New Start

102 8 0
                                    

Aroma karbol menyelimuti rumah sakit saat itu, mondar-mandir pegawai kebersihan dan para perawat untuk bergegas melayani pasien-pasien yang sudah menunggu.

02.30 am

“Ya bu! Terus bu! Sedikit lagi... Ya betul bu, tarik nafas... Ayo lagi!”
Dokter dan perawat terlihat sangat sibuk, Silvy melahirkan anak keduanya dini hari itu, seluruh tenaga di keluarkan demi sang jabang bayi.

“Hmmmph!!! Nghhh!! Sakit!” Silvy kewalahan dengan rasa sakit yang dirasakan seluruh tubuhnya,

“Gak apa-apa bu! Ayo sedikit lagi! Pundaknya sudah keluar” Dokter dan para perawat dengan sabar mendampingi kelahiran bayi Silvy,

“Ya! Ya! Ayo! Nah... Alhamdulillah! Akhirnya!” Sorak semua perawat dan Dokter setelah Silvy berhasil melahirkan bayinya dengan selamat.

Tahun ini menjadi tahun yang sangat sulit untuk Silvy, dimana Silvy harus berjuang bertahan sendiri dengan semua keterbatasan, bagaimana tidak? Hendro semakin gila akan dunianya, semenjak kejadian itu Hendro menjadi lebih arogan, pulang mabuk-mabukan, jarang pulang dan main perempuan di luaran sana. Meski begitu Silvy tetap sabar demi anak-anaknya, semua aib tentang suaminya ia tutup serapat mungkin dari keluarga atau siapapun itu.

2 tahun berlalu...

Hendro pulang larut malam di antar oleh seorang perempuan berpakaian minim, Hendro terlihat mabuk berat berjalan sempoyongan, semerbak bau minuman alkohol tercium saat mereka berdua memasuki rumah. Di dudukannya Hendro di sofa ruang tamu di bantu oleh perempuan itu juga Silvy, Silvy menatapi perempuan itu dari atas sampai bawah dengan raut wajah yang sinis.

“Siapa kamu?” Tanya Silvy kepada wanita tersebut, wanita itu hanya terdiam,

“Sayang, kamu temenin aku tidur disini ya! Aku pengen pelukin kamu lagi” Ujar Hendro dengan nada mabuknya seraya tangannya menarik-narik paha wanita tadi,

*plak!*
Silvy menampar Hendro dengan penuh amarah,

“BANGSAT LO YA!” Ucap Hendro kepada Silvy yang baru saja menamparnya,

“KELUAR LO ANJING!!” Silvy mendorong paksa wanita tadi menuju pintu keluar, Hendro dengan badan sempoyongan nya mencoba menahan Silvy yang berlaku kasar kepada wanita tadi.

“Lu apa-apaan Sil!! Kasian tau!” Ujar Hendro seraya badannya menghalangi wanita tersebut, terlihat tangannya memegangi tangan wanita tadi dengan erat, Silvy muak dan emosi.

Kali ini perlakuan Hendro semakin di luar kesabaran Silvy, malam itu menjadi malam yang sangat menguras emosi, Silvy sudah sangat muak dan ingin menyudahi semuanya.

“PERGI KALIAN!! PERGI!! KAMU HENDRO, JANGAN PERNAH KEMBALI LAGI KESINI!! TERSERAH, TERSERAH KAMU MAU TIDUR SAMA BERAPA BANYAK WANITA. AKU GAK PEDULI!” Ujar Silvy dengan seluruh emosinya, ia mendorong keduanya keluar rumah, tak segan Silvy menendang paksa badan Hendro yang sedang sempoyongan malam itu.

*Brug!!*
Silvy membanting pintu dan menguncinya dari dalam rumah,

.......

Keheningan di dalam rumah terasa lebih baik untuk Silvy yang sedang frustasi saat itu, rasa ingin marah, sedih, kecewa yang sekaligus memuncak di kepala Silvyana malam itu. Terduduk lemas di lantai Silvy menangis sesenggukan mencoba mengeluarkan emosinya, semua terasa hampa, semu dan gelap. Perasaan Silvy sudah tak karuan, kesabarannya sudah terkuras habis, kepalanya terasa pusing memikirkan semuanya.

“Ma?” Ucap Dilla anak bungsunya yang terbangun karena kebisingan tadi, Dilla berjalan sembari menggosok-gosok matanya yang masih merasakan kantuknya, dengan segera Silvy mengusap air matanya dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa.

MR.KEN LOUIS ( 21+ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang