———
Hari ini, sepertinya Tuhan tidak mendatangkan keberuntungan pada ketujuh saudara itu. Tim sepak bola Blaze kalah dan Blaze yang terluka hingga kakinya patah. Hal itu membuat semuanya was-was karena jika patah, kemungkinan besar Blaze tidak dapat bertanding lagi di lapangan. Terlepas dari Blaze yang mengalami cedera, Duri juga ikut terkena dampak dari pertandingan tersebut.
Seusai pertandingan tadi, para pemain dari tim lawan bersorak bahagia, mereka merayakannya dengan berlarian kesana-kemari hingga salah satu pemainnya menendang bola yang tidak sengaja mengarah ke tribun dan mengenai kepala Duri. Duri pingsan, kepalanya mengeluarkan darah, saudaranya berteriak kepanikan dan dengan sigap para tenaga medis menuntun mereka untuk membawa Duri ke rumah sakit.
Air mata kepanikan tidak dapat ditahan lagi oleh Solar, bagaimana dia bisa tenang ketika kepala saudaranya terluka kembali setelah melewati dua tahun masa penyembuhan? Solar takut jika kembaran kesayangannya itu memiliki penyakit yang semakin parah, bukankah sudah cukup penderitaan Duri? Kenapa kali ini harus dia lagi yang terkena dampaknya?
Disamping tangisan Solar, Ice juga menangis sesenggukan. Anak yang jarang menangis itu kini air matanya turun dengan derasnya. Biasanya, Ice akan selalu tenang dalam keadaan apapun, ia biasanya mampu menenangkan saudara-saudaranya yang sedang marah, panik, gugup, atau sedih. Tapi sekarang, bagaimana dia harus tenang? Ketika saudara kembarnya terluka dan adik kesayangannya ikut terluka.
Duri dilarikan di rumah sakit yang sama dengan Blaze. Tepat setelah Blaze operasi, beberapa menit kemudian Duri dimasukan ke ruang gawat darurat. Halilintar dengan sigap memerintah sebagian saudaranya untuk menjenguk Blaze, karena bagaimanapun yang sakit bukan hanya Duri dan lagi pula mereka belum tahu pasti tentara kondisi Blaze. Ice adalah orang pertama yang mengajukan diri, mau tidak mau dia harus mengakui bahwa hatinya juga khawatir tentang keadaan Blaze. Taufan dan Gempa adalah orang yang ditunjuk Halilintar untuk menjenguk Blaze, karena Blaze harus merasakan kasih sayang kakaknya setelah ia cedera.
Kepergian ketiganya menyisakan ruang yang sunyi antara Halilintar dan Solar. Tangisan Solar yang mengisi keheningan tersebut, sedangkan Halilintar hanya bisa menenangkan adik bungsunya dengan mengelus punggung Solar. Halilintar membiarkan Solar menangis karena dia juga ingin menangis, batinnya ingin berteriak untuk menyalahkan semesta hari ini yang membuat kedua adiknya sakit. Mungkin, setelah ini berakhir, mereka tetap trauma dengan kejadian yang mengenaskan ini.
Seorang dokter dan beberapa perawat keluar dari ruang gawat darurat dengan mendorong Duri yang masih tidak sadar di atas ranjang rumah sakit. Hal itu tentu membuat Halilintar dan Solar bertanya-tanya tentang kemana Duri akan mereka bawa? Kenapa mereka terlihat tergesa-gesa sekali?
Halilintar berdiri dan menghalangi seorang perawat yang memegang papan kertas untuk mencatat kondisi pasien, "Apa yang terjadi?"
"Begini tuan, pasien mengalami pendarahan di otak dan harus segera dioperasi karena jika tidak pasien akan meninggal," detak jantung kedua saudara itu tentu berdebar hebat ketika sang perawat memberi tahu keadaan Duri.
Halilintar kembali duduk disamping Solar yang kembali menangis dan memeluk Halilintar, bedanya air mata Halilintar juga tidak bisa ia tahan lagi, air mata itu keluar dengan deras dari mata indahnya. Untuk kesekian kalinya, Halilintar ingin berteriak untuk mengumpat kepada semesta yang tidak pernah damai dengan adiknya. Tidak lingkungan rumah, lingkungan sekolah, bahkan di negara orang saja Duri selalu saja sial, ingin sekali rasanya Halilintar menggantikan posisi adik kecilnya itu.
"Kak Hali, aku takut…," ucap Solar disela isak tangisnya.
Halilintar memegang tubuh adik kecilnya dengan erat, ia ingin sekali menyalurkan energi keberanian. Namun, semua itu tidak ada gunanya karena Halilintar juga sedang dilanda ketakutan. Pikiran keduanya benar-benar tidak bisa berpikir positif lagi, mereka benar-benar dilanda ketakutan akan saudara mereka yang paling mereka sayangi.
"Kenapa nangis?" suara itu membuat keduanya menoleh.
Blaze yang mengenakan kursi roda, dengan Taufan yang mendorongnya, serta Ice dan Gempa berada disamping kanan-kiri Blaze, menatap heran ke arah dua saudara mereka yang sedang berpelukan sembari menangis. Mereka tidak heran jika Solar menangis karena ini menyangkut kembaran kesayangannya. Tapi untuk Halilintar? Ini sangat mengherankan, karena Halilintar tidak mau jika adik-adiknya melihat dirinya menangis.
"Duri… Pendarahan otak…," ucap Solar dengan sesenggukan.
Satu kalimat dari Solar yang kurang jelas itu berhasil membuat keempat saudaranya terkejut. Pikiran mereka bertanya dengan kompak, kenapa harus Duri? Kenapa harus kepala anak malang itu lagi? Kenapa anak malang seperti Duri tidak pernah mendapat keadilan dari semesta?
***
Tiga jam sudah setelah Duri selesai melakukan operasi. Anak malang itu kini dipindah di ruangan yang sama dengan kakaknya, Blaze. Lagi dan lagi, nyawa Duri kembali selamat, Tuhan memberinya kesempatan untuk hidup ketiga kalinya.
Solar sedang meletakkan kepalanya di sisi ranjang Duri. Solar lelah, ini sudah kesekian kalinya melihat Duri terbaring di ranjang rumah sakit dengan berbagai selang menempel pada tubuh kembarannya itu. Solar tetap bersyukur setelah menangis keras mengetahui kondisi Duri, ia tetap bersyukur mengingat saudara kesayangannya itu masih diberi kesempatan untuk hidup.
Mengenai kondisi Duri, mata dua warna itu belum tampak, artinya Duri belum sadar sedari operasi tadi, mungkin pengaruh obat bius. Duri selamat, dia tidak mengalami koma sama seperti dua tahun yang lalu, tapi semua harus menerima kenyataan bahwa gegar otak milik Duri bertambah parah. Kita belum tahu, apakah Duri masih memiliki ingatannya? Karena dokter mengatakan bahwa kemungkinan besar Duri akan kehilangan ingatannya.
Lihatlah dampak yang dikatakan oleh dokter setelah memberi tahu kemungkinan besar yang akan terjadi pada Duri. Semuanya diam, tidak ada yang berbicara, bahkan Blaze yang terkenal dengan julukan anak tidak bisa diam itu sekarang dia mengunci mulutnya sembari menatap sendu wajah Duri dari ranjangnya. Disamping Blaze ada Taufan yang juga diam, padahal biasanya dia yang selalu bisa mencairkan suasana, tapi apalah daya? Ketika hatinya dilanda ketakutan, ketakutan jika adik kesayangannya benar-benar kehilangan ingatannya.
Kita beralih ke tepi ranjang milik Duri, ada Solar yang masih mengistirahatkan kepalanya, ada Ice yang menggenggam erat jemari adiknya ketika hatinya terus berdoa agar perkataan dokter sebelumnya tidak menjadi kenyataan, dan ada Gempa yang setia mengelus surai milik Duri sedari tadi tanpa henti. Lalu, dimana kakak sulung mereka? Setelah dokter memberitahu sesuatu kepada mereka, Halilintar hanya menepuk pundak Gempa dan pergi begitu saja, tapi Gempa tahu jika Halilintar ingin sendirian, dia ingin menangis sendirian di suatu tempat yang jarang dikunjungi oleh orang lain.
Berita tentang cederanya Blaze sebagai kapten tim dan tendangan maut dari salah satu anggota tim pemenang yang mengenai kepala Duri tengah viral di seluruh dunia. Tidak ada yang tidak tahu mengenai hal tersebut, termasuk ayah dari ketujuh saudara tersebut. Handphone milik Halilintar berdering beberapa kali, ayahnya sudah menelponnya berulang kali, tapi Halilintar enggan untuk mengangkatnya karena dia masih menangis.
———
Tbc.
AAAAAAA
AKU UPDATE, HEHE 😭😭😭
MAAF CUMA SEDIKIT 🙏🙏🙏🙏
TAPI KAYAKNYA MINGGU DEPAN NGGAK UPDATE 🙇♀️🙇♀️🙇♀️🙏
JANGAN LUPA VOTE!! 🙇♀️
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Life [SlowUp]
Fanfiction❗BoBoiBoy hanya milik MONSTA ❗Cerita ini tidak ada sangkut pautnya dengan cerita aslinya ❗OOC ❗Jangan lupa VOTE! karena vote kalian berharga ___ Ini hanya rentetan kehidupan tujuh saudara, yang nggak seluruhnya berwarna. "Kakak akan berusaha menja...