26. Rasa Bersalah

145 5 0
                                    

Happy Reading! Jangan lupa vote

































🦊🦊🦊

Angin berhembus menyapa pagi yang dingin, mereka saling merapatkan pelukan namun tak saling menempel karena perut Nata yang sudah mulai membesar. Tangan kecil itu mencaci kehangatan di dada bidang yang tereksplor.

Sentuhan kulit tangan dan dada menimbulkan rasa hangat yang luar biasa. Membuat Nata yang di peluk semakin memejamkan matanya. Wira menggeliat dalam tidurnya, karna la teringat ada metting penting pagi ini. Ia tersenyum melihat Nata yang masih tidur di pelukannya dengan nyaman, tak mau mengganggu tidur nyenyak Nata, Wira mengecup kening dan bibir Nata sekilas lalu berlalu kekamar mandi untuk membersihkan diri Wira tersenyum bahagia kala ia melihat Nata masih memejamkan matanya selesai ia mandi dan tentu saja di iringi dengan rasa mual yang luar biasa mengaduk-aduk perutnya.

Wira memakai kemejanya dengan mata yang selalu memandang ke arah Nata, ia terkekeh di kala istrinya menggeliat dalam tidurnya dengan perlahan mata itu terbuka. "morning sayang"kecup Wira di kening Nata saat pria itu mulai bersandar di kepada ranjang "morning"ucap Nata tersenyum dengan wajah yang masih mengantuk "aku kerja dulu, sudah aku pesankan makan untukmu sayang" "pulang jam berapa?" "mungkin siang sudah pulang sayang. kenapa?" "oo, tidak.

Aku hanya ingin di belikan martabak saja" "oke, aku akan belikan nanti sayang. Aku pergi dulu, papa pergi dulu baby"ucap Wira mengecup kening Nata dan perut Nata kakak"

"iya sayang"

"cepatlah kembali"

Wira tersenyum seraya menganggukkan kepalanya, la tau Nata tak bisa jauh Jauh darinya termasuk juga dengan dirinya sendiri yang tak bisa berjauhan dengan Nata, sejak saat mereka sudah baikan terhitung dari tiga bulan lalu.

Meeting tampak berjalan lancar, Wira menjelaskannya sangat akurat dan tepat Semuanya tampak puas terlihat dari bibir dan wajah mereka menyunggikan senyum kepuasan untuk Wira. Metting di akhiri pada jam 11 siang. Wira melihat pada jam tangannya masih ada satu jam lagi untuk membelikan martabak pesanan Nata. Wira keluar dari kantornya menuju lobi untuk mengambil mobilnya.

"hallo sayang, (ya ini aku udah jalan pulang sekalian beli martabak pesanan kamu" "iya aku gak bakal lama kok, kamu tunggu aku ya. Iya u sayang love you"Wira mengakhiri teleponnya setelah mendapatkan balasan dari Nata. Mulai melajukan mobilnya dengan cepat membelah jalanan Jakarta yang padat. Matanya menatap pinggiran jalan yang menjual martabak, la tersenyum kala mendapatkan martabak langganannya dulu sangat masih berkuliah, ah la pun Jadi sangat menginginkan martabak itu. Sepertinya membeli 4 porsi martabak mengenyangkan. Batin Wira bersorak senang. Wira meminggirkan mobilnya, setelah itu la keluar dari mobil memesan martabak yang antrian yang cukup panjang membuat Wira mendesah berat, ini pasti akan telat pulang ke apartemen. Istrinya pasti bakal mengomel. Wira yakin itu, 15 menit baru Wira mendapatkan martabak dengan 4 porsi yang la inginkan, membayangkan memakan martabak yang masih hangat, pasti enak sekali.

Batinnya bersorak senang seperti anak kecil yang mendapatkan sebuah mainan. Wira menconot martabak dengan lababnya setelah in duduk dengan tenang dan mulai mengemudi kembali mobilnya, dengan tangan yang satu tetap mengambil martabak itu dan memasukkan ke mulutnya .

"halo sayang, la aku sebentar lagi sampai di apartemen"

"sudah aku belikan pesanan mu sayang, aku membelinya 4 porsi terdengar pekikan tak percaya dari Nata dari iphonenya, Wira tersenyum membayangkan wajah imut istrinya itu, Wira gemas la ingin mendekati wajah Nata dengan kecupan mesra dari bibirnya.

Perjodohan||Jeffta^ END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang