Happy Reading!!
Pagi itu Biru dan Dipta kembali beraktivitas seperti biasanya, tapi kau ini Biru di antar Dipta sekalian ia pergi ke toko. Mereka berangkat cukup pagi sekitar pukul 06.15, Dipta memberhentikan motornya tepat di depan gerbang sekolah. Lantas Biru turun dan langsung mencium punggung tangan Dipta, gini-gini kalau soal sopan santun tetap nomor satu.
“Nanti ke makam bunda sehabis Biru pulang sekolah ya mas.”
“Iya, nanti mas izin sama pak Broto dulu.”
Biru lalu berpamitan dan masuk dalam sekolah setelah mengucap salam, Dipta memandangi punggung adiknya itu sampai mengecil dan hilang di balik pintu kelasnya. Dipta kemudian melajukan motornya untuk segera pergi ke toko.
Sesampainya di toko, Dipta mengeluarkan beberapa pakaian untuk ia taruh di depan toko. Sambil menunggu ada yang mampir ke tokonya, Dipta sesekali berteriak untuk menarik para pembeli, seperti “Ayo pak, buk di lihat-lihat dulu.” Sampai sosok yang paling Dipta nanti-nanti itu datang, iya pak Broto. Dipta akan izin jika nanti sekitar pukul empat sore akan pergi ke makam bundanya.
“Pak, Dipta mau minta izin”
“Izin apa Ta?” saut cepat pak Broto.
“Nanti sore Dipta mau pergi ke makam bunda sama Biru, di bolehkan?” dan pak Broto hanya mengangguk sebagai jawaban.
Setelahnya tidak ada lagi percakapan di antara mereka, Dipta yang sibuk melayani pembeli dan pak Broto yang sedang mencatat penghasilan bulan ini. Toko begitu ramai, di tambah cuaca yang kebetulan sangat panas. Terlihat begitu banyak keringat yang menetes di wajah lelah itu, sesekali ia usap dengan kasar menggunakan punggung tangan atau lengan kaos pendeknya.
Sampai pak Broto kembali membuka suara “Ayahmu sudah ketemu, Ta?” Dipta yang saat itu tengah duduk sambil minum di depan toko pun tersentak kecil ketika pak Broto secara tiba-tiba menanyakan hal itu. “Belum pak, masih nyari” dan pak Broto hanya ber 'oh' kecil sebelum melontarkan kalimat berikutnya.
“Di cari terus ya Ta, jangan sampai gak di cari, jangan sampai gak ketemu. Se benci-bencinya kamu sama ayah kamu, dia tetap orang tua kamu, walau cara menyampaikan kasih sayangnya berbeda.” Entah apa yang di maksud pak Broto, Dipta terus mengiyakan begitu saja.
“Ya sudah, bapak masuk dulu.”
“Nggih, pak”
Sementara itu di sekolah Biru tengah piket hari ini bersama Wisnu, Biru bagian menghapus papan tulis dan Wisnu menyapu sekaligus membuang sampah.
“Ru, ini wes selesai. Ada lagi?”
“Udah selesai semua kok, bang”
Ngomong-ngomong Biru lebih muda 6 bulan dari Wisnu, jadi dari awal Biru memanggil Wisnu ‘Bang’. Sebenarnya dulu pas awal-awal masuk Biru memanggil Wisnu ‘Kak’ tapi karena Wisnu tidak nyaman, jadi Wisnu menyuruh Biru untuk memanggil ‘Bang’ saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU TIDAK KUAT, AYAH - NA JAEMIN [On Hold]
Random"Sudah Temaram. Kini di tulis sebuah Narasi tak beraturan oleh Biru. Kepada Ayah, Bunda dan mas Dipta." Bunda yang sudah lebih dulu mendahului kita, Ayah yang menjelaskan rasa kasih sayangnya lewat pukulan, dan mas Dipta yang selalu di sini menemani...