---Malam ini merupakan malam dimana perempatan final sepak bola akan diselenggarakan. Itu artinya, malam ini Blaze harus membawa timnya untuk bertanding melawan tim sepak bola besar di Asia. Blaze tidak menyangka jika timnya berhasil lolos hingga babak perempatan final. Jika tidak lolos ke babak final, itu bukan masalah baginya atau bagi timnya, karena lawan mereka kali ini sangatlah tangguh.
Saat ini, Blaze masih duduk di ruang tunggu para pemain. Dia menarik napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan, dia terus melakukannya supaya dia merasa tenang. Dia merasa gugup dan bersemangat dalam waktu yang bersamaan, dia adalah captain dari timnya, dia harus bisa mengontrol emosinya.
"Laze, gugup ya lu?" tanya seorang temannya yang sedari tadi memperhatikan tingkah laku Blaze.
"Gimana nggak gugup? Perempatan final, cuy!" jawab Blaze dengan nada gugupnya.
"Lu captain, Laze! Nggak boleh gugup. Tenangin diri lu, apa yang bikin lu nggak gugup?"
Blaze terdiam sebentar untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan teman satu timnya tersebut, "A hug?"
"Mau gue peluk? Sini sini," ujar temannya yang membuat Blaze langsung menggeser duduknya untuk menjauh dari temannya yang kurang waras itu.
"Maksud gue, pelukan dari saudara gue."
"Well, susah Laze."
"Gue juga tahu."
Setelah itu, mereka berdua hanya diam sambil mendengarkan beberapa teman satu tim mereka berbicara satu sama lain. Hingga waktunya tiba untuk turun ke lapangan, mereka tentu berdoa terlebih dahulu sebelum mereka turun ke lapangan. Tak lupa saling berjabat tangan dan bersorak bersama untuk menyemangati satu sama lain. Dan inilah pertandingan perempatan final dari liga Asia.
Para pemain utama dari masing-masing tim sepak bola masuk ke lapangan beserta anak gawang mereka. Lagu kebangsaan mereka diputar secara bergantian, setelah selesai para pemain saling berjabat tangan dengan pemain dari daerah lawan. Dengan instruksi, para pemain utama menempatkan diri mereka ke posisi masing-masing.
Kedua kapten dari masing-masing tim maju untuk melihat siapa yang akan menyerang terlebih dahulu, dan didapatkan bahwa tim Aidan akan menendang bola terlebih dahulu. Setelah semuanya berada di posisi yang tepat, wasit mulai membunyikan peluitnya dan permainan sepak bola ini resmi dimulai hingga empat puluh lima menit kedepan untuk babak pertama.
Dari salah satu bangku penonton, terdapat seseorang yang tersenyum bangga melihat wajah tegas dari saudaranya yang sedang menggiring bola. Orang itu adalah Ice, saudara kembar Blaze yang selalu membuat darah Blaze tinggi. Melihat kembarannya yang bersemangat dan raut wajah yang serius itu, membuat pikirannya bertanya-tanya tentang pernyataan Halilintar yang pernah dikatakan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Life [SlowUp]
Fanfiction❗BoBoiBoy hanya milik MONSTA ❗Cerita ini tidak ada sangkut pautnya dengan cerita aslinya ❗OOC ❗Jangan lupa VOTE! karena vote kalian berharga ___ Ini hanya rentetan kehidupan tujuh saudara, yang nggak seluruhnya berwarna. "Kakak akan berusaha menja...