01. Langit Sendu

240 78 87
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Yogyakarta, 1998
Malam ini begitu ramai, baik itu suara lalu lalang kendaraan, atau sekedar percakapan dari beberapa orang yang lewat. Tidak kalah dengan bintang dan cantiknya rembulan yang menghiasi langit Jogja malam ini.

Rasanya ingin sekali dia tidur di taman belakang rumah yang cukup luas, tapi tidak terlalu luas juga. Tidur hanya dengan beralaskan tikar dengan tangan menjadi bantal.

Tapi itu tidak mungkin. Biru langsung membuyarkan angan-angannya tadi. Lalu ia segera mempercepat langkahnya untuk sampai ke rumah. Pasalnya tepat jam delapan malam ini, Biru baru selesai les.

Mungkin yang kalian pikir, Biru akan langsung istirahat setelahnya. Tapi Biru akan lanjut belajar sampai jam sepuluh nanti. Mungkin menurut kalian itu berlebihan.

Tapi bagi ayah Biru itu tidaklah cukup, jika Biru belum bisa mencapai peringkat pertama.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikum salam"

Biru baru saja mengucapkan salam yang langsung di jawab oleh sang kakak, Dipta.

Biru tahu kalau ayah maupun bundanya belum pulang, mereka kerja sampai lupa waktu. Bahkan anak-anak yang seharusnya mereka perhatikan malah kekurangan kasih sayang.

"Siniin tasnya, biar mas bawain. Biru pasti capek kan?" Dan hanya di balas dengan senyum di sertai anggukan dari Biru.

Sungguh, dengan pergerakan dan kalimat kakaknya tadi, hati Biru menghangat. Walau dia selalu merasa tidak di perhatikan oleh kedua orang tuanya, tapi Biru bersyukur mempunyai seorang kakak yang masih menganggapnya ada.

"Makan, setelah itu istirahat. Obatnya udah mas siapin di meja kamar."

"Mas bisa peluk Biru?" Tanpa basa-basi, dengan senyuman semanis madu itu, Dipta langsung membawa tubuh Biru dalam pelukannya, mengusap punggung Biru yang dirasa memiliki banyak beban.

"Makasih ya mas, udah selalu ada di samping Biru. Biru nggak tau lagi kalau nggak ada mas, gimana jadinya Biru."

Perlahan pelukan itu melonggar, terlihat tubuh biru mulai berlari menaiki tangga, sampai tubuh itu hilang di balik pintu kamarnya.

Terdengar suara klakson mobil dari arah luar, sudah di pastikan itu ayah. Tidak jarang ayah pulang malam, kebetulan ini cukup sore, biasanya ayah akan pulang jam sebelas malam. Dan bunda akan pulang tidak lama setelahnya.

"Ayah-"

"Dimana adikmu?" Tanya ayah dengan nada dingin tanpa ekspresi. Sudah dipastikan akan ada sesuatu yang sepertinya tidak enak untuk di dengar.

"Di kamar yah, baru pulang dia. Kenapa?"

"Kasih tau adik kamu besok jam lesnya di tambah sampai jam sembilan malam."

Mendapati bahwa pernyataan dari ayahnya itu tidak masuk akal, Dipta segera membantah ucapan dari ayahnya tadi.

"Ayah? Biru sudah les sampai jam delapan, setelahnya Biru juga belajar yah di rumah. Dia belajar sampai jam sepuluh malam. Dia nggak cukup tidur, Biru juga butuh istirahat yah."

BIRU TIDAK KUAT, AYAH - NA JAEMIN [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang