7. Kau pulang!

335 52 6
                                    

"maapkan typo dan selamat membaca "

Hari demi hari berlalu seperti biasa. Cuma, ada sedikit yang berbeda yaitu Jaemin. Anak itu sudah tidak ada lagi kesan-kesan luka yang Jeno bisa lihat di area muka atau lengannya. Junghan benar-benar menunaikan janjinya. Walau begitu, aura di sekeliling Jaemin tidaklah bagus. Wajahnya sentiasa suram serta lingkaran hitam di bawah matanya makin hari semakin jelas.

Jeno tentu saja mengkhawatirkan kondisi anak itu. Badannya juga terlihat semakin kurus. Sepertinya, dia terus-terusan menangis dan tidak menjaga porsi makanannya.

"Bagaimana ini? Lama -kelamaan dia bisa mati dengan kondisinya seperti itu " pikir Jeno.

Dia kembali melirik ke arah bangku yang sedang diduduki Jaemin. Anak itu hanya diam sambil menatap kosong permukaan meja. Tiada yang ingin menghampiri anak itu dan bertanya jika dia baik-baik saja. Kalau tidak karena perjanjian itu, Jeno pasti sudah membawanya lari ke tempat favorit mereka, lalu saling bercerita dan berpelukan.

"Aihh, pasti dia bakal terbiasa kedepannya nanti. Kau harus percaya pada Jaemin! " teriak Jeno dalam kepalanya.

Sedang larut dia di dalam pikirannya, seseorang tiba-tiba saja datang dan memeluk tubuhnya. Jeno tersentak lalu segera menoleh untuk melihat sosok yang dengan lancangnya telah memeluk dia.

"Junghan?! " tanpa menunggu lama, Jeno langsung bangun dan menolak kuat badan Junghan. Apa-apaan dia itu? Sejak-sejak ini, Junghan terus saja bersikap lancang pada tubuhnya. Apa dia tidak tau kalau Jeno sangat ingin membunuh dirinya? Andai saja di dalam dunia ini tiada peraturan dan hukuman, maka sudah lama Junghan itu berada di dalam tanah. Oh tidak, lebih tepatnya, berada di dalam perut sang raja rimba.

"Kenapa kau menolak ku Jeno-ya? Hatiku sakit jika kau terus-terusan menolak ku seperti ini... " ucap Junghan dengan suara sayu.

"Dih, najis! " Jawab Jeno dengan penuh penekanan.  Dia pikir dengan lakonan seperti itu, dia bakalan luluh? Mampus aja kau sana!  Jeno sudah tau segala sikap jijik lelaki di hadapannya itu. Tidak perlu lagi di bilang oleh siapapun, Jeno sudah tau sendiri.

Setelah itu, Jeno pergi meninggalkan Junghan. Bahaya jika terlalu lama berada di dekat orang gila itu, bisa-bisanya nanti dia ketularan gila. Memang tidak dapat dinafikan, keturunan raja Na itu semuanya bagus. Tapi, kenapa harus melahirkan orang gila seperti tiga ekor anak itu?!

Jeno terus bergumam tidak jelas karena rasa amarah pada Junghan. Dia berjalan ke arah tempat di mana ada para senior sedang melakukan seni bela diri. Ada juga yang sedang berlatih memanah dan berlatih pedang. Matanya terus fokus menatap mereka sehingga kedatangan seseorang di belakangnya tidak di sedari.

"Apa kau berminat? " suara dibelakangnya membuatkan Jeno menoleh.

Seorang lelaki dengan parut di hujung matanya tersenyum manis pada Jeno. 

"Taeyong hyung! " ucapnya penuh semangat lalu melompat memeluk lelaki yang lebih tinggi darinya itu. Dia begitu merindukan sosok satu ini karena beberapa bulan yang lalu, dia ditugaskan untuk pergi ke perkampungan seberang.

Jeno menarik pipi Taeyong lalu mengecupnya lama sehingga berbekas merah. Setelah itu, dia tertawa senang melihatnya. "Hyung, aku merindukanmu! " ujar Jeno.

"Yaa... Apa kau berbohong? Aku lihat kau baik-baik saja sepertinya... " Taeyong mengangkat alis kanannya sambil berpura-pura melihat Jeno atas bawah.

"Tentu saja aku jujur. Kalau tidak percaya, tanya saja pada Yuta hyung " Jeno berpaling wajah sambil memeluk tubuh, Taeyong terlalu suka menjahilinya.

"Hehe... Aku bercanda tuan muda. Ayo pulang, aku datang untuk membawamu kembali ke singgah sana " ujar Taeyong sambil memicit pipi Jeno gemes.

"Terserah " jawab Jeno dengan wajah yang masih berpaling.

Setelah itu, Taeyong membawa dirinya serta Jeno keluar dari area sekolah tersebut dan berjalan pulang. Dalam perjalanan, Taeyong terus saja bercerita tentang pengalamannya sewaktu dihantar bertugas. Bagaimana dia kurang tidur serta betapa rindunya dia pada Yuta dan Jeno.

Jeno tentu saja senang mendengarnya.

...

Taeyong dan Jeno tiba di perkarangan rumah setelah 30 minit perjalanan. Mereka masih saja tertawa dan bercanda setelah tiba di halaman rumah. Yuta yang mendengar suara anak kecil serta lelaki yang familiar terus bergegas ke arah tersebut. Setelah melihat sosok Taeyong yang sedang bercekak pinggang, dia langsung berlari memeluk lelaki itu.

"Lee Taeyong! Kenapa kau tidak pulang dulu sebelum menjemput tuan muda? Kau tau betapa khawatirnya aku saat kau pulang telat sehari! Aku pikir kau sudah mati " ujar Yuta sambil terus memeluk sahabatnya itu.

"Ahh itu... Aku juga tidak menyangka bakal telat sehari... Tapi aku pulang dalam kondisi yang baik-baik saja, jangan terlalu berlebihan Yuta " jawab Taeyong sambil membalas kembali pelukan lelaki di belakangnya itu.

Setelah selesai sesi berpelukan, Jeno mengajak Yuta dan Taeyong untuk makan bersamanya. Sebaik saja makanan terhidang, Jeno membuka bicara.

"Hyung... Apa aku bisa bercerita tentang sesuatu? " Tanya Jeno sambil matanya tidak lepas dari piring.

Yuta dan Taeyong saling tatap sebelum mengiyakan pertanyaan Jeno. "Kenapa? Apa kau punya masalah? " Jawab Yuta.

"Ini soal... Jaemin"

Mendengar nama tersebut, mata keduanya langsung membulat. Mereka tidak menyangka jika 'sesuatu' yang ingin Jeno ceritakan ada kaitan dengan anak terakhir sang raja.

"Y-ya, teruskan "

Jeno mengambil jeda sebentar lalu menghela nafas berat. " Apa hyung berdua tau kalo Jaemin sering dipukul sama kakaknya? "

Yuta dan Taeyong menjawab dengan gelengan kepala.

"Aku khawatir hyung... Walaupun setelah kami melakukan perjanjian, aku masih merasakan bahaya bakal berlaku pada Jaemin. Junghan itu licik, aku yakin dia pasti punya muslihat. Apa yang harus aku lakukan hyung?? " Rengek Jeno. Dia sudah buntu dengan semua permasalahan ini. Rasanya mending dia tidak hidup di era itu daripada harus menanggung beban seperti ini.

"Aa... Emangnya perjanjian seperti apa yang kalia-"

"Tuan muda! " Belum sempat Taeyong bertanya, suara teriakan dari luar mengagetkan mereka. Jeno tanpa menunggu lama langsung bergegas keluar. Matanya menangkap tubuh anak kecil yang sedang di tahan oleh dua orang pembantu.

"Jaemin?! "





To be continued...

Singkat, padat, Jaemin?! Wkwkwkwkwkkw

THE SCUMBAG-KING [Jaemjen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang