3. senyuman terindah milikmu

885 115 10
                                    

"maafkan typo dan selamat membaca"

Keesokan paginya, Jeno bangun terlebih dahulu karena takut ketauan sama pembantu keluarga diraja. Melihat tangan kecil yang masih melingkar di perutnya, Jeno tanpa sadar mengukir senyuman indah. Jemarinya naik ke atas pipi lembut Jaemin lalu dengan perlahan bergerak naik ke rambutnya. Begitu halus, tapi karena luka-luka ditubuhnya membuatkan wajah seputih salju itu ternodai. Kesan lebam di bagian sudut bibir serta pelipisnya masih terlihat baru. Jeno meringis saat membayangkan dirinya yang berada di pihak Jaemin.

"Anak yang malang " pikir Jeno.

Jeno menghela nafas pelan lalu mengalihkan tangan yang melingkar di perutnya dengan berhati-hati. Langit diluar masih belum sepenuhnya cerah, ayam pagi masih berbunyi untuk membangunkan warga penduduk. Burung-burung berkicauan terdengar begitu merdu di telinga. Jeno membenarkan letak selimut Jaemin lalu keluar dari kamar. Setiap dia melalui laluan yang mempunyai pengawal, dia akan sembunyi, seperti sekarang, ada dua pengawal di gerbang utama. Semalam mungkin keuntungannya karena tiada pengawal yang berjaga.

Jeno mengambil beberapa batu lalu melemparkannya sekuat tenaga ke arah tembok yang berada di bahagian kanan istana. Pengawal yang mendengar bunyi sesuatu langsung bergegas ke arah sumber suara. Melihat kesempatan yang ada, Jeno melesat laju ke arah gerbang dan berlari sepantas mungkin ke arah rumahnya.

Mungkin nasib sedang menyebelahinya, dia selamat dari pengawal istana dan pulang di kediamannya tepat sebelum matahari naik. Jeno langsung berlari ke kamarnya dan merebahkan badannya di atas lantai. Pengawal yang berjaga di pintu depan tidak menghentikannya. Deru nafas laju terdengar begitu kuat, seperti orang yang baru saja lari marathon.

"Hahhh...! " Jeno mengesat peluh yang mengalir di jidat serta lehernya.

Tubuh yang dia duduki sekarang terasa sedikit lemah. Jeno berpikir untuk melakukan beberapa fitness agar dia sedikit lebih kuat. Dalam masa dia melamun, matahari tanpa sadar sudah naik, menerangi seluruh kawasan. Jeno ingat ini adalah hari pertama buat dia untuk melihat bagaimana situasi di sekolah barunya. Rasa gementar di hatinya membuatkan jantungnya berdetak lebih cepat.

Jeno meminta bantuan pengawal untuk menghantarnya ke sekolah, dengan alasan dia belum sihat sepenuhnya. Karena pengawal itu bukan yang berjaga tadi malam, mereka tidak menyaksikan kejadian dimana Jeno berlari memasuki kamarnya. Mereka langsung menuju ke sekolah. Jeno menggigit kuku ibu jarinya karena rasa takut yang menguasai tubuh.

"Tuan muda, anda baik-baik saja? " Tanya pengawal yang berkulit sedikit gelap.

"I-iya.. aku baik-baik saja " Jelas dari suaranya, Jeno sangat tidak nyaman.

Dua orang pengawal itu berpandangan sebelum membuat isyarat dengan mata mereka. Pengawal dengan parut di pelipisnya mengangguk lalu membuka mulutnya, berniat untuk menghiburkan Jeno.

"Tuan muda, aku ada soalan. Kalau tuan muda bisa menjawabnya dengan benar, aku akan memberikan hadiah kepada tuan muda, bagaimana? " Jeno terdiam seketika sebelum mengangguk dengan ragu-ragu.

"Baiklah, soalannya, apa benda yang masuk segi tiga, keluar bergulung? "

Jeno mengerutkan alisnya. Otaknya tiba-tiba saja dipenuhi dengan rumus matematika. Yang benar saja, soalan itu bukan soalan matematika tapi karena ada segi tiga, ianya seperti memerlukan Jeno untuk menyelesaikan masalah yang rumit. Jeno mencoba memberikan jawaban yang mengikutnya masuk akal.

"Apa kue? Atau sapu tangan? " Jawab Jeno.

Kedua pengawal tersebut menahan tawa mereka karena soalan yang baru saja pengawal tadi lontarkan merupakan teka teki bodoh. Orang kurang bijak dan suka bermain-main saja yang bisa mendapatkan jawaban sebenarnya dengan tepat tanpa berpikir lama.

THE SCUMBAG-KING [Jaemjen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang