Tiga | Malam Yang Panjang

5.3K 35 2
                                    

"Akh!"

Tidak ada pemanasan, tidak ada aba-aba. Vaginanya diterobos milik Marco yang besar, panjang berurat. Pria itu tersenyum bangga melihat Innara kesakitan oleh ulahnya, ia melihat liang yang ia masuki kini mengalir sedikit darah.

"Terverifikasi perawan. Aku selalu suka yang sempit seperti itu." Ia menarik miliknya keluar, detik berikutnya memompanya masuk lagi, begitu berulang-ulang.

"Sakit, Ahhh. Sakit... Berhenti."

Telinga Marco seakan tuli, yang pria itu lakukan malah sebaliknya ia semakin semangat mempercepat tempat temponya. Perlahan celah merah muda itu tak lagi kesat, lendir mulai membanjirinya, memberikan pelumas pada miliknya untuk mudah mengenjot liang Innara.

"Aehh sakit sekaliiii...."

"Sebentar lagi kau akan menikmatinya, Cantik." Marco meremas dua gundukan yang menganggur itu. "Ahh, ini nikmat sekali."

Kedua pengawal yang masih setia memegang tangan dan kaki Innara menjadi ikut tergoda dengan aksi persetubuhan dua orang itu. Bara bahkan merasakan kejantanannya mengeras di bawah sana. Sedangkan air liur Tristan terjatuh saking inginnya ia melakukan hal yang dilakukan bos-nya itu.

"Kalian mau?" Tawaran itu segera dijawab keduanya dengan semangat. Tetapi tidak dengan Innara yang berteriak melarang sembari menahan sakit di pangkal pahanya.

"Bersabarlah, jika aku sudah puas kalin boleh melakukannya dengan budak ini." Marco kemudian kembali memompa pinggul nya memaju mundurnya miliknya di dalam sana.

Tubuh Innara mengejan, ia merasakan ad yang hendak keluar dari miliknya, seperti hasrat ini buang air kecil yang tidak sanggup ia tahan. Melihat itu Marco segera mempercepat genjotannya.

Kaki Innara bergerak gelisah, bahkan hingga lepas dari pegangan si pengawal. Bersamaan dengan itu, cairan kental mengalir dari tempat penyatuan kemaluan keduanya.

"Bagaimana? Nikmat bukan?"

Marco mencabut penisnya dari vagina Innara, ia lalu memerintahkan Bara membalikkan tubuh sang gadis yang kini lemas, meyuruhnya untuk membuat Innara menungging. Dalam posisi seperti itu ia kembali melesakkan miliknya dalam vagina Innara.

"Kalian tidak perlu memegangnya lagi, kini lakukan yang ingin kalian lakukan."

"Tidak ... Akhh, tidak! jangan.... Kumohon." Innara menggeleng kuat, tubuhnya tersentak-sentak, Marco seperti menungganginya layaknya kuda.

Kesempatan yang diberikan atasannya tidak disia-siakan oleh Bara dan Tristan, dua benda kenyal yang menggantung itu segera mereka serbu. Bara menyusui bak bayi sedangkan Tristan mengeluarkan miliknya lalu menggesekkan ke belahan dada satu lagi.

Marco tertawa melihat itu, apalagi mendengar tangisan Innara yang semakin pilu, tangannya menampar bokong Innara hingga memerah. Hal itu menaikkan nafsu birahinya.

Ia melihat Tristan bahkan sudah mau keluar padahal hanya bermain di satu payudaranya, Marco melihatnya semakin membesar. "Jangan keluarkan punyamu di tubuhnya, aku saja belum keluar."

Tristan merasa kesal tetapi ia tidak bisa membantah, ia melakukannya di luar. Spermanya menyembur jatuh mengotori lantai.  Bara tertawa melihat itu, ia masih sibut menyusui di payudara Innara, membuat benda kenyal itu lecet karena Bara sesekali menggigitnya.

"Sakittt. Akhhh...."

"Sudah hentikan Bara." Entah mengapa tiba-tiba Marco merasa sangat kesal dengan tingkah pengawalnya. Ia tidak suka Bara melukai dada Innara.

"Kalian berdua keluar, tetapi kau Tristan. Bersihkan air manimu itu. Aku jijik melihatnya."

Kini ia menjadi satu-satunya yang menguasai tubuh Innara. Perempuan itu sudah orgasme berkali-kali, ia juga melihat bagaimana pengawalnya mencapai puncak nya tadi, rasanya kesal saat menyadari dirinya belum juga mendapatkan kenikmatan yang sama.

Ia meraih rambut panjang Innara lalu menariknya, sehingga kini perempuan itu mendongak kesakitan. Ia benar-benar layaknya menunggangi kuda. Sambil sesekali melibas pantat sang gadis.

Merasa tidak juga puas, ia menarik miliknya keluar dari liang Nara. Perempuan itu ia paksa duduk. Lalu setengah berdiri ia menyodorkan penisnya ke mulut Innara.

"Puaskan aku!"

Innara tetaplah Innara, perempuan itu tentu tidak mau. Mulutnya bungkam menolak milik Marco memasukinya.

"Buka atau aku panggil dua orang tadi membukakan nya untukku?" Ancam Marco sambil mencoba membuka mulut Innara. "Kau menantangku? Apa kau lebih mau memuaskan tiga penis sekaligus? Kau sangat binal sekali."

Perempuan itu menggeleng ketakutan, diperkosa satu orang saja sudah menghancurkan dirinya, apalagi dipakai ramai-ramai. Dengan sangat terpaksa, ia membuka mulut dan melahap pilik Marco.

"Nah, begini barj aku suka. Lakukan dengan hati-hati, jangan sampai terkena gigimu."

Innara melakukannya dengan hati-hati, bahkan sangat pelan-pelan. Hal tersebut membuat Marco tidak sabaran. Ia mendorong miliknya masuk lebih dalam ke mulut Innara, miliknya yang panjang menerobos masuk hingga kerongkongan. Innara tersedak tetapi tidak bisa mengeluarkan benda itu dari mulutnya.

Marco menuntut kepala Innara untuk maju mundur, tidak peduli kini sang gadis kesulitan bernafas. Yang ia pedulikan hanya kenikmatan yang ia dapat. Tidak bisa dengan vaginanya, ternyata Marco akhirnya bisa mencapai puncak jika miliknya dipuaskan oleh mulut Innara, miliknya membengkak, ia menyemprotkan cairan spermanya di dalam mulut Innara.

Ia merasakan yang disebut orgasme untuk pertama kalinya dalam hidup. Ia memang sudah sering bercinta dengan banyak gadis, tetapi hanya dengan mulut Innara lah ia mendapatkan sensasi luar biasa itu.

Saking banyaknya cairan yang ia keluarkan, sperma itu bahkan keluar dari sudut mulut Innara yang masih tersumpal kejantanannya.

"AHHHJ AKHIRNYA AKU MENDAPATKAN NYA JUGAA...." Teriak Marco penuh kepuasan.

"Telan cantik, telan habis milikku. Ini cairan pertamaku semenjak meniduri wanita." Ia mengeluarkan miliknya dari mulut Innara, membiarkan gadis itu bisa menelan nya dengan mudah.

Karena benda itu sampai ke kerongkongan, sebagai cairannya memang sudah tertelan Innara, sebagian lagi sebenarnya ingin perempuan itu muntahkan, tetapi tangan Marco membekap mulutnya.

"Patuhi perintah ku. Telan."

Amat terpaksa sperma itu akhirnya ia telan walaupun sambil menutup mata saking jijiknya. Melihat Innara melahap habis cairan, Marco tersenyum senang.

"Begini yang kumau, jadilah budak yang patuh."

Selanjutnya Marco tidak berhenti di sana, ia membaringkan tubuh Innara dan kembali melakukan aksi genjotannya sampai pagi, berbagai gaya mereka lakukan. Tetapi Marco paling suka bagaimana mulut Innara memuaskan hasratnya.

Marco berhenti ketika Innara pingsan saat ia menyetubuhinya untuk ronde yang kesekian kalinya. Saking banyaknya ia tidak menghitungnya lagi.

Melihat gadis itu pingsan ia mengambil selimut dari lemari, membalut tubuh polos berkeringat dan bau air maninya.

"Istirahatlah, Cantik. Besok kau harus bekerja keras."

****

Komentar dan vote yaaa!!!!

Wajibbb!!!

Only You Can Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang