05

844 73 8
                                    

———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

———

Semilir angin lembut menerpa wajah seorang pemuda yang sedang duduk di samping sebuah gundukan tanah. Tak ada orang lain disana, hanya suara dedaunan terkena angin yang menemaninya dalam keheningan. Senja juga hampir menghilang, tapi pemuda itu belum berniat untuk beranjak dari tempatnya. 

Tangannya mengadah, matanya terpejam, dan bibirnya bergerak melantunkan doa-doa untuk orang yang dia sayang, tetapi Allah jauh menyayanginya. Setelah selesai, tangannya meraih sebuah botol berisikan air yang langsung dituangkan di atas nisan dengan satu tangannya yang masih bebas mengelus papan kayu tersebut, dilanjut menuangkan sepanjang gundukan tanah yang ada di hadapannya. Senyum tipisnya mengembang, lalu ia beralih meraih bunga yang ia beli saat dalam perjalanan, pemuda itu mulai menaburkan bunga-bunga yang segar dan cantik. 

Sekali lagi, pemuda itu mengelus papan kayu dengan senyuman tipisnya masih mengembang di wajahnya. Air matanya ingin sekali mengalir melihat nama yang terukir disana, tetapi dirinya sudah berjanji kepada seseorang yang ia cintai untuk menjadi kuat. Dengan segera, ia mengusap air matanya yang hampir jatuh. 

"Bunda," kata itu terlontar dari mulut sang pemuda, memecahkan keheningan yang ada disana. 

"Aze mau minta restu ke bunda. Besok Aze ada seleksi, Aze berharap bunda doain Aze dari sana," ucap seseorang pemuda yang diketahui bernama Blaze.

Blaze menunduk dengan tangan yang masih mengelus nisan sang ibunda yang telah tiada beberapa tahun silam, "Aze mau ngejar mimpi Aze, semoga dengan ini Aze bisa menggapai cita-cita Aze. Nanti kalau Aze berhasil, Aze bisa jadi kebanggaan buat ayah dan saudara-saudara Aze yang lain, lalu bunda pasti juga ikut bangga dari sana, kan?" 

Ia kembali mendongak dan menatap kearah langit yang hampir gelap, "Udah mau malem nih bun, anak bunda yang satu ini agak penakut jadi Aze pulang dulu ya? Nanti kalau Aze berhasil ataupun gagal Aze bakal kesini lagi, janji!" 

Setelah mengucapkan kalimat itu, Blaze lantas berdiri dan pergi meninggalkan area tersebut. Blaze mulai menaiki motornya setelah ia mencuci kakinya di sumber mata air yang ada, dirintis lantas memakai helm miliknya dan menancap gas untuk pulang ke rumahnya. Hatinya lega setelah berziarah dari makam ibundanya, semoga dengan itu seleksi yang akan dia ikuti berjalan dengan lancar dan hasilnya seperti yang ada dibayangannya. 

Fatimah Nafla, adalah satu-satunya perempuan yang masih dicintai oleh ketujuh saudara yang dikenal banyak orang. Beliau adalah wanita yang hebat, dengan satu tubuhnya itu ia berhasil melahirkan ketujuh anaknya dengan selamat. Berkat didikannya juga, ketujuh anak itu tumbuh menjadi anak-anak yang hebat dan saling menjaga satu sama lain, mereka tumbuh sesuai dengan nama yang ia berikan kepada masing-masing anaknya. Lima tahun sudah beliau meninggalkan dunianya, meninggalkan suami beserta tujuh buah hatinya yang waktu itu usia mereka terbilang masih cukup belia. 

Our Life [SlowUp] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang