Lautan yang biasanya berwarna biru atau bening jernih nan cantik. Pemandangan itu kini tidak ada di tempat ini. Melainkan hanya lautan darah. Warna merah berbau amis itu hampir menutupi seluruh tempat peperangan.
Perang antara anak dan Ayah kandungnya sendiri. Pihak yang tua kini tumbang, kalah telak. Entah karena kekuatan musuh maupun jumlahnya. Menyisakan sang ketua tengah duduk dengan terengah-engah. Entah berapa banyak luka yang sudah diterima tubuhnya itu.
Sedangkan dari sang pihak lawan. Baik anak buah maupun ketuanya sendiri masih berdiri walaupun tidak dengan posisi sempurna sebab ada banyak luka yang diterima.
Tangan kiri Damian memegangi pistol. Tangan kanannya memegangi pedang katana.
Damian membelot untuk memberontak kepemimpinan Ayahnya yang sudah banyak membuat klan La Cosa Nostra merugi besar. Bahkan tidak stabil karena sang ketua justru sibuk bermain-main mencari wanita cantik untuk dijadikan jalang.
Donovan De Luca, ketua sekaligus Ayah dari Damian. Semenjak dahulu hingga sekarang selalu saja sama. Gemar mengkoleksi wanita bak sampah karena begitu banyaknya yang dijadikan tempat membuang sperma sembarangan.
Suara gesekan antara pedang katana yang Damian genggam, dengan lantai yang dipijaknya menjadi bunyi kematian bagi Donovan.
"Umurku saat itu masih tujuh tahun, Jeff berusia lima tahun. Saat aku dan adikku melihat tubuh Mama mati mengenaskan di depan mata kami sendiri akibat ulahmu," papar sang anak.
"Terlalu lama mengemban luka dan sakit hati. Kau tidak pernah berubah semenjak dahulu, Donovan. Rasanya tidak sudi saat aku harus memanganggilmu dengan panggilan, Ayah. Rasanya panggilan itu tidak cocok bagi orang hina seperti dirimu."
"Aku belajar hingga sampai detik ini terus-menerus belajar hanya untuk satu hal, yaitu hari ini. Hari di mana kematianmu tiba."
Jefferson Air De Luca. Adik satu-satunya Damian yang lelaki itu anggap karena terlahir dari Ibu yang sama. Lahir dari seorang istri yang sah. Bahkan satu-satunya yang dianggap sebagai Doña La Cosa Nostra, Evellyn De Luca.
Jeff mendekati Donovan dengan tangan kosong.
Bugh!
Kaki kanannya menendang kepala Donovan seakan-akan itu adalah bola untuk dimainkan.
Semua anggota klan baik ada dipihak Damian maupun dipihak Donovan, sama-sama terdiam hanya mampu melihat. Dua iblis yang baru saja keluar dari neraka terdalam, kini tengah mengamuk di muka bumi.
Damian menancapkan katananya. Duduk berjongkok tepat di depan wajah Donovan penuh dengan seringai kepuasan.
"Ada kata-kata terakhir sebelum kau bertemu dengan para jalangmu di neraka nanti?" sindir Damian.
Donovan terkekeh pelan. "Jika membunuhku apa kau akan merasa kuat begitu? Menggantikan posisiku di La Cosa Nostra? Ingat, mereka begitu setia padaku."
"Padamu? Ketua Klan yang sibuk mencari lubang sempit milik para wanita, lantas kau memasukinya sepuasmu?" cibir Jeff.
"La Cosa Nostra tidak seperti kepemimpinan ketua terdahulu semuanya gara-gara kau sibuk meniduri para wanita. Tidak mau melepaskan Mama, tetapi kau pun selalu bersenang-senang dengan wanita luar. Keparat memang! Kau bahkan terlalu mudah jika mati tanpa penyesalan seperti sekarang."
"Jeff," panggil Donovan.
"Tidak ada hak kau memanggil namaku, bajingan! Jika masih saja terus tidak terima dengan keadaan. Lebih baik aku bantai kau sekarang."
"Tidak ada yang setia padamu, Donovan," timpal Damian. "Semuanya sudah setuju di bawah kepemimpinan yang baru. Dan itu aku."
"Jika kau khawatir di masa mendatang akan ada penghianat baru. Atau mereka yang berniat membelot melakukan pemberontakan. Maka ingat ini satu hal, aku akan melakukan hal yang sama. Dengan apa yang sudah aku lakukan padamu saat ini juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine
Fanfiction[WARNING‼️] Cerita ini mengandung kata-kata kasar, adegan berbahaya, sadis, dan tindakan yang brutal. . . . Semua orang tahu siapa dia. Sosok manusia yang namanya dikenal sebagai pembunuh berdarah dingin, tak kenal belas kasih, tak kenal ampun. Ji...