12

21 1 0
                                    

“Bang Min dimana?” tanyaku pada salah satu temannya Min yang ada ditongkrongannya.

Pagi itu aku sudah ada ditongkrongannya Min, malamnya aku sempat meminta Min untuk mengantarku ke klinik dekat situ.

Waktu itu aku merasa kurang enak badan setelah apa yang aku jalani selama liburan. Jam tidurku benar - benar berantakan karena harus mengulas banyak pelajaran yang nilainya dibawah sebelumnya.

Hari liburanku waktu itu benar - benar tidak mengasyikan, berbeda jauh dengan teman - temanku yang lain.

Untungnya, Min selalu bisa membuatku nyaman menjalani hari demi hari membosankan itu.

Disana aku disambut baik oleh teman - temannya, walaupun aku kesana hanya sendirian tidak bersama Sifa dan Saudaraku, Rita.

“Min belum kesini Naa, lo tunggu aja. Tadi dia juga nyuruh kita nyampein ke elo kalo lo udah sampe disuruh tunggu” kata Rajap.

Aku hanya menurut lalu duduk dikursi yang ada disekitaran situ.

Tak lama salah seorang temannya Min menghampiriku lalu memberiku semangkuk bubur ayam.

Aku tidak tau maksudnya apa, tadinya aku fikir kalau mereka mau macam - macam padaku.

“Gue disuruh Min kok Naa, tadi Min bilang kalo lo usah sampe sini disuruh sarapan dulu” katanya.

Aku hanya tersenyum lalu menerima pemberian temannya Min itu.

“Makasih yaa” kataku.

Aku tidak sama sekali menaruh rasa curiga terhadap mereka, karena memang Min selalu menyuruhku untuk sarapan pagi setiap hari.

Dia tau aku adalah orang yang tidak bisa telat makan, itu alasan dia selalu menyuruhku sarapan setiap pagi.

Hal kecil yang mungkin terdengar berlebihan, tapi selalu membuatku merasa senang diperlakukan seperti itu oleh orang seperti Min.

Ntah kenapa, dia benar - benar berbeda dari dua lelaki yang pernah ada dihidupku sebelumnya. Dia benar - benar selalu bisa membuatku merasa nyaman menjalani hari - hariku, ntah itu dengan tingkah konyolnya atau semacamnya.

Apalagi, dia tau kalau hari itu aku memang sedang kurang enak badan.

Saat sedang menikmati bubur ayam pemberian temannya tadi, aku melihat dari kejauhan Min berjalan menghampiriku.

“Udah buburnya?” tanya Min padaku.

“Udah nihh, makasih ya” jawabku.

“Makan dulu, nanti gue temenin ke klinik deket sini” katanya.

Aku hanya mengangguk dan melanjutkan makan bubur yang ada didepanku.

“Gimana soal anak PL?” tanya salah satu temannya.

“Gausah bahas sekarang, gue lagi nggak kepengen ngebahas mereka” jawab Min dengan tenangnya.

“Hati - hati Min, gue ngeri mereka nyerang lo dijalan” kata temannya lagi.

Aku menghentikan kegiatanku.

Aku tak tau apa masalah Min dengan mereka, tapi aku tau kalau posisi Min sedang tidak baik - baik saja.

“Lo tau gue kan?” tanya Min dengan santainya.

Setelah selesai makan, Min mengajakku ke salah satu klinik yang tidak jauh dari tongkrongannya tadi.

Dijalan aku tidak pernah berhenti memperhatikan sekitarku, takut ada yang tiba - tiba menyerang Min waktu itu.

“Kenapa Naa? Dari tadi kayaknya gelisah banget?” tanya Min memulai pembicaraan waktu itu.

Story of ReinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang