Matanya terbuka tak kala silau cahaya yang masuk melalui celah gorden membuatnya terusik, ia mengangkat tangan untuk menghalau cahaya. Tetapi, saat mengangkat tangan, ia merasakan sakit dan rasa tidak nyaman. Bukan hanya tangan, tetapi seluruh bagian tubuhnya.
Ketika ia mengintip tubuhnya yang masih bersembunyi di balik selimut, itu mendapati dirinya tidak berbalut sehelai benangpun. Kemudian ia mengingat kejadian kemarin yang menimpa dirinya.
Hatinya kembali hancur, lebih hancur daripada keadaan tubuhnya. Ia menangis sambil memeluk tubuh.
Ia diperkosa, oleh seseorang yang tidak ia kenal. Tidak hanya itu, mengingat ini adalah ulah ayahnya membuat ia semakin marah.
Marah pada dirinya sendiri kenapa tidak bisa melawan lebih keras, marah pada ayahnya yang menjual dirinya. Ia memukul tubuhnya berkali-kali, mengacak rambutnya.
"Aku kotor! Aku kotor," jeritnya mengusap tubuhnya yang dijamah Marco.
"Sialan, sialan, sialan!"
Mendengar keributan dari dalam kamar, Maid paruh baya yang kemarin bersama Marco masuk ke dalam kamar beserta dua maid yang lebih muda lainnya.
Wanita itu menahan tangan Innara untuk melukai dirinya. Karena melihat kepala Maid kualahan menahan pemberontak Innara. Dua maid muda itu lekas sigap membantu.
"Nona tenangkan dirimu, tenang...."
"Sialan kalian semua! Brengsek! Jahanam!" Innara menggigit tangan kepala Maid yang menahan tangannya.
"Awh." Kepala Maid mengaduh sembari melihat kondisi lengannya yang bercap gigi Innara, sedikit berdarah.
Plak!
Kedua maid muda terkejut, juga Innara yang akhirnya terdiam sambil memegang pipinya yang sakit. Rasa panas dan sakit merambati saraf-saraf, hal itu membuat ia menangis.
"Jangan banyak bertingkah, Nona. Hanya karena kau sudah tidur dengan tuan Marco, bukan berarti kau bisa bertingkah seenaknya."
"Madam Choo, saya izin ke belakang mengambil obat untuk tangan madam," kata salah satu maid muda.
Madam Choo, kepala Maid, mengangguk membiarkan bawahannya itu mengambil barang yang dimaksud. Ia lalu kembali fokus pada Innara yang kini menangis tersedu-sedu sambil menutup wajahnya dengan telapak tangan.
"Tubuhmu kotor, mari saya bantu membersihkan," ucap Madam Choo tidak terlalu memperdulikan kondisi perasaan Innara.
Namun, Innara adalah gadis yang keras kepala. Ia tak suka diperintah, apalagi dipaksa. Ia tetap menangis dan tidak bergerak dari tempatnya barang satu senti pun.
"Gadis batu. Cepat ke kamar mandi atau aku akan menyeretmu."
Bagi Innara, Madam Choo dan Marco memiliki watak yang sama, suka mengancam dan tukang perintah. Juga pastinya keduanya merupakan orang jahat tidak punya hati.
Marco tidak memperdulikan dirinya kesakitan tadi malam, yang pria itu lakukan hanya memuaskan nafsunya sendiri. Bahkan ketika Innara telah memohon berulang-ulang. Tubuhnya dihajar habis-habisan. Miliknya mungkin lecet di beberapa bagian.
Tidak melihat pergerakan, Madam Choo menarik tangan Innara kuat hingga gadis itu terjatuh dari tempat tidur. Maid muda menutup mulut melihat aksi yang dilakukan maid kepala.
"Kau ingin diseret ternyata, huh?"
Innara merasakan sakit ketika tubuhnya menghantam lantai, ia bahkan merasakan kalau siku dan keningnya berdarah. Ia memandang Madam Choo dengan mata berkaca-kaca.
"Tidakkah kau lihat keadaanku? Lihat tubuhku, ini perbuatan tuan kalian! Aku bahkan kesulitan berdiri. Kau dan dia sama-sama iblis!"
Madam Choo melihat bnyak sekali bercak merah dan beberapa lebam biru di tubuh Innara. Sebongkah penyesalan jatuh di kepalanya, ia membuang muka tak sanggup melihat keadaan menyedihkan Innara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You Can Save Me
Romance#Matureconten #Dewasa #18+ #21+ Innara sama sekali tidak bisa berpikir jernih sejak mengetahui kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan. Hidup berkecukupan di sepanjang hidupnya, tak pernah menduga kini harus mencari uang sendiri. Tepat di tuj...