"maafkan typo dan selamat membaca"
"Jaemin...! Kenapa kau berbuat masalah untuk dirimu sendiri? Lihat, bahkan lebam sebelumnya belum sembuh! Apa kau tidak muak dipukul terus? Aku sendiri yang melihatnya bisa muak... Kau- "
"Aku melakukannya demi kamu! Karena aku merindukanmu! Tidak apa-apa kalau aku terluka... Asalkan aku bisa melihat mu tiap hari... " Jaemin berdiri sambil mengepalkan tangannya. Dia menunduk ke arah lantai dengan air mata yang kembali bergenang. Dia marah, sedih karena Jeno berbicara seperti itu. Selama ketiadaan Jeno, Jaemin bakal berdiri di pohon besar yang merupakan tempat pertemuan mereka buat kali kedua untuk menunggu kedatangan Jeno. Tapi, di saat dia tidak melihat Jeno muncul, dia mulai berfikiran negatif. Dia takut kalau Jeno tiba-tiba menghindarinya karena kesalahan yang tidak diketahui.
Karena itu, Jaemin sanggup datang setiap hari bahkan sampai tertidur di sana karena menunggu Jeno. Rasa sakit yang tubuhnya terima tidak sebanding dengan rasa takut kehilangan sosok pertama yang berharga baginya. Bagi Jaemin, rasa sakit karena dihukum itu seperti sudah lali ditubuhnya. Dia sudah biasa merasakan sakit, jadi itu bukan masalah besar untuk dirinya.
Jeno terdiam. Dia melihat sebentar Jaemin yang sedang menunduk dan menangis sebelum membalas anak itu dengan suara yang sedikit tinggi.
"Tapi aku tidak mau melihat kau terluka lagi! Kau tidak tau... Hatiku sakit setiap melihat tubuhmu dipenuhi luka... Sakit Jaemin! Rasanya seperti aku ingin mematahkan tulang setiap orang yang melukaimu... Tapi kau... Kau bahkan membuat dirimu terluka sendiri, dan itu karena aku! " Jeno ikut berdiri dengan nafas yang memburu. Dia menatap kecewa pada Jaemin.
Bukan. Dia hanya sedikit kecewa pada Jaemin dan selebihnya pada dirinya sendiri. Mungkin kalau dia menjaga jarak sama anak itu dari awal, perkara ini tidak akan terjadi. Jaemin tidak akan melakukan tindakan bodoh hanya demi dirinya. Jeno tau, ini pertama kali buat Jaemin untuk memiliki teman yang ikhlas bersamanya. Tapi, itu tidak bermakna dia harus mengorbankan dirinya hanya untuk mengekalkan pertemanan ini. Jaemin terlalu baru dalam hal ini, jadi dia hanya mengikut kata hatinya.
Jeno menghela nafas berat. Dia mengusap kasar wajahnya lalu melirik ke arah Jaemin yang masih mengalirkan air mata.
"Maafkan aku. Ini semua salahku. Jadi, aku rasa lebih baik kita tidak berjumpa lagi Jaemin. Keberadaan ku hanya akan mendatangkan luka baru di tubuhmu. " Ujar Jeno perlahan.
Jaemin tersentak mendengarnya. Dia dengan pantas mengangkat wajahnya lalu berlutut di hadapan Jeno dengan wajah yang basah. Air matanya turun semakin deras sehingga membasahi lehernya.
"Tidak! Aku tidak mau Jeno! Maafkan aku, aku tidak akan mengulanginya lagi! Tolong, aku tidak mau putus hubungan denganmu! Jangan menjauh dariku! Jangan tinggalkan aku Jeno... " Jaemin menyatukan kedua tangannya lalu digenggam. Dia memohon dengan bersungguh-sungguh sambil menangis teresak-esak. Dia terlihat menyedihkan apabila memohon seperti itu.
Hati Jeno tidaklah kuat jika berhadapan dengan situasi seperti ini. Rahangnya diketap dengan erat agar tidak ikut menjatuhkan air mata. Dia menoleh ke sampingnya lalu berkata dengan suara perlahan,
"Baiklah... Jika kau berjanji untuk tidak melakukannya lagi dan mengelak dari disiksa mereka, aku akan mengekalkan pertemanan ini. Tapi ingat, jika kau melakukan hal bodoh seperti menerima dihukum hanya karena diriku lagi, aku akan pastikan kita tidak bertemu lagi Jaemin " Jeno menutup matanya lalu menarik nafas dalam.
Apa yang barusan dikatakannya itu adalah janji untuk dirinya juga. Dia bakal pergi jika Jaemin mengulanginya lagi atau jika abang-abangnya menjadikan Jeno sebagai umpan untuk menyiksa Jaemin. Junghan itu cekap dalam hal seperti ini, jadi Jeno perlu lebih berhati-hati untuk tidak menarik perhatiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SCUMBAG-KING [Jaemjen]
Historical Fiction"apa kalian pernah dengar nama Na Jaemin? seorang raja dari jaman pemerintahan Joseon. Dia terkenal dengan nama 'sang penguasa harem' karena selama hidupnya, dia dikelilingi para wanita cantik dan itu tidak sedikit. " -bapak Kim- "pasti bahagia hidu...