8 : mimpi?

347 59 8
                                    

"Jaemin?!" teriak Jeno sebaik saja matanya menangkap sosok tubuh anak kecil dengan pakaian yang kotor.  Melihat Jaemin yang terus saja memberontak meminta dilepaskan beserta air mata yang mengalir di pipinya, Jeno segera berlari memeluk anak itu. Tangan kanannya setia mengusap punggung kecil itu sambil mengucapkan kata-kata penenang. 

Yuta dan Taeyong kembali saling bertatapan. Wajah mereka jelas menunjukkan simpati. Dulunya, Jeno sangat tidak menyukai anak kecil dalam pelukannya itu. Setau mereka, Jeno sangat anti pada yang namanya 'Jaemin'. Coba saja sebut nama anak itu, pasti Jeno akan memulai melempar barangan sambil berteriak tidak jelas. Entah apa yang sangat dibencinya pada anak itu. Tapi, tiba-tiba saja setelah dia sembuh dari sakitnya, dia mulai perhatian sama Jaemin, malah pernah sampai tidak selera makan karena terlalu mengkhawatirkannya.

Yuta memberi signal pada pembantu yang sedang berdiri di hadapan Jeno untuk berundur, memberikan Jaemin dan Jeno waktu untuk berdua saja. Mereka yang melihat signal tersebut menunduk hormat lalu segera beredar. Setelah memastikan semuanya telah bubar, barulah Yuta menarik Taeyong untuk pergi.

Jeno masih setia membujuk Jaemin. Anak itu menangis sehingga sesenggukan. Tangan kecilnya meremas kuat pakaian Jeno, enggan melepaskannya walaupun setelah Jeno mencoba berkali-kali. " Udah ya nangisnya... Siapa yang bikin kamu menangis hm? Ayo, bilang sama aku, biar aku pukulin orangnya. " Ujar Jeno dalam nada sedikit bercanda, berharap tangisan anak itu mereda. 

"hikk... hyung... aku me-merindukanmu... hik" ucap Jaemin.

Jeno mengerutkan alisnya. Nafasnya ditarik panjang sebelum dihembus pelan. Dia membawa tubuh Jaemin berdiri lalu dibawa masuk ke dalam kamarnya. Di dalam, Jeno mendudukkan anak itu di kasurnya lalu menggenggam tangan kecilnya. Permukaan kulit yang halus itu di elus penuh kasih sayang. " Jaemin... Ada apa? Kenapa tiba-tiba kamu ke sini? " tanya Jeno lembut. 

"a-aku gabisa hyung! aku bermimpi kau meninggalkanku... hik..." 

"hah?? mimpi? " Jeno semakin dibuat bingung sama anak itu. Jarinya sampai naik ke kepala buat menggaru kulit kepalanya yang tidak gatal.

"iya.. jangan hyung... jangan tinggalin aku... Jika hyung berkeras juga, aku tidak bakal segan buat mencarimu walaupun itu mengambil masa selama 1000 tahun. Dan di saat aku menemui mu, aku bakal mengurungmu, tiada siapa bakal menggangu kita." Sebaik saja Jaemin menghabiskan kata-katanya, anak matanya menatap tajam mata Jeno. 

...

"Arrghh!! " Jeno terbangun dengan keringat di sekujur tubuhnya. Mimpi itu kembali lagi. Setelah 10 tahun dia membuat keputusan untuk pergi menghilangkan diri, dia sering di datangi mimpi tersebut. Seperti ada sesuatu yang bakal terjadi pada dirinya. 

Ya, Jeno pergi dan tidak pernah kembali ke rumahnya selama 10 tahun tersebut. Walaupun kepergiannya ini hanya diketahui ayah, Yuta dan Taeyong. Mereka bertiga sempat menghalangi dirinya karena khawatir akan keselamatan Jeno. Tapi, demi keselamatan Jaemin, dia terpaksa menghilangkan diri. Anak itu berkeras buat menjumpai dirinya di rumah setiap hari. Setiap Jaemin menjumpainya, pasti akan ada luka baru ditubuhnya, bahkan luka-luka tersebut tidak dirawat. Seperti perjanjian Jeno sama Junghan, jika Jaemin ketahuan bertemu dengannya, anak itu bakap mendapat luka di tubuhnya.

Karena itu, Jeno membuat keputusan untuk pergi. Dia tidak sanggup lagi melihat kesan luka baru pada tubuh anak kecil itu. Dan selama 10 tahun ini jugalah, Jeno belajar cara menghidupkan dirinya tanpa bantuan orang lain. Dia memilih tinggal di sebuah desa yang terpencil, saking terpencilnya tempat tersebut, orang-orang memanggilnya 'desa arwah' karena sering tidak terlihat dan jarang disebut orang-orang. Walau begitu, penduduk di desa itu sangat baik padanya. Mereka semua mempunyai sopan-santun, mungkin karena faktor bilangan warga tua yang lebih tinggi berbanding anak muda dan juga jauh dari dunia luar. Hanya ada kedamaian di desa tersebut, dan Jeno menyukainya.

Setiap hari, dia bangun dengan semangat untuk menjalani harinya membantu warga di desa. Mulai dari memotong kayu di hutan, menimba air, bertukang dan sebagainya. Dan selama dia di desa itu, banyak sekali anak gadis yang menyukainya. Tidak sedikit yang sudah menyatakan perasaan cinta mereka terhadap Jeno, tapi hasilnya mereka tetap di tolak, dengan alasan, Jeno belum punya keinginan untuk menjalin hubungan. 

Setiap satu tahun, Yuta dan Taeyong akan datang buat melawat Jeno. Kedatangan mereka sering dinantikan anak-anak kecil di desa karena mereka bakal membekalkan beberapa kebutuhan penduduk dan juga manisan. Karena posisi desa yang terpencil, agak sukar buat mereka untuk mendapatkan dan merasakan kemanisan. Kedatangan mereka juga dinantikan oleh Jeno karena dengan itu saja dia dapat mengetahui perkembangan atau berita tentang apa yang sedang terjadi diluar sana.

Hari ini, Yuta dan Taeyong datang seperti biasa membawakan buah tangan seperti biasa. Jeno membawa mereka berdua ke rumahnya setelah selesai berurusan sama warga lain. Lawatan mereka kali ini terlihat berbeda. Sebaik saja mereka tiba, Jeno dapat merasakan aura yang tidak enak. Seperti ada masalah besar yang sedang berlaku.

Jeno membawa masuk kedua pengawal itu yang sudah dia anggap seperti abangnya sendiri ke dalam rumahnya. "ada apa? Kenapa wajah kalian seperti itu? " tanya Jeno tanpa menunggu lama.

Taeyong menghela nafas berat lalu menatap dalam anak mata Jeno. " Dia mencarimu Jeno. Kami hampir saja kehilangan nyawa karena tidak mau bilang dimana keberadaanmu. "

Mata Jeno membulat sempurna. Ini persis seperti apa yang dinyatakan di dalam cerita yang dia baca. Ternyata, sudah saatnya dirinya diburu oleh sang raja gila. "tapi kenapa? bukannya dia hanya mencari orang-orang yang pernah berbuat salah padanya? " tanya Jeno khawatir. 

"apa yang kau bicarakan? Benar, dia menangkap dan membunuh semua yang pernah menyakiti dirinya. Hanya tinggal Junghwan, Junghwi, Woorim... dan kau Jeno. Kami juga tidak tau mengapa dia berkeras mau mencari dirimu. Ketiga orang kakaknya itu sudah dia kurung dan siksa. Dari berita yang kami terima, dia bakal terus menyiksa mereka selama keberadaan kau tidak dijumpai. Apa kau ada berbuat salah-bentar... sebelum kau sembuh dari penyakitmu...apa karena itu?"

"ha??" Jeno terlihat keliru. Alisnya menyatu memikirkan kesalahan yang pernah dia lakukan dulu. Setelah dia mengulang semula ucapan terakhir dari Taeyong " sebelum aku sembuh dari penyakit-! oh tuhan! " Jeno menutup mulutnya. Ingatannya kembali pada cerita yang dibacanya. Sebelum dirinya sakit, dia sering menyakiti Jaemin tanpa pengetahuan anak itu. Segala perlakuan buruknya ditutup oleh wajah tampannya itu. Apa perlakuan buruknya itu sudah ketahuan?

"arghh..! bodohnya! Dasar manusia bodoh! "teriak Jeno dalam kepalanya. 

Jeno mengusap kasar rambut panjangnya lalu menghela nafas berat. Sejak dia masuk ke dalam tubuh itu, jarang sekali nasib baik menyebelahinya. 

"hahh... kami tidak bisa melindungi keberadaanmu lebih lama Jeno. Nyawa kami sudah tidak selamat. Kapan saja kami bisa mati di tangan raja gila itu. Berhati-hatilah, jangan sampai kau ketahuan. " ujar Yuta.

"Jika dia berani bermain sama nyawa kalian, aku sendiri akan turun tangan. Ingat itu. Bilang saja padanya, aku akan kembali jika masanya sudah tiba. " jawab Jeno sambil memijit pelipisnya.





To be continued...

selamat, anda di prank! ga, gw juga diprank, sma otak gw, bangkek memang. capekk capekkk, btw, maapkan typo ya ges ya. lagi ga enak badan, maklumin aja wkwk.

Udah pernah nungguin author lanjut tapi pas udah lanjut malah gajelas belum dek? Jangan ya dek ya 😞

THE SCUMBAG-KING [Jaemjen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang