Kesalahpahaman

24 11 2
                                    

Sebelumnya ...

Lika menatap Rasa yang menunggu jawaban. "Berawal dari kata cinta, Sa."

.✧.(˙❥˙).✧.

"Apa kau tahu itu?" tanya Rim-da penuh penekanan pada pangeran Go-ram. "Aku rasa kau tidak tahu." desisnya terkekeh.

Pangeran Go-ram menatap Rim-da. "Apa itu salahku? Apa yang aku lakukan?"

Mendengar pertanyaan pangeran Go-ram, wajah panglima Rim-da memerah. Setelah apa yang dia katakan, bagaimana bisa pangeran Go-ram tidak merasa bersalah?

"Aku lahir saat itu, aku tidak tahu apa yang dilakukan para orang tua pada masa itu. Haruskah aku meminta maaf atas kesalahan yang tidak pernah aku lakukan?" tutur pangeran Go-ram penuh keegoisan.
"Bukankah kau sendiri yang merelakan kepala putramu dipenggal?"

Skakmat. Pangeran Go-ram memberi kartu Joker pada AS milik panglima Rim-da, hanya dengan satu pertanyaan.

Panglima Rim-da memejamkan matanya. Perkataan pangeran Go-ram sungguh menohok. Anak muda sekarang memang tidak tahu arti sopan. Ditangan terkepal panglima Rim-da kini terdapat sebuah bola kekuatan, yang setiba-tiba bisa menyerang pangeran Go-ram kapan saja.

"Di dalam benteng Glorysor tidak diizinkan untuk melakukan penyerangan, panglima." cegah pangeran Gon-lee mengingatkan.

Merasa tuli. Panglima Rim-da tetap saja mengumpulkan kekuatannnya dan mengancang-ancang untuk mengerang sang pangeran mahkota. Namun, ada keheranan dalam dirinya. "Mengapa pangeran Go-ram tidak membela diri?"

"Hentikan itu. Atau tidak kau akan musnah." imbuh pangeran Go-ram.

Seutas senyum licik menghiasi wajah panglima Rim-da. "Pangeran, kau takut? Kenapa tidak memanggil tongkatmu? Kenapa tidak mengeluarkan pedang sakti milikmu?" seloroh Rim-da percaya diri. "PANGGIL MEREKA! TUNJUKKAN PADAKU!" teriak panglima Rim-da mengarahkan bola serangannya ke arah pangeran Go-ram.

"Bodoh sekali," batin pangeran Go-ram. Berdiri dengan santai, dan melihat panglimanya berusaha sekuat tenaga untuk memusnahkan dirinya. Toh ..., Serangan itu tidak akan mengenai tubuhnya.

"Terlalu bodoh." batinnya.

"KEKUATAN APA YANG KAU LAKUKAN? MENGAPA SERANGANKU TIDAK BISA MENGGAPAIMU?" teriak Rim-da bertanya, disaat matanya melihat sebuah tembok yang menjadi pelindung pangeran Go-ram.

Rim-da menoleh dan memiringkan senyum menatap pangeran Gon-lee dan Dae-yoon. "KAU! Tidakkah kau ingin menyelamatkan pangeranmu, Dae-yoo" heran Rim-da.

"Hei... Pangeran Gon-lee, kau tidak berniat membantu kakakmu?" tanya Rim-da menatap Gon-lee. "Kau ingin melengserkan dirinya?" lanjutnya diiringi tawa yang terbahak-bahak.

Namun, tawanya yang menggelegar tidak bertahan lama, ketika kaki serta tangannya perlahan mati rasa, seakan kekuatan untuk mengendalikan tubuhnya telah musnah. Kembali ia mengumpulkan seluruh tenaga, tetap saja kekuatannya menghilang dan sel-sel tubuhnya mulai terbang menjadi partikel udara. "APA-APAAN INI!?"

Pangeran Gon-lee tersenyum, mengibaskan kipas yang terselip diikat pinggangnya. "Rim-da, sudah kukatakan benteng Glorysor tidak mengizinkan penyerangan. Sedangkan, kau tidak menggubris." jelas Gon-lee. "Kakakku juga sudah memperingatimu, tapi kau menyangkal. Jadi-"

302 Hari || ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang