk menuju ke rumah.
"Wa'alaikumussalam" ucap seluruh penghuni yang berada di ruang tamu. Setelah semuanya berkumpul, mulai Ema dan Indra menjelaskan kembali kesalahpahaman yang terjadi. Tapi tak ada perubahan dari ekspresi orang tua mereka.

"Bunda sudah memutuskan. Mohon untuk orang tua nak Ema. Bisa setuju dengan keputusan saya. Ini demi kebaikan anak kita dan nama baik mereka" orang tua Ema pun setuju dengan keputusan yang nantinya akan di jalani oleh anak sematawayangnya itu.

"Kalian berdua akan menikah"

"Ha..Bun. yang bener aja, ini cuma salah paham. Udah Indra jelasin juga" ucap Indra yang protes dan tak terima dengan keputusan orang tuanya. Ema hanya bisa terdiam dengan ekspresi terkejut.

'Nikah? Aku memang pernah bilang pengen nikah. Tapi bukan dengan cara ini, bukan ini yang aku mau' batin Ema sambil menatap orang tuanya, meminta sebuah harapan agar mereka membatalkan keputusan itu. Tapi, tak ada respon dari rium dan juga Garly.

"Ini satu-satunya cara. Agar semua masalah terselesaikan" ucap Pikri. "Ditakuti akan menyebar rumor yang tidak baik. Ayah akan panggil penghulu ke sini dan akan melangsungkan pernikahan kalian"

Suamiku yang Posesif Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang