12. Move on

211 12 0
                                    

Happy Reading! Jangan lupa vote











































🦊🦊🦊

Nata keluar dari mobil Wira tanpa sepatah kata pun, ia berlari memasuki kampusnya dengan perasaan yang tak bisa di jabarkan. Mungkin ia tak bisa menangkap materi dengan baik nanti.

Wira menatap Nata dalam diam wajahnya tetap saja datar tak menyiratkan rasa penyesalan, Wira masih setia memandang Nata dari dalam mobilnya tangannya mengepal kuat ketika ia melihat Nata mongobrol dengan lelaki yang pernah mengantarkan Nata pulang, ia tak suka hatinya panas melihat Nata tertawa dengan lelaki itu. Biasanya senyuman itu hanya untuknya tapi Mengapa senyum manis itu kini di bagi ke orang lain?

"argggghh, sialan"ucap Wira dengan memukul stirnya kuat. Ia melajukan mobilnya kencang tanpa melihat ke arah Nata. Cukup sudah Wira tak mau di hantui oleh rasa yang membingungkan seperti ini, Wira tak pernah merasa seperti ini kesetiap pacarnya dulu ketika mereka jalan dengan lelaki lain, tetapi dengan Nata kenapa ada perasaan yang membakar hatinya. Tawa Nata wajah polosnya, sifat manjanya sekarang membayangi Wira dengan mudahnya. Wajahnya memerah menahan emosi yang tertahan.

"laki-laki jalang"desis Wira marah
Tak ada lagi ampun bagi laki-laki penggoda seperti Nata, Wira harus memberi pelajaran  laki-laki itu supaya ia tak berlaku seenaknya, mengobrol dengan pria lain di saat ia sudah mempunyai suami, cemburu eh?. Batinnya berkata mengejek. Wira mengerem mendadak saat kata cemburu terlintas begitu saja di pikirannya. Tak mungkin ia cemburu pasti ini hanya kekesalannya terhadap Nata saja. Wira melajukan mobilnya kembali, berharap wajah Nata yang sedang bersedih dengan mata yang berkaca-kaca tak lagi berada di kepalanya. Rasa sesal merasuk ke hatinya dengan tiba-tiba, mengingat laki-laki manja dan ceria itu hanya diam membisu di dalam mobilnya.

🦊🦊🦊

David menatap Nata dengan heran pasalnya laki-laki itu tak seceria biasanya, ada kesedihan dan kekecewaan di mata  laki-laki manja itu, tapi apa? Ia tak bisa menebak akan hal itu. Senyum yang di ciptakan laki-laki di depannya ini adalah senyum palsu untuk menutupi.

kesedihannya David tahu itu. "mau bolos sama saya?"

"hah"

Nata mengernyit heran, bolos? Apa maksud seniornya ini? Nata tak mengerti. Tak masuk kelas begitu? Artinya Nata absen mata kuliah hari ini?

"kita jalan-jalan, saya tau kamu lagi sedih"

"jalan-jalan"

"iya kamu sama saya jalan-jalan,
mau?"

"tapi Nata sebentar lagi masuk"ucap Nata

"siapa dosen hari ini?"

"prof. Galih kak"

"oke, saya dekat sama prof. Nanti saya izinin kamu sama prof.Galih "ucap David menggandeng tangan Nata menuju mobilnya, diam-diam Nata melirik David dan tangannya yang di genggam oleh David .ini salah, ini tak benar Nata sudah mempunyai suami. Nata tak mau di sebut jalang oleh Wira, itu sakit, itu sangat melukai hatinya.

"kak, maaf"ucap Nata lirih melihat ke arah tangan David yang mengenggamnya. David tau Nata yang risih dengan genggamannya melepaskan tangannya dengan terpaksa.

"maaf saya refleks Na"ucap David

kikuk

"iya gak pa-pa kak"

"kita mau kemana kak?"

"kamu maunya kemana? Saya akan ikut"

Nata menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia kan di sini yang mengikuti David kok jadi David yang ikut dengannya, tau ah Nata pusing.

Perjodohan||Jeffta^ END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang