Yogyakarta, 12 Juni 1994
Mas, tadi pagi Biru nggak sengaja terdengar Bunda sama Ayah ngomong di meja makan waktu Biru mau turun. Bener ya mas, kalau Biru bukan adik kandung mas?, dalam kata lain... Biru cuma anak adopsi.
Biru sadar sama sikap ayah selama ini, pantes ayah selalu marahin Biru, mukul Biru. Ternyata memang Biru bukan bagian dari keluarga ini, Biru hanya punya nama, bukan dengan keluarga.
Tapi Biru tetap sayang kok sama ayah, sayang banget. Nggak pernah Biru benci ayah, sedikitpun. Walau ayah sering berlaku kasar, atau sampai main fisik sekalipun.
Biru harus sadar diri kan ya, Biru cuma tamu di keluarga ini. Jadi biru harus nurut sama ayah, harus bisa memenuhi ekspektasi ayah. Biru punya hutang di balik semua kerja keras ayah.
Biru janji bakal bisa jadi kebanggaan tersendiri buat ayah, bunda dan mas Dipta nantinya.
Tapi terkadang Biru lelah, Biru ingin sekali menyerah, tapi Biru kan kuat... Harus bisa membanggakan ayah dong.Iya kan mas? Dukung Biru terus ya... dimana pun, kapanpun, sekali kita sudah tidak bisa bertemu lagi.
Berat ya? Tapi harus janji, oke?.Biru sayang banget sama mas Dipta, ternyata benar ya. Rumah tidak selalu berbentuk bangunan.
Mas itu rumah biru, rumah paling nyaman yang Biru singgahi."Mas, kenapa ayah nggak pernah bangga sama hasil usaha Biru"
"Kenapa ayah selalu membandingkan Biru, Biru juga pengen di banggain bukan di bandingin"
"Tangan mas selalu terbuka buat kamu Biru, mau peluk kapanpun boleh"
"Mas mau egois kali ini, bertahan sedikit lagi ya"
°°°
"Biru udah nggak kuat lagi,
Biru lelah, demi apapun Biru nyerah..."
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU TIDAK KUAT, AYAH - NA JAEMIN [On Hold]
Diversos"Sudah Temaram. Kini di tulis sebuah Narasi tak beraturan oleh Biru. Kepada Ayah, Bunda dan mas Dipta." Bunda yang sudah lebih dulu mendahului kita, Ayah yang menjelaskan rasa kasih sayangnya lewat pukulan, dan mas Dipta yang selalu di sini menemani...