#25 END

193 15 0
                                    

Cahaya rembulan yang menembus dinding kaca menjadi cahaya temaram yang menerangi aksi dua insan yang tengah tenggelam dalam lautan asmara itu, saling membalas ciuman dan peluakan. Suara kecapan yang keluar dari bibir mereka bagaikan musik yang mengalun indah. Naruto mencuim lembut bibir ranum Hinata, perlahan-lahan sebelum menjadi lumatan yang menuntut. Kini Hinata berada dibawah kungkungan Naruto sepenuhnya. Setiap jengkal dari wajah ayu Hinata tak luput dari kecupan lembut yang Naruto berikan.

Naruto menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Hinata, ia meninggalkan tanda kepemilikannya disana.

"Aku buka ya?" ujar Naruto dengan suara parau meminta izin Hinata untuk membuka baju yang ia kenakan.

"Em..mm"

Hinata memalingkan wajahnya kearah lain, menyembunyikan semburat malu diwajahnya.
"Berhenti memandangi ku seperti itu Naruto. Aku malu." Hinata menahan nafasnya ketika telapak tangan Naruto menyentuh dadanya.

Naruto menyapu puncak dada Hinata menggunakan lidahnya dengan gerakan memutar yang membuat sang empunya mengerang merasakan getaran aneh yang baru pertama kali ia rasakan.

"Naru..ahh" Hinata meremas surai pirang Naruto, membuat kepalanya menekan buah dada Hinata seakan ia tak ingin Naruto menyudahi aksinya. Selagi bibir dan lidah Naruto disibukkan dengan buah dada Hinata, jemari tangan Naruto yang lainnya sudah lebih dulu menjalar turun kepusat tubuh Hinata, jarinya menelusup dibalik celana dalam Hinata memberikan elusan lembut pada belahan itu. Tubuh Hinata bergerak resah kala Naruto memasukkan satu jarinya pada pusat tubuh Hinata.

"Aa.ah Naru" erangan pelan keluar begitu saja dari bibir Hinata.

"Releks Hinata, jangan tegang. Aku akan melakukannya dengan lembut. Katakan saja jika aksi ku menyakiti mu." ujar Naruto berusaha menenangkan istrinya. Ia tak ingin menyakiti Hinata, ia ingin mereka berdua sama-sama menikmatinya.

Naruto beranjak turun dari ranjang, kening Hinata berkerut melihat Naruto yang berhenti begitu saja. Barulah ia tahu alasan Naruto berhenti, Naruto melepas kaos yang menutupi tubuh bagian atasnya dan celana piyama yang ia pakai. Tatapan tajam Hinata memperhatikan tubuh kekar suaminya dengan totot-otot keras yang terpahat sempurna, pandangannya perlahan turun mengukuti urat-urat menonjol diperut Naruto. Semburat merah jambu terlihat jelas dipipi Hinata, ini pertama kalinya ia bersama seorang pria yang tak berbusana berada dalam satu ruangan, sekalipun ia sudah meyakinkan dirinya bahwa itu sudah menjadi kewajibannya sebagai seorang istri, namun Hinata tak bisa menutupi rasa malu dan penasaran yang datang secara bersamaan.

Naruto merangkak keatas tubuh Hinata, memberikan kecupan-kecupan lembut dibibir Hinata yang kemudian terus turun hingga kebawah. Naruto membuka kedua paha Hinata, ia meneguk kasar ludahnya, membayangkan benda miliknya tersedot kedalam sana pastilah sangat nikmat. Naruto mendekatkan wajahnya tepat didepan pusat tubuh Hinata, ia menjulurkan lidahnya memberikan sapuan lembut disana. Sensasi hangat dan basah dari bibir Naruto membuat Hinata semakin salah tingkah.

"Naaruu..." Hinata mengerang kerika Naruto mejilati titik sensitifnya.

"Iya Hinata" ujar Naruto dengan suara parau  berkabut gairah.

"Aku masuk ya" Naruto menggesekkan ujung miliknya dengan milik Hinata mencari celah untuk memasukinya.

"Pelan-pelan Naru, aakhhh" teriakan Hinata terdengar ketika benda keras milik Naruto memasuki dirinya dalam satu sentakan.
Naruto mencium bibir Hinata, memberinya ketenangan agar tak terlalu merasakan sakit.

"Pertama kali pasti sakit tapi setelahnya kau akan baik-baik saja, kau percaya padaku, kan?" Naruto mengusap cairan bening disudut mata Hinata.

"Bisa aku bergerak sekarang? Aku akan berusaha sepelan mungkin" pusat tubuhnya terasa tersedot semakin dalam. 

"Mm" hanya anggukan yang Hinata berikan, sejujurnya ia merasakan sakit yang luar biasa bagai dirinya tersayat katana.

Pinggul Naruto mulai bergerak naik turun secara perlahan agar Hinata takerasakam sakit. Naruto mengulum puncak dada Hinata. Lama kelamaan benda miliknya terasa semakin tersedot kedalam hingga memaksanya bergerak lebih cepat.

"Hinata..."

"Naru..a..aku_"

"Hinataaa..." Naruto menggeram tertahan diceruk leher Hinata bersamaan dengan tubuh Hinata yang menegang hebat.

"Terimakasih Hinata, aku mencintaimu" Naruto mengecup lembut bibir Hinata, ia melepas pautan tubuhnya pada tubuh Hinata. Mata Naruto terbelalak melihat cairan merah yang keluar dari pusat tubuh Hinata.

"Hi..nata kau masih perawan?"

"Bukankah sudah kubilang ini pertama kali untukku."

"Kau berdarah Hinata, maaf aku menyakitimu." ujar Naruto terlihat panik.

"Tak apa, sekarang bisa tolong bantu aku ketoilet. Seluruh Badanku rasanya sakit sekali."

"Sebentar, akan kusiapkan air hangat untuk mu." Naruto mengenakan kembali celananya dan melangkah memasuki toilet.

Hinata menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, "tak seburuk yang kukira." gumamnya pelan, tak terasa matanya perlahan mulai terasa berat.
.
.
.
Naruto memandangi wajah polos Hinata yang tertidur pulas, sekembalinya ia dari toilet menyiapkan air hangat untuk Hinata berendam tapi ketika ia kembali Hinata justru sudah tertidur.

"Terimakasih telah mau menikah denganku, Hinata. Mulai saat ini aku yang akan melindungimu, kau boleh bersandar padaku, sekarang kau tak perlu lagi berpura-pura kuat karena aku yang akan menjadi sumber kekuatanmu yang baru. Aku sangat mencintaimu Hinata." Naruto mengecup puncak kepala Hinata yang sedetik kemudian ia ikut berbaring disampingnya. Merengkuh tubuh Hinata kedalam pelukannya.

Andaikan waktu bisa berhenti sejenak, Naruto ingin menghentikannya, ia ingin kebahagian dan kehangatan ini akan bertahan selamanya. Ia ingin istrinya merasakan kembali kehangatan sebuah keluarga, ia ingin menghapus semua duka lara yang ada dihati istrinya. Naruto tidak peduli bagaimana dunia memandang mereka berdua saat ini, yang ia pedulikan sekarang adalah kebahagian istrinya.

#END

Beautiful Yakuza (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang