10 : Jeno tertangkap?

409 62 11
                                    

[gajadi hiatus yagesya, wkwkwk, klo typingku kayak berbeda di ch sebelumnya, itu karena aku baru saja selesai menamatkan cerita donghua, kek keikut gitu cara penulisannya T_T maap ya ]

'Maapkan typo ya teman", selamat membaca.'

...

"PERHATIAN! Jangan ada sesiapa yang bergerak dari tempatnya. Kami akan melakukan pemeriksaan. " teriak seorang pengawal dengan suara yang kuat.

Jeno mulai berkeringat dingin. Baru saja dia ingin berpikiran positif, malah terkena badai tsunami. Matanya melirik ke arah pengawal-pengawal yang sedang memeriksa wajah satu persatu warga yang ada di rumah penginapan tersebut. Otaknya mulai pusing. Dia tidak tau cara untuk melarikan diri. Jika dia mau keluar, tiada jalan keluar lain. Hanya ada jendela dan pintu masuk penginapan. Jika dia bersembunyi, akan dengan mudah dirinya dijumpai karena rumah penginapan itu tidaklah besar.

"Jika aku melompat keluar jendela, apa mereka akan mengejarku?" pikir Jeno. Dia melihat pengawal sedang sibuk memeriksa wajah orang-orang di lantai bawah.

Dengan adanya kesempatan itu, dia segera melompat keluar dari jendela. Tempatnya berada di lantai 2. Atap penginapan itu dapat dia gunakan sebagai tempat injak lalu melompat turun ke lantai 1 dengan selamat. Setelah itu, dia berjalan dengan cepat melewati beberapa warga yang masih berada di kawasan tersebut.

Jeno tidak begitu tau akan jalan di tempat itu. Dia hanya tau jalan pulang ke rumah aslinya dan jalan menuju ke istana. Dia terus berjalan maju tanpa melihat kiri dan kanannya. Karena jalannya yang begitu cepat, dia tanpa sengaja menabrak pundak seseorang sehingga badannya sedikit linglung ke belakang. "Maaf, aku tidak melihat jalan-" baru saja Jeno mengangkat sedikit pandangannya, dia melihat pakaian khas istana di tubuh lelaki tersebut.

Keringat dingin kembali membasahi tubuhnya. Apa-apaan ini? Nasibnya sungguh sial hari ini. "Tolong jangan muncul di hadapanku sekarang...! " doa Jeno dalam kepala. Dia sungguh takut untuk mengangkat wajahnya. Tubuhnya juga sempat membeku saat matanya melihat pakaian tersebut.

"Hey! Berlututlah dan meminta ampun pada yang mulia!"

Jeno tersentak. Yang mulia? Oh tidak, mimpi buruknya benar-benar telah muncul!"M-maafkan aku y-yang mulia! Aku tidak fokus saat aku berjalan..." Jeno mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk mengeluarkan suara. Dia hampir saja berlutut untuk meminta ampun tetapi lelaki di hadapannya menghentikan tindakan selanjutnya.

"Tunggu. Buka cadarmu dan tataplah mataku."

Suara itu terdengar dingin dan menusuk. Bukan seperti Jaemin yang dikenal Jeno sewaktu dia masih bersamanya. Suara hangat yang sentiasa menyambut kehadirannya dengan ceria malah berubah dingin dan kejam. "siapa yang mengubahmu seperti ini Jaemin?!" Jeno sekali lagi berteriak dalam kepalanya. Rasa penyesalan tiba-tiba muncul karena telah meninggalkan anak itu sendirian menghadapi para setan di istana.

Jeno masih berperang dengan pikirannya sehingga dia melupakan situasi apa yang sedang dihadapinya. "Apa kau tidak mendengarkanku? " Suara dalam itu menarik kembali kesadaran Jeno.

Dia dengan takut-takut membuka cadar diwajahnya lalu meremasnya erat, terus berdoa agar penampilannya tidak dikenali sosok di hadapannya itu.

Tangan dingin Jaemin menyentuh permukaan kulit wajah Jeno. Lelaki itu mengangkat wajahnya karena sedari tadi Jeno terus menunduk. Sinar bulan menyinari tempat tersebut, memperjelas penglihatan orang-orang disekitar, termasuk Jaemin dan Jeno. Mata mereka bertemu. Jeno rasanya ingin sekali mendekap tubuh tinggi dihadapannya. Anak itu tumbuh menjadi raja yang sangat tampan. Tidak heran mengapa dia dikelilingi oleh begitu banyak wanita di sisinya.

THE SCUMBAG-KING [Jaemjen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang