17

621 58 16
                                    

———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

———

Seorang pemuda dengan laptop dihadapannya sedang memijit pelipisnya. Rasanya pusing sekali memikirkan kalimat-kalimat untuk ia ketikan di dalam laptop miliknya. Dirinya memang masih semester enam, tapi dirinya sudah mengumpulkan bahan untuk skripsi supaya kuliahnya cepat selesai.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi, matanya melirik ke arah ponsel itu. Nama 'Ayah' tertera di layar ponselnya. Dengan sigap, pemuda itu mengangkat panggilan dari sang ayah.

"Assalamualaikum," suara berat terdengar dari seberang sana begitu ponselnya ia letakkan di telinganya.

"Wa'alaikumussalam, yah," jawabnya.

"Hali, gimana kabarmu nak? Maaf ayah baru bisa hubungi kamu," kira-kira begitulah basa-basi dari sang ayah.

"Gapapa yah, Hali maklum karena ayah pasti sibuk cari uang buat tujuh anak. Alhamdulillah, Hali kabarnya baik kok, ayah sendiri gimana?"

"Alhamdulillah, ayah juga baik. Adik-adik kamu gimana?"

"Mereka juga baik kok yah, bulan ini belum ada yang sakit, Blaze juga kayaknya sehat-sehat aja di ibu kota," jelas Halilintar.

"Alhamdulillah, mengenai Blaze, adikmu itu berhasil bikin ayah nangis."

"Ayah ngobrol sama Blaze?"

"Nggak, temen ayah ada yang ngomongin tentang Blaze. Kamu nonton nggak pas timnas u-20 uji tanding?" tanya sang ayah.

"Iya lah, adik aku tanding yakali gak nonton," jawabnya dengan tawa diakhir kalimatnya.

"Haha kamu ini. Oh ya back to topic Li, jadi temen ayah juga nonton, karena beliau pendukung timnas sejati jadi beliau berusaha ngenalin pemain baru. Terus siangnya pas istirahat tanya sama ayah, beliau cerita kalau sosok Blaze itu hebat banget tendangannya, taktiknya, pokoknya kayak ngebanggain Laze di depan ayah, padahal kan yang ayahnya Laze itu bukan dia," cerita panjang ayah dari tujuh anak itu membuat Halilintar terkekeh.

"Haha, jujur aja sih yah, adik Hali gak ada tuh yang gak hebat," ucapnya sembari terkekeh.

"Wah iya dong, siapa dulu ayahnya?"

"Eits, siapa dulu kakaknya?"

Setelah mengucapkan kalimat yang hampir mirip secara bergantian, pasangan ayah dan anak yang sedang melakukan komunikasi jarak jauh itu langsung tertawa bersama.

"Ah, jam istirahat ayah hampir habis. Kamu tadi habis ngapain sebelum ayah telpon? Ayah ganggu gak sih? Maaf baru tanya," kata sang ayah setelah menghentikan tawanya.

"Haha apaan sih yah? Kayak apaan aja," ucapnya setelah mendengar kalimat ayahnya.

"Aku tadi lagi pusing mikir kalimat-kalimat skripsi, tapi ayah gak ganggu kok, malah pikiranku jadi lebih tenang lagi," lanjutnya.

Our Life [SlowUp] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang