-maafkan typo dan selamat membaca-
"Ughh.. apa yang...aku di..mana?? " Ujar Jeno pelan sambil mencoba menggerakkan anggota tubuhnya. Tangan sehingga kakinya terasa seperti sudah lama tidak digerakkan. Bunyi tulang-tulang kedengaran setiap kali dia mencoba bergerak
"Uhh, kau tidak apa-apa??? " Suara aneh dari sampingnya membuat Jeno mengerjapkan matanya seketika. Dia bangun dari kasur yang agak lain dari kasurnya di rumah itu lalu duduk dengan tenang. Setelah mengelamun seketika, dia pun melihat ke arah sumber suara tadi.
"Anda.. siapa? " Soalan pertama yang dikeluarkan Jeno itu sepertinya telah membuatkan pihak lawan bicara tergamam. Matanya membulat lebar dengan alis yang mengerut. Tangan kanannya yang bergetar naik ke udara lalu dia menunjuk ke arah wajahnya sendiri sambil berkata,
"A-apa kau hilang ingatan setelah terkena demam panas? Ini aku! Na Woorim, sahabatmu! "
"Ohh, Na Woorim.... HAH?! NA WOORIM?! " Jeno dengan pantas menekup wajah lelaki berusia lingkungan 14 tahun di hadapannya. Wajahnya di tolehkan ke kiri, lalu kanan, lalu ke kiri semula, dan akhir sekali ke atas, tepat ke wajahnya.
"W-Woorim? Anak raja Na? " Tanya Jeno dengan suara ketakutan.
Na Woorim mengangguk laju lalu dia pun tersenyum bahagia karena di pikirannya, Jeno sudah melupakannya. Syukur itu tidak terjadi. Jeno pula seperti orang yang tertangkap basah. Wajahnya pucat dan keringat mulai membasahi jidatnya. Dia perlahan melihat semula ke arah Woorim yang masih tersenyum sambil memandang ke arahnya.
"Kau terlihat seperti anak baik... Tapi kenapa kau harus mencari masalah dengan adikmu?! Apa kau tau kau bakal mati ditangannya?! "
Jeno seketika hanyut dalam pikirannya. Dia memikirkan betapa mengerikannya cara Woorim dibunuh oleh Na Jaemin nanti. Sebentar, " yang mati dengan cara paling mengerikan itu diriku! Karakterku! Bangsat! Kenapa aku mesti jadi dia sih?! Endingku bakal jadi begitu menyedihkan sehingga mayatku bakal gentangan di mana-mana saja karena tidak dikuburkan! " Karena rasa stress dan kondisi badan yang masih lemah, Jeno akhirnya jatuh pingsan semula dan tidak sedarkan diri sehingga sore.
***
"Gimana aku bisa masuk ke dunia ini? Sebelumnya, aku hanya menghabiskan waktuku di kamar untuk menghabiskan bacaan tentang raja Na...Terus, aku ke jendela...Dan...Di sambar petir... " Jeno berhenti melangkah. Dia sedang berada di dalam hutan yang tidak jauh dari area tempat tinggalnya. Suasana di dalam hutan dan danau yang terlihat begitu bersih di hadapannya membuatkan Jeno berlari-lari anak ke sana.
Jeno duduk berhampiran danau tersebut dan mulai melamun lagi. Terlalu banyak isi pikirannya sehingga membuatkan dia ingin menangis. Sosok ibu penyayang sudah tidak ada lagi disisinya, digantikan oleh sosok ayah yang selalu sibuk dengan pekerjaannya.
"Kenapa aku mesti jadi dia? Ibu...Aku mau pulang...aku tidak mau disini...." Rintih Jeno dengan suara yang begitu pilu. Bagaimana tidak, lihat saja karakternya. Walaupun namanya sama tapi karakter mereka berbeda, seorang dengan hati yang hitam dan seorang lagi dengan rasa simpati yang begitu besar dan mudah mengasihani insan yang lemah.
"Gimana nih... Aku gak tau apa yang terjadi sebelumnya atau apa aku sudah pun menyakiti Jaemin " Jeno merebahkan badannya di atas rumput lalu memejamkan matanya. Karena terus berpikir, dia tertidur dengan lengan yang diletakkan di atas jidatnya.
Merasakan tiada cahaya lagi yang dapat dirasakan dimatanya, Jeno membuka mata dan melihat ke arah kawasan sekitar. Bulan sudah menunjukkan diri, unggas berterbangan di sekitar pinggiran danau, burung hantu sesekali berbunyi dan hanya ada cahaya terang dari bulan yang bisa dijadikan sumber cahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SCUMBAG-KING [Jaemjen]
Historical Fiction"apa kalian pernah dengar nama Na Jaemin? seorang raja dari jaman pemerintahan Joseon. Dia terkenal dengan nama 'sang penguasa harem' karena selama hidupnya, dia dikelilingi para wanita cantik dan itu tidak sedikit. " -bapak Kim- "pasti bahagia hidu...