4 : kau berubah...

903 114 9
                                    

"maafkan typo dan selamat membaca"

KARENA rasa senang dapat merasai bagaimana bermain bersama seorang saudara, Jeno malah terlanjur sampai sore. Dia terlalu fokus pada aktivitas mereka dan melayani segala kehendak Jaemin, dengan tujuan supaya dapat melihat anak itu tertawa bahagia. Warna langit yang sudah bertukar jingga menyadarkan Jeno sepenuhnya. Dia mengarahkan pandangannya ke langit lalu kembali ke Jaemin. Anak itu masih fokus pada makanannya.

"Jaem..kamu mau pulang? Sudah sore... Nanti takut kamu dimarahin sama hyungmu " ujar Jeno sambil mengelus kepala Jaemin.

Anak berusia 10 tahun itu mengangkat pandangannya dan membalas tatapan Jeno. Wajahnya dipenuhi dengan kata-kata penolakan, seperti dia tidak ingin langsung kembali ke kediamannya. Hati Jeno terusik melihat kesedihan yang terpancar di wajah Jaemin.

Dia mengerti, hidup Jaemin itu tidak mudah. Segalanya dibatasi dan sentiasa ada mata-mata yang melaporkannya jika dia membuat sesuatu kesalahan, walaupun kesalahan itu sekecil kuman. Jeno hairan, kenapa orang lain yang tidak ada kena mengena sama Jaemin ikutan membencinya? Sehebat itukah ucapan Junghan sehingga mereka dengan mudah mempercayainya?

"Apa tidak bisa sebentar lagi? Aku masih mau sama hyung... " Lirih Jaemin. Kue yang dimakannya tadi dibungkus semula lalu disimpan. Selera makannya tiba-tiba saja hilang apabila mengingat kata 'pulang'.

"Tapi hyung tidak mau kamu dimarahin sama mereka... Nanti badanmu dipukul lagi... Kapan luka-luka di tubuhmu akan pulih kalau terusan dipukul? " Jeno beralih menepuk pundak Jaemin.

Apa yang dikatakannya itu benar. Jaemin pasti akan dipukul lagi. Tidak ada kata jaminan bahwa Jaemin akan selamat dari tiga setan itu. Satunya suka mengapikan keadaan dan membesar-besarkan masalah, satunya jadi assisten, satunya lagi terus-menerus ditipu sama omongan si batu api.

Mau dibilang goblok, namanya juga orang. Tidak ada yang 100 persen pintar. Pasti ada yang terlahir dengan IQ bawah 50, contohnya seperti mereka bertiga. Tapi, sepertinya Woorim sedikit lebih tinggi peratusannya karena dia tidak segoblok dua abangnya itu, dia jadi seperti itu karena terus-terusan dihasut sama kata-kata Junghan sampai dia ikutan membenci Jaemin. Malangnya lagi, tidak ada orang yang menidakkan semua tuduhan Junghan, jadilah Jaemin dikatain seburuk itu.

"Apa kita bisa main bersama lagi? " Tanya Jaemin.

"Tentu saja, manis! " Jeno sekali lagi kalah dengan keinginannya. Dia menarik pipi Jaemin sehingga meninggalkan bekas kemerahan.

Jaemin tertawa riang walaupun pipinya terasa sakit. Mereka berdiri lalu membersihkan sisa-sisa debu di pakaian mereka. Lokasi mereka sekarang di danau, tempat Jeno tertidur kelmarin.  Karena kawasan danau yang bersih dan indah, Jeno rasa sangat cocok untuk duduk santai di sana. Sambil melihat air yang tenang dan aroma khas tempat yang tidak tercemar dengan bau-bauan sampah.

Di Seoul, kawasan seperti ini sudah tidak ada. Korea sekarang dipenuhi dengan bangunan-bangunan tinggi dan sukar untuk mencari tempat seperti danau itu. Hanya beberapa tempat saja di Korea yang masih belum dikuasai dengan pembinaan bangunan. Itu pun, Jeno tidak punya masa luang untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan menikmati keindahannya. Semakin dia membesar, semakin banyak yang perlu diselesaikan.

Jeno harus belajar dan terus belajar untuk memasuki universitas terbaik. Jadi, dia sentiasa sibuk belajar memahami materi dan tidur disaat ada kesempatan. Hidupnya melelahkan. Otaknya sentiasa lelah memikirkan masa depannya. Tapi, sejak dia memasuki era Joseon ini, otaknya dapat beristirahat dan tidak terlalu bekerja keras. Dia masih punya waktu untuk bersenang-senang dan menikmati keindahan yang ada di sana.

Jeno berjalan beriringan sama Jaemin sambil menautkan jari mereka. Saat otaknya teringat akan lagu kanak-kanak yang pernah dinyanyikan bundanya, Jeno pun mulai bernyanyi. Jaemin memandang ke arah Jeno dengan mata yang berbinar. Pandangannya seperti sedang memuja sebuah karya terindah yang pernah diciptakan di bumi ini.

THE SCUMBAG-KING [Jaemjen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang