27

883 58 11
                                    

———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

———

Bel pertanda istirahat sudah berbunyi dengan nyaring hingga seluruh penjuru sekolah mendengarnya. Bel tersebut membuat semua murid beranjak dari bangku mereka dan kembali berkerumun dengan teman dekat mereka, kecuali seorang pemuda dengan manik pupil berwarna hijau. Dirinya hanya terdiam dan tidak melakukan apapun kecuali menatap lurus ke arah papan tulis yang belum dibersihkan. Otaknya terus beroperasi untuk memikirkan apa yang ada di depannya, karena otaknya telah mengingat jika semua tulisan di papan tulis harus diingat dengan benar.

Tiba-tiba seseorang menepuk pundak anak itu dan dengan terpaksa dia menoleh untuk melihat ke arah seseorang yang mengganggunya. Seorang anak berdiri di sampingnya dengan senyuman yang manis. Anak itu menatap dengan tatapan penasaran.

"Duri, ayo ke kantin!" ajak seseorang itu.

Duri, anak itu hanya menolehkan wajahnya kembali menghadap papan tulis. Seseorang yang mengajak Duri tadi menghela nafas setelah melihat reaksi Duri. Ia ingin sahabatnya itu keluar dari kelas dan bertemu dengan beberapa orang lagi seperti sebelumnya. Ia ingin Duri yang dulu.

"AYOO!!" dengan terpaksa, anak itu menarik tangan Duri untuk mengikutinya, sedangkan Duri hanya diam dan pasrah.

Beberapa bisikan dari murid-murid yang mereka lewati, sekilas terdengar bahwa mereka sedang membicarakan Duri. Seorang yang ceria dan dalam satu hari berubah menjadi datar, senyuman Duri hilang dan membuatnya terlihat seperti kakaknya, Halilintar. Namun takdirnya berbeda dengan Halilintar, jika kakaknya dahulu dibicarakan karena kegantengannya atau mimik wajahnya, Duri dibicarakan karena otaknya yang rusak dan tidak berfungsi dengan baik.

Sesampainya di kantin, Vano langsung memesan makanan dan minuman untuk dirinya dan Duri. Duri hanya melihat kosong ke arah makan yang ada di depannya, sepertinya Vano lupa tentang efek dari gegar otak milik Duri yang sudah pernah dijelaskan oleh Solar. Vano lupa jika Duri tidak mampu untuk melakukan semuanya sendirian.

Mata milik Duri memandang ke arah Vano yang dengan lahapnya memakan pesanannya. Duri menghela nafas dan mencoba berdiri, ia pamit untuk ke toilet sebentar dan Vano hanya mengangguk tanpa melihat ke arahnya. Dengan kaki yang lemah, Duri berusaha berjalan ke arah dimana toilet berada.

Duri sekarang berdiri di depan wastafel dengan nafas yang tidak teratur. Ia lelah berjalan, meskipun jaraknya hanya beberapa meter, tapi bagi Duri yang kakinya tidak bisa menapak dengan benar itu sangat melelahkan. Bahkan, jika Duri lengah terhadap benda yang menjadi tumpuannya, ia akan jatuh ke lantai.

"Haha, baru masuk makin cupu aja," ucap seseorang yang baru saja saja memasuki toilet dan membuat Duri tersentak.

"Kenapa? Kaget ya?" ucapnya sembari menyenggol Duri dan membuat Duri gagal menyeimbangkan tubuhnya dan akhirnya terjatuh.

Our Life [SlowUp] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang