6

27 3 0
                                    

Selepas kejadian itu, kami melanjutkan perjalanan menuju jalan raya. Karena disana Putri akan naik angkutan umum buat pulang kerumahnya, sementara aku akan melanjutkan jalan menuju rumahku.

Setelah berpisah, aku bermaksud untuk langsung pulang dengan berpamitan dengan Ican.

Yaa.. Hanya dengan Ican, aku masih sedikit malas berbicara ataupun semacamnya dengan Jupri. Kelakuannya didepan teman - temannya tadi semakin membuatku merasa tidak ingin kenal dengannya lagi.

Tapi saat itu, dia menahanku dan menawarkan diri untuk mengantarku sampai rumah. Aku tidak mengerti dengan laki - laki satu itu, sebenarnya apa yang dia mau.

Beberapa saat lalu dia seolah tidak mau mengantarku walaupun hanya sampai ujung jalan, tapi saat itu dia malah menawarkan diri untuk mengantarku sampai rumah.

“Gausah, aku pulang sendiri aja” jawabku.

“Kamu masih marah sama aku?” tanya Jupri dengan polosnya.

Aku tidak tau dia memang lupa atau pura - pura lupa akan semua kelakuannya padaku akhir - akhir ini. Dia bertanya seolah aku bertindak tanpa sebab waktu itu.

“Lupain aja, aku mau pulang” kataku.

“Aku minta maaf” katanya sambil terus menggenggam tanganku.

“Bisa lepasin aku nggak? Aku mau pulang” kataku. Itu cukup membuat Jupri melepaskan genggaman tangannya padaku.

Aku berjalan menyusuri jalan raya sendirian, aku berharap aku bertemu dengan temanku yang searah dengan rumahku.

Sampai akhirnya aku melihat ada sosok laki - laki yang tadi menolongku dan lainnya dari enam orang yang tiba - tiba menghadang kami waktu itu.

Dia Min..

Dia terlihat sedang duduk dibangku plastik khas yang biasa ada ditukang jualan pinggir jalan.

Dia duduk sambil sibuk dengan hpnya sendiri, seolah tidak perduli kalau saja musuhnya tadi sedang mengincarnya karena saat itu dia sendirian.

Tanpa fikir panjang aku melangkahkan kaki menghampirinya malam itu, aku juga tidak tau kenapa aku bisa spontan seperti itu.

Karena saat bersama Jupri, dia duluan yang memulai pembicaraan denganku. Tapi Minn... Ahh lelaki itu memang selalu memiliki hal yang membuatku melakukan apa yang sebelumnya belum pernah aku lakukan.

“Bang Minn...” sapaku saat aku sudah berdiri disebelahnya.

“Ehh eloo, kirain siapa” katanya.

“Aku ngagetin ya?” tanyaku.

“Nggakk, santai - santai” jawabnya.

“Uummm.. Itu, makasih ya udah mau nolongin kita tadi, kalo Bang Min nggak dateng aku nggak tau deh Jupri sama Ican diapain sama anak - anak tadi” kataku dengan nada sedikit pelan karena itu kali pertama aku berbicara dengannya.

“Ohhh hahaha santai, kebetulan lewat aja gue tadi” jawabnya.

“Yaa pokoknya makasih lah buat yang tadi” sautku.

“Iya santaii” jawabnya sambil tersenyum kearahku.

“Lo mau kemana? Sendirian?” tanya Min padaku sambil melihat ke sekelilingku.

“Iya sendiri, aku mau pulang” jawabku.

“Pulangnya kemana?” dia kembali bertanya padaku.

“Bawah” jawabku.

“Ohh anak bawah” katanya dan aku hanya mengangguk pelan.

Min bangkit dari tempat duduknya lalu menghampiri tukang nasi goreng yang masih sibuk dengan kegiatannya waktu itu.

Story of ReinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang