Suara sepatu boots hitam terdengar menggema di dalam hunian yang nampak sederhana tetapi kesan mewah ada di setiap sudutnya. Beberapa pelayan, anggota Klan yang berjaga menunduk hormat kepadanya.
Tempat ini adalah satu-satunya tempat yang pantas disebut sebagai rumah. Peninggalan Evellyn De Luca untuk kedua putranya sebelum meninggal ditelan keputusasaan.
Pria itu baru saja datang setelah selesai menjalankan tugas sebagai seorang Underboss, atau katakanlah seorang wakil dari ketua Klan.
Wajahnya jauh lebih bersahabat, murah senyum bahkan mudah untuk diajak bercanda. Tetapi jika menyangkut sisi emosionalnya, pria yang satu ini adalah setan yang terlepas dari dalam neraka.
Tipe pria yang lebih suka bertindak walaupun dengan kekerasan. Daripada banyak berpikir dan berkata-kata manis.
Jefferson Air De Luca.
Pria itu kembali tersenyum ketika mendapati salah satu wanita tua yang menjadi kepala pelayan di sana. Bekerja semenjak Evellyn masih hidup hingga detik ini masih setia mengurus Damian dan Jeff.
"Selamat malam Bibi Asena yang cantik. Aku lihat-lihat, semakin menua, kau semakin terlihat memukau."
Bibi Asena adalah yang pengurus rumah ini ketika sang pemilik begitu sibuk diluaran sana. Mengatur banyak hal. Dan bagi Jeff, sosok Bibi Asena seperti pengganti sosok Ibu yang telah lama pergi.
Bibi Asena tersenyum mendengarnya. "Kau selalu saja seperti itu. Sudah makan malam?"
"Kirimkan saja nanti ke dalam kamarku. Aku ada urusan sebentar dengan Kak Damian. Apa dia sudah pulang?"
Asena mengangguk. "Aku baru saja membuatkannya kopi. Don Damian ada di dalam ruangan kerjanya."
"Kau yang terbaik," puji Jeff memberikan satu ciuman pada pipi kiri Asena. Membuat wanita tua itu tertawa renyah.
"Jangan lupa kirimkan makan malamku ke dalam kamar nanti, Bibi cantik."
"Dimengerti Tuan Jeff."
Jeff melanjutkan perjalanannya menuju ruang kerja sang Kakak. Ada hal yang mampu membuat ia merasa, ini akan sangat menarik, tetapi juga melelahkan.
Tanpa perlu mengetuk pintu, Jeff bisa langsung masuk dan melihat Damian tengah duduk diam di depan perapian yang ada di ruangan kerjanya. Duduk tenang di atas sofa dengan menatap api yang mulai melahap habis kayu-kayu yang menumpuk di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine
Fanfiction[WARNING‼️] Cerita ini mengandung kata-kata kasar, adegan berbahaya, sadis, dan tindakan yang brutal. . . . Semua orang tahu siapa dia. Sosok manusia yang namanya dikenal sebagai pembunuh berdarah dingin, tak kenal belas kasih, tak kenal ampun. Ji...