05. Cinta pertama yang Hilang

159 57 28
                                    

Happy Reading!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!!


“Bunda!! Ya Allah!!  Bunda—” histeris Dipta mendapati kaki bunda yang menggantung dengan tali yang menaut leher bunda. Ya bunda gantung diri, terlihat begitu putus asa di raut wajahnya.

Lalu Dipta mengambil satu kursi untuk ia naiki, agar bisa melepaskan tali dari leher bunda. Berharap masih ada napas yang keluar masuk, tapi itu nihil. Tubuh bunda sudah begitu pucat pasi, kakinya begitu dingin dan kuning. Lantas ia peluk tubuh kosong itu begitu erat,

“Bunda… bunda kenapa gini...” tangisan yang terdengar begitu pilu.

Dipta yang masih menangis terus memeluk bundanya itu, begitu histeris. Tak habis pikir jika bunda akan melakukan hal seperti ini, lalu dibalik tangisannya itu, Dipta teringat akan Biru yang sebelumnya dikurung ayah di dalam gudang. Lantas Dipta bergegas dan membaringkan tubuh bundanya dengan pelan.

Dipta pun mengacak-acak laci kamar, berusaha mencari kunci cadangan yang biasanya di simpan ayah di laci. Syukurlah... tak lama kunci itu ketemu, dengan cepat Dipta menuju gudang. “Ru…” tak kuasa menahan tangis, Dipta ambruk begitu saja di pelukan Biru, membuat Biru terkejut sekaligus bingung.

“Mas, kenapa? ada apa?.” tanya Biru dengan nada panik.

“Bunda Ru, bunda…” Dipta masih begitu histeris, hingga bicaranya pun tidak begitu jelas.

“Bunda? kenapa, ada apa dengan bunda mas?.”

“Bunda nggak ada Ru, bunda udah nggak ada..!” jawab Dipta frustasi.

Pandangan Biru kosong begitu saja, rasanya tubuhnya kini juga tanpa raga. Tubuh Biru ambruk, napasnya kini memburu tak beraturan. Melihat adiknya seperti itu, Dipta tentu semakin panik.

“Biru, Ru, tenang...” suara Dipta terdengar begitu panik, lebih panik daripada sebelumnya. huh...huh... napas Biru sudah tak beraturan, hampir saja ia kehilangan kesadaran jika saja Dipta tak menepuk-nepuk pipinya.

Bunda nang endi mas?.

“Di kamar Ru, Biru tenang dulu ya, tenang…”

Tanpa basa-basi, Biru langsung berjalan menuju kamar bunda. Biru terkejut, benar-benar terkejut melihat wajah bundanya yang sudah berubah menjadi pucat pasi dengan bekas merah di lehernya.

“Bunda…” rintihnya. Tubuh itu terduduk tepat di samping tubuh kosong bundanya, memeluknya erat begitu erat. Cairan bening yang sudah tak terbendung itu, membasahi wajahnya hingga raut putus asa terlihat begitu jelas.

“Aku mau ikut bunda, aku mau ikut bunda…” lalu Biru ambil tali bekas bunda, kemudian ia lilitkan di lehernya sendiri,

“BIRU?!!, MAU APA KAMU?!!.” sigap Dipta yang langsung melepaskan lilitan tali dari leher Biru.

“Sadar Ru!!.”

“Aku mau ikut bunda... Biru mau ikut bunda...”

“Biru, kamu ngomong apa sih.”

BIRU TIDAK KUAT, AYAH - NA JAEMIN [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang