4

28 3 0
                                    

Pagi itu aku sudah janji untuk berangkat kesekolah berdua sama Putri. Karena saat pulang sekolah nanti, Putri memintaku untuk kembali ikut bersamanya ke tongkrongan pacarnya itu.

Jujur aku masih malas untuk bertemu dengan Jupri, apalagi setelah kelakuannya akhir - akhir ini aku berniat untuk mengakhiri hubunganku dengannya.

Aku fikir kalau hubunganku dengannya sudah tidak sehat, aku tidak mau terlalu lama terjebak dalam sebuah hubungan yang seperti itu.

Apalagi Ibuku juga pernah terus terang kalau dia tidak suka dengan Jupri, ntah apa alasannya. Tapi yang aku tau, Orang Tua jauh lebih tau apa yang baik untuk anaknya.

“Lo udah siap?” tanya Putri padaku.

“Udah, yuk jalan. Nanti keburu siang” kataku.

Aku naik keatas motor lalu Putri langsung tancap gas kesekolah.

Sampainya disekolah, kami langsung masuk kekelas dan mengikuti semua pelajaran hari itu.

Bel pulang sekolah berbunyi..

Sesuai rencana Putri mengantarku kerumah untuk salin pakaian lalu kami menuju tongkrongannya Ican hari itu.

Sampainya disana suasana sedikit berbeda dari hari - hari sebelumnya, hari itu sedikit lebih sepi dari sebelumnya.

Hanya ada beberapa temannya Ican yang lagi berkumpul disana, salah satunya Rajap.

Setauku, dia ini mantannya temanku dirumah. Tapi aku tidak tau kelanjutan hubungan mereka berdua.

Baru aku ingin turun dari motor, Jupri langsung menarik tanganku dan membawaku sedikit menjauh dari keramaian.

Dia menyandarkan tubuhku di dinding lalu perlahan mendekatkan wajahnya kearahku. Aku yang saat itu tau apa yang akan terjadi, langsung dengan cepat mendorong Jupri menjauh dariku.

Usahaku berhasil, tapi Jupri langsung menatapku dengan tatapan sinis waktu itu.

“Pri aku mau ngomong serius sama kamu” kataku dengan sedikit perasaan takut waktu itu.

“Aku mau kita udahan” lanjutku.

Jupri semakin tajam menatapku, kali ini dia benar - benar berdiri tepat didepanku. Hanya berjalan beberapa jengkal saja seingatku.

“Kamu serius?” tanya Jupri.

“Aku serius” jawabku.

“Kamu kenapa?” tanya Jupri.

“Aku yang harusnya nanya kayak gitu Pri” jawabku.

“Aku nggak nyaman sama tingkah kamu yang berubah gitu aja akhir - akhir ini”

“Kamu tau, kelakuan kamu akhir - akhir ini tuh beda banget sama kamu waktu pertama kali aku kenal”

“Kamu kasar sama aku, kamu gampang marah, aku juga gatau kamu boong atau nggak sama aku selama ini”

“Setiap kali aku minta sedikit waktu kamu buat aku, kamu selalu punya alesan yang aneh buat aku”

“Ada acara lah, nganterin temen lah”

“Aku selalu ngertiin ngertiin kamu”

“Tapi emang pernah kamu ngertiin aku” tanyaku.

Kata - kataku sepertinya semakin membuat Jupri marah mendengarnya, tatapannya semakin tajam kearahku dan tak lama tangannya mencengkram keras tangan kiriku.

Rasa sakit yang ada karena ulahnya juga belum hilang dan hari itu dia kembali mencengkram kuat tanganku dan rasa sakit itu kembali hadir.

Aku berusaha melepaskan cengkramannya tapi gagal. Aku lupa kalau aku tidak sekuat itu untuk melepaskan diri dari lelaki didepanku itu.

Story of ReinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang