15. Menyerah

272 17 0
                                    

Happy Reading! Jangan lupa vote
























🦊🦊🦊

Segala pemikiran berkecamuk di hati
yang sedang terluka itu, ini sudah
satu bulan sejak kejadian dimana Wira
memerlakukannya kasar bak seorang
jalang, di perkosa, di perlakukan
lembut dan setelah itu di tinggalkan.

Kejam sekali bukan?

Tak mampu lagi mengeluarkan
air mata, bahkan matanya mungkin
enggan memproses lelehan kristal bening itu.

Saling mendiami dan membuat jarak mereka lakukan, oh bukan mereka namun hanya satu yang membuat jarak yaitu Nata yang tersakiti, jika Wira ingin mengikis jarak di antara mereka justru yang di lakukan Nata adalah sebaliknya menciptakan jarak yang tak mungkin bisa terjangkau oleh Wira ,tangannya mengepal kuat memberanikan diri untuk bertanya, sebab ini sungguh mengganggu pikirannya sejak seminggu yang lalu.

Wira melirik Nata dengan ekor matanya,
seperti ia merasa kehilangan Nata yang
ceria dan manja sebagian hatinya
menyangkal dan sebagian hatinya
menerima. Ia juga melihat jika laki-laki
yang berada di depannya ini ingin
mengungkapkan sesuatu namun
tertahan di tenggorokan tak berani
mengucapkan.

Wira ingin bertanya namun ia urungkan ketika egonya kembali menyapa.

"kak Wira"ucap Nata memberanikan diri berucap di sela-sela makannya "kenapa" ucap Wira cepat merasa lega

ketika Nata berbicara kepadanya
Keringat dingin muncul di pelipis nya
antara bertanya atau tidak, mungkin
ini keputusan terakhirnya. Jika Wira
menerima maka ia akan tetap tinggal
jika Wira menolak maka jalan satu-
satunya adalah pergi meninggalkan
segala kenangan pahit yang ia dapat,
tekatnya sudah bulat, ia masih sayang
dengan hatinya, ia tak ingin menjadi
Anak laki-laki bodoh, ia tak ingin menjadi anak laki-laki lemah yang mengharapkan cinta dari suaminya sendiri.

Wira menaikkan alisnya, menunggu
Nata berbicara membuatnya tak sabar
lama sekali laki-laki itu bicara, emang
apa yang akan ia bicarakan sampai ia
menarik nafas berat begitu?

"kalo Nata hamil ka...."

"APA? kita baru sekali melakukannya
dan lo gak bakal hamil"bantah Wira
penuh emosi, ia tak suka dengan
ucapan Nata, hamil? Yang benar saja.

la tak ingin mempunyai anak dari anak laki-laki  manja seperti Nata

"tapi kak, Nata.."

"GUGURKAN"ucap Wira dingin menatap
tajam ke arah Nata.

Nata melotot tak percaya ia tertawa
sumbang seharusnya ia sadar jika
memang ia tak berarti, sudah cukup
ia menjadi anak laki-laki bodoh selama ini.

Lemah sekali ia menjadi anak laki-laki
yang selalu tertindas di sini. Matanya
menyiratkan penuh emosi dan
kekecewaan di sana

Ting

Bunyi detingan sendok yang sangat
keras datang dari Nata.

"KAK WIRA BERUBAH, LO BUKAN
ORANG YANG SELAMA INI GUE KENAL,
SUDAH CUKUP GUE MENCINTAI LO.
DAN APA MAKSUDNYA DULU LO
BAIK SAMA GUE. PERHATIAN SAMA
GUE TAPI SEKARANG LO SEORANG
BAJINGAN YANG INGIN MEMBUNUH
ANAKNYA SENDIRI. DENGER
BAIK-BAIK MULAI HARI INI GUE BENCI
SAMA LO, GUE CABUT SEMUA KATA-
KATA CINTA YANG PERNAH GUE
UCAPKAN KE LO, BRENGSEK ucap
Nata penuh emosi dadanya naik turun,
matanya menyiratkan kebencian yang
luar biasa kepada Wira.

Perjodohan||Jeffta^ END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang