HG | 23 : Kecelakaan

218 35 5
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamualaikum tie

Kalau ada typo tandain...
Janlup pencet ⭐

🌷Happy Reading🌷

Saat ini, umi Halimah masih setia berada di pelukan sang anak yaitu Ning Mala.Ia menangis sejadi-jadinya mengingat kondisi sang cucu yang tengah terbaring lemah di dalam UGD.

Ning Mala mengelus pundak sang umi "umi yang tenang dulu, insyaallah...Allah bakal kasi keajaiban buat kita yang penting sekarang umi berdoa biar aka bisa sembuh." tutur lembut Mala dan hanya di balas anggukan oleh sang empu.

Dan di saat itu juga Razka di bawa keluar oleh suster dan di bawa menuju kamar jenazah,saat melihat itu tangisan umi Halimah semakin pecah ia memberontak agar bisa menghentikan hospital bed tersebut namun sayang,Ning Mala mencegahnya.

"Umi,umi yang tenang dulu...kalau umi kaya gini terus bisa-bisa aka juga ikut sedih" ucap Ning Mala dan ia pun ikut histeris karena melihat sang ibu menangis.

Ning Mala menarik nafasnya dalam-dalam "umi... dengerin Mala, coba umi istighfar dulu biar tenang." ujar Ning Mala sambil terus mengusap pundak sang empu.

Setelah beberapa menit akhirnya ia bisa menenangkan diri dan kembali duduk di kursi,tapi sayang lagi dan lagi musibah kembali menghampirinya.

Gus mail datang dengan wajah yang panik dan ketakutan membuat Ning Mala kebingungan seketika ia di buat berdiri,Gus mail sampai dengan nafas yang tersengal-sengal.

"A',kenapa?ada apa ini" tanya ning Mala.

"I-itu,Abang...Abang" jawabnya dengan wajah yang panik.

Ning Mala membelalakkan matanya "a-abang? Abang kenapa,ada apa sama Abang?" tanya ning Mala dengan ekspresi yang ikut panik.

Gus mail menetralkan nafasnya "a-abang...Abang ketabrak truk" jawab mail terbata-bata.

Saat mendengar jawaban dari Gus mail seketika badan Ning Mala melemah dan jatuh di pelukan sang kakak "a-abang..." Lirihnya di sertai dengan tangisan.

Ia memeluk erat sang adik lalu membawanya kembali ke tempat duduk "hustttttt...hei ingat,masih ada aa' di sini.Kita doain Abang bareng-bareng semoga Abang gak kenapa-napa" tutur lembut Gus Mail.

Umi Halimah?jangan di tanya lagi...ia hanya terlihat biasa saja ketika mendengar kabar itu, terlebih lagi Abi Umar mereka berdua terlihat seperti orang yang kehilangan suatu beban.

Ning Mala masih terus sesegukan dan masih setia berada di pelukan sang empu "hiks...terus sekarang Abang di mana,A'... anterin Mala,Mala mau ketemu Abang" rengeknya.

"Hustttt,hei yang tenang dulu atuh,iya iya Aa' antar tapi jangan nangis dulu" tutur lembut Gus Mail.

Dengan cepat Ning Mala menghapus air matanya,soal cadar yang ia pakai?sudah basah karena air mata.

Gus mail tersenyum "nah...gini dong,kan cantik"

Blushing!

Seketika Ning Mala tersenyum malu di buatnya "hiks...aa',apaan sih." Ujar Ning Mala sambil mencubit pinggang sang empu.

Gus mail meringis kesakitan "jadi gak nih?"

"Ya jadi atuh" jawab Ning Mala.

Ia berpamitan dan berniat ingin mengajak Abi dan umi nya,namun sayang mereka mendapat jawaban yang di luar nalar.

"Abi,umi,mau ikut jenguk Abang?" tanya Gus mail.

Tidak ada jawaban dari mereka berdua,umi Halimah terlihat diam dan tatapan fokus ke satu titik sementara Abi Umar hanya terdiam sambil memijat pelipisnya.

Hi,Gus! [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang