Dengan lesu, Vanessa berjalan menuju halte depan kampus untuk menunggu angkutan umum. Ponselnya mati kehabisan baterai. Mana ini udah jam 8 malem, suasana depan kampus redup dan sepi.
"Neng, mau ditemenin nggak? Sendirian aja, nanti kedinginan lho," kata seorang laki-laki yang duduk di warung dekat kampusnya. Sementara pria-pria lainnya bersorak dan bersiul.
"Neng, mau dibantuin nggak? Kayaknya dadanya berat ya,"
Sial bener gue hari ini!, umpat Vanessa. Tubuh atasnya memang tertutup, tapi tidak bisa menyembunyikan dadanya yag besar. Apalagi sekarang bertambah menjadi 36B.
"Pahanya mulus bener, Neng," goda yang lainnya.
Tak lama kemudian, sebuah sedan berwarna hitam berhenti tepat di depan Vanessa. Kaca depannya perlahan terbuka menampilkan sosok di dalamnya.
"Ethan?" kata Vanessa melihat seorang laki-laki berkacamata hitam di balik kemudi.
"Lo ngapain di sini sendirian, Van? Lo lagi jual tubuh lo? Sampe-sampe tuh mamang-mamang gratis godain lo,"
Vanessa berdecak, "Lagi nunggu angkutan umum,"
"Mana ada angkot lewat sini di jam segini woy? Pulang bareng gue aja," tawar Ethan.
"Nggak," jawab Vanessa.
Dipikir Vanessa tidak tahu apa siapa si Ethan ini. Laki-laki satu ini sangat terkenal dengan sepak terjangnya di ranjang. Ethan memang tidak tampan, tapi dia memiliki kharisma tersendiri dan memiliki sex appeal yang tinggi. Bahkan katanya permainan ranjangnya sangat jago. Bagaimana bisa mereka saling kenal? Karena Ethan pernah beberapa kali menggoda Vanessa tapi tidak pernah ditanggapi oleh Vanessa.
"Lo yakin? Padahal gue udah baik lho nawarin tumpangan ke lo. Gue jamin lo bakal pulang dengan selamat," Vanessa masih bergeming.
"Yaudah kalo lo gak mau. Gue gak yakin lo bakal aman di sini. Palingan juga lo bakal digangbang sama mamang-mamang itu. Gue duluan ya," ujar Ethan seraya melajukan mobilnya dengan sangat pelan.
"Eh Ethan, Ethan!" panggil Vanessa sehingga membuat Ethan menghentikan mobilnya lagi. "Gue nebeng lo ya," ucap Vanessa pada akhirnya.
"Good decision!" kata Ethan seraya membukakan pintu untuk Vanessa.
Selama perjalanan, Vanessa hanya beberapa kali menanggapi omongan Ethan. Ia hanya ingin cepat sampai di apartemennya.
"Mana si Marcell, Van?" tanya Ethan. Ethan adalah kakak tingkat Vanessa di Universitas yang sama. Dia seangkatan dengan Marcell dan kebetulan berteman dengan Marcell.
"Dia lagi sibuk ngurusin acara organisasinya," jawab Vanessa sekenanya.
"Van, tumpangan ini gak gratis lho," ujar Ethan seraya tetap mengemudikan mobilnya.
"Ya, nanti gue bayar," jawab Vanessa yang melihat pemandangan luar.
"Tapi gue gak mau uang sebagai bayarannya,"
"Terus?" tanya Vanessa seraya menoleh pada Ethan.
"Ya biarin tangan gue yang gatel ini menikmati toket lo, Van. Setidaknya sampai di apartemen lo," ucap Ethan yang menyeringai mesum.
"Gila ya lo! Gue pacar temen lo, Than!"
"Kan si Marcell nggak tahu. Belum tentu juga dia setia sama lo, Van. Cuma toket lo doang Van, bukan uang," bujuk Ethan. "Apa lo mau gue turunin di sini? Gue gak yakin lo bakal selamat," lanjutnya seraya menghentikan mobilnya.
Vanessa menatap ngeri tempat yang sepi dan gelap itu. Ia tidak sadar kalau Ethan mengambil rute yang lain menuju apartemennya. Walaupun rumah dan universitas tempat Vanessa belajar masih satu kota, tapi cewek itu memutuskan tinggal sendiri untuk melatih kemandiriannya.

YOU ARE READING
Vanessa
RomanceWARNING! FULL 21+ YG GK SUKA MINGGIR JAUH"! Bercerita tentang pengalaman Vanessa dengan lelaki dari berbagai kalangan.