09

2.4K 266 4
                                    

📌 Fri., June 2, 2023








.








Drap.

Drap.

Drap.

Seorang perempuan sedang berjalan sendirian. Ia merasa seperti ada yang mengikutinya. Karena takut, perempuan itu mempercepat langkah kakinya.

Drap!

Langkahnya tergenti. Perlahan memberanikan diri, perempuan itu menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati sosok yang pernah muncul di hidupnya.

"Kita bertemu lagi." Ujar seseorang yang mengikutinya.

"K-kau!"

"Oh? Kau mengingatku?" Pria itu tersenyum miring.

Perempuan itu hendak berteriak. Namun, tenggorokannya seperti tercekat. "J-jangan bunuh aku! Ku mohon.." Ia mengemis-ngemis pada si pria.

Pria itu semakin terlihat menyeramkan. "Apa yang akan kau berikan padaku, jika aku tidak membunuhmu?"

"Apapun! Apapun akan ku berikan asalkan bukan nyawaku."

"Baiklah. Kau harus.." Sang pria membisikkan sebuah rencana jahatnya. Membuat perempuan itu bergidik ngeri.

"K-kau serius?"

Ia menerima sebuah anggukan. "Aku.. AH! IYA! Aku akan melakukannya!"

Hampir saja nyawanya akan melayang. Karena cakar telah menggores lehernya.

"Jika kau berhasil melakukannya, maka aku akan membuatmu hidup abadi." Seperti terhipnotis, perempuan itu mengangguk patuh. Tawaran yang sangat menggiurkan. Ia tidak akan bisa menolaknya.






.







Klontang!

Jeongwoo meringis. Tangannya bergerak cepat untuk mengambil barang yang ia jatuhkan.

"JEONGWOO!"

Tubuhnya menengang. "Maaf sayang." Werewolf itu tersenyum konyol pada kekasihnya.

"Sejak tadi, kau selalu menjatuhkan apapun. Jika tidak niat untuk membantu, pergi saja!" Omel Haruto. Ia merampas lampu kaleng yang dipegang Jeongwoo.

"Sudah, sudah. Jeongwoo, lebih baik kau bantu Asahi saja. Aku yang akan menggantikanmu." Lerai Jaehyuk menghampiri mereka.

Mau tidak mau, Serigala itu pergi. Daripada terkena amukan cinta dari Haruto.

"Jadi, apa yang bisa ku bantu disini?"

"Kakak cukup susun lampunya bentuk love." Haruto memberikan beberapa lampu yang mereka buat sendiri dari kaleng bekas bir.

Disisi lain, Jeongwoo tetap mengacau. "Argh!" Tingkahnya membuat geram Asahi.

"Aku menyuruhmu untuk mengaitkan tali lampunya ke sudut dinding, kenapa kau malah meletakkannya di atas atap?"

"Mana ku tahu! Kau hanya memberiku lampu ini. Saat ku tanya harus ku apakan, kau malah menjawab dengan memajukan kepalamu ke arah atap." Jadi bukan salahnya, 'kan?

"Sudahlah, lebih baik kau mengemas barang yang tidak terpakai lagi. Lagi pula, sudah hampir selesai." Yoshi menepuk bahu Jeongwoo.

"Wah! Cantik sekali!" Mata Jaehyuk berbinar.

"Aku iri pada Jihoon. Bahkan ketika Asahi melamarku, dia tidak seromantis ini." Asahi meliriknya sekilas. "Setidaknya versi kita lebih panas."

Pipi Jaehyuk merona. "Asa!" Ia menepuk pelan dada sang suami.

"Hahhahah! Terimakasih telah membantuku. Aku berhutang budi pada kalian." Ucap Yoshi tulus. Ia yakin, Jihoon pasti menyukainya.

"Tidak masalah. Jika kau butuh kami lagi, panggil saja."

Sedari tadi, senyum bahagia tidak lepas dari bibir Yoshi.







.








"Milikku!"

Jihoon menghembuskan napasnya kasar. Masih saja Yoshi memanggilnya dengan panggilan seperti itu.

"Sudah dulu ya, Mashi. Yoshi menjemputku."

Mashiho mengangguk kecil kemudian melambai tangan pada mereka berdua. "Hati-hati dijalan!"

Si manis tersenyum membalas ucapan temannya. "Itu Mashiho. Dia manis sekali, 'kan? Pantas saja Junkyu tergila-gila padanya." Ujar Jihoon pada Yoshi.

"Lebih manis dirimu."

Blush~

Jihoon mengatupkan bibirnya menahan senyum. "Apa sih!?"

"Tunggu aku!" Aksi kejar-kejaran mereka terlihat sangat menyenangkan. Jihoon sangat manis ketika tertawa lepas.

Seketika Jihoon terpukau. Ia melihat sebuah pondok kecil yang dihiasi lampu gantung. Saat melirik ke belakang, ia tidak menemukan Yoshi.

"Yoshi? Kemana kau?"

Celingukan mencari. Tetap tidak membuahkan hasil. Tak lama Jihoon mendengar seperti ada yang berbisik padanya. Menyuruhnya untuk masuk ke pondok itu.

Ia melangkah dengan ragu. Jihoon berpikir jika pondok hias ini bukan untuknya, bukankah ia akan merasa sangat malu?

Ketika masuk ke dalam, ternyata cukup gelap. Saat ia duduk, seketika lampunya menyala. Binar dimatanya muncul karena melihat tulisan dihadapannya.

"Y-yoshi.." Lirihnya.

"Will you?" Yoshi memberikan setangkai mawar merah.

Jihoon tak bisa berkata-kata. Disatu sisi, ia memang menginginkan kepastian. Namun disisi lain, menerima Yoshi untuk menjadi pasangan hidupnya adalah hal yang rumit. Ia harus siap dengan semua konsekuensi yang akan ia hadapi, nanti.

Lama tidak menjawab, membuat Yoshi sedikit kecewa. Ia menundukkan kepalanya. Sepertinya memang tidak ada harapan. Ia berpikir, tidak ada manusia yang mau mengorbankan nyawanya demi menjadi pasangan dracula.

Hap!

Tanpa aba-aba, Jihoon melompat ke pelukan Yoshi. "Of course, I will!" Teriaknya.

Rasa bahagia membuncah begitu saja. "Kau serius? Kau benar-benar ingin menjadi pasanganku? Tapi, tapi.. kau tidak terpaksa, 'kan? Kau–"

Cup!

"Sstt! Berisik. Diamlah sebelum aku berubah pikiran."

Makhluk itu membeku. Jihoon menciumnya. Ya! Menciumnya, di bibir.

"Mulai nakal, hm?" Oh, tidak. Jihoon membangunkan sisi liar Yoshi.

Wajah mereka semakin dekat. Sedikit lagi bibir itu akan menyatu kembali.

Gagal.

"Sial!" Umpat Yoshi pada ponsel Jihoon yang berbunyi. Sedangkan si manis hanya tertawa kecil.

"Junkyu? Tumben sekali ia menelepon."

Yoshi dengan senang hati menunggu kekasihnya mengangkat telepon. Namun, alangkah terkejutnya ia ketika Jihoon tiba-tiba menangis.

Sesuatu yang buruk telah terjadi.






.







Tubikontinyu.
Mau double up, gak?

Crooked >> YoshihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang