Hari ini Vanessa hanya sendirian saja di rumah. Mamanya sedang berkunjung ke rumah saudara dan papanya sedang dinas ke luar kota. Sengaja ia menolak ajakan mamanya karena ingin bersantai saja di sela kesibukan kuliah. Hanya saja, ia diberi tugas oleh orang tuanya untuk mengawasi kinerja para kuli yang sedang merenovasi rumah bagian depan dan untuk memenuhi kebutuhan mereka seperti makan dan sebagainya.
Setelah memastikan kinerja para kuli aman, Vanessa menyalakan TV dan mencari film terbaru di Netflix. Ia memilih salah satu cover yang menarik, entah apa itu judulnya. Dari awal hingga pertengah film, tidak ada yang menarik menurutnya. Namun, saat ada adegan panas, matanya melebar dan ia langsung mengamati tontonan tersebut.
Semakin lama tontonan tersebut dapat memancing gairah Vanessa. Tanktop Vanessa mulai tersingkap hingga menampilkan perutnya yang rata sebab tangannya bergerak memainkan payudaranya. Bahkan kancing hotpantsnya mulai terbuka karena tangannya menyusup dengan lihai ke liang surgawinya.
Tanpa Vanessa sadari, terdapat 3 pasang mata yang sedang mengmemekpnya. Awalnya, salah satu dari mereka ingin memanggil Vanessa untuk menanyakan jenis model keramik yang akan digunakan. Ia terperangah saat melihat pemandangan menggiurkan di ruang tengah. Alhasil, dua temannya menyusulnya karena ia terlalu lama di dalam. Ternyata, sebuah pemandangan yang menggairahkan tersaji di depan mereka.
"Main sendiri aja, Neng..." ucap salah satu kuli yang berperawakan tinggi dan kurus. Ia langsung mengeluarkan payudara Vanessa, "Bagus bener toketnya, Neng, kenyal, besar lagi. Sering diremes ya, Neng?" tanyanya seraya meremas gemas kedua payudara besar itu.
"Mang Ali!" jerit Vanessa terkesiap, "Jangan kurang ajar, ya! Keluar!" lanjutnya seraya beringsut mundur untuk menghindari jamahan Mang Ali.
"Sudahlah, Neng Vannesa. Nikmati saja permainan kami, daripada main sendiri," timpal kuli lain yang berperawakan gempal dan pendek. Ia langsung mengunci kedua tangan Vanessa di belakang tubuh cewek itu.
"Jangan, Mang Edi! Lepas!" Vanessa masih meronta seraya menghindari cumbuan kuli tersebut di lehernya.
Vanessa menendang-nendang kakinya ke arah Mang Ali. Namun tak berlangsung lama karena seorang kuli yang berkulit paling hitam segera menangkap kaki Vanessa dan menjilatinya.
"Lembut bener kulitnya, Neng, putih lagi, sering perawatan ya, Neng?" puji kuli tersebut dengan senyum mesumnya.
"Mang Pono, jangan dilepas, Mang, kumohon," pinta Vanessa saat kuli yang menghisap pahanya tersebut mulai melepas bawahan Vanessa, "Tolong, tol-mmmppphh," ucapan Vanessa terputus karena Mang Edi mulai mencumbu mulutnya hingga mampu menyelipkan lidahnya ke dalam mulut Vanessa. Kumisnya membuat Vanessa kegelian.
"Hahahaha... sudahlah, Neng Vanessa, nikmati saja permainan kami. Orang di luar tidak akan mendengar," kata Mang Pono.
"Mmmm.." Vanessa mendesah tertahan merasakan jilatan dan remasan di payudaranya ulah Mang Ali. Tanktopnya sudah tak tahu terbang ke mana. Yang pasti, dia sudah topless.
"Mmmmhh, Neng... enak bener toketnya, montok!" ucap Mang Ali. Ia merengkuh kedua payudara Vanessa, menyatukannya di tengah, dan meremas-remasnya kuat seperti balon saking gemasnya. Kemudian, ia masukkan kedua bongkahan itu ke mulutnya dengan sekenanya karena payudara tersebut terlalu besar untuk masuk semua ke dalam mulutnya.
Tubuh Vanessa tersentak karena memeknya ditekan oleh telapak tangan Mang Pono. Matanya melebar merasakan elusan dan gesekan di memeknya. Tanpa ia mau, tubuhnya bereaksi tatkala itilnya disentil dan diremas.
"Buset, Neng, memeknya indah banget, tembem, dan gundul," puji Mang Pono yang terlihat kagum akan memek Vanessa. "Enak banget ya, Neng?" godanya, "Ini memeknya udah banjir, udah siap dientot, dong," ujarnya dengan seringai mesumnya.
YOU ARE READING
Vanessa
RomanceWARNING! FULL 21+ YG GK SUKA MINGGIR JAUH"! Bercerita tentang pengalaman Vanessa dengan lelaki dari berbagai kalangan.