Happy Reading.
BRAK!
"Aduh!"
"Jalan pakai mata."
"Jalan itu pakai kaki bukan pakai mata."
Yangyang jatuh secara tak etis di bawah lantai marmer tempat di mana ia harusnya mengantar pipinya, sebut saja Ten untuk menyapa kawan lamanya. Pemuda bersurai merah muda mencolok itu mengusap lututnya yang memerah. Ia menatap ke arah sepatu pemuda di depannya. Giginya bergesekan karena tindakan tak sopan pemuda ini hingga kepalanya mendongak menatap bagaimana pemuda tampan sedang menatapnya datar.
Bola mata coklat pemuda itu mendelik, nyaris bisa menggelinding menatap pemuda yang ia tebak seumuran dengannya sedang menjulang di hadapannya.
"Lo bisa berdiri atau perlu dipanggilin satpam buat bantu?"
"Eh.. eh... bisa kok!" Yangyang berdiri secepat mungkin. Bibirnya menyungging senyuman manis. Konon katanya berhasil meluluhkan beberapa pemuda yang mendekatinya. Pemuda itu mengulurkan tangan pada seseorang di depannya, wajah jutek dan sebalnya menghilang begitu saja diganti raut senang di sana.
"Ngapain?"
"Mau kenalan."
"Gak minat."
Yangyang melongo. Bibirnya terbuka membuat air liur menggenang seiring dengan kepergian Jaemin yang berjalan mengabaikan juga menjauhinya. Matanya mengerjap, ia tak menyangka jika face cardnya sudah decline sekarang.
"Ngeliatin apa?"
Yangyang menoleh ke arah Ten yang menatap sang anak sedang memandangi rumah milik sahabatnya.
"Tadi ada anak seumuran aku, Pip."
"Oh, Jaemin maksud kamu?"
"Namanya Jaemin?"
"Iya Jaemin namanya. Kenapa emang?" ujar Ten tak menaruh curiga pada si bungsu. Naasnya ia malah merasa bahwa putra bungsu kesayangan Johnny ini bertindak aneh dengan merangkul dirinya.
"Pipiii.... mau minta satu permintaan boleh?"
"Apa?"
"Mau nikah tapi sama Jaemin boleh ya?"
***
"Jaemin!!!"
Suara melengking itu datang dari tribun penonton yang hadir memeriahkan acara. Orang-orang di sekitarnya—yang umumnya adalah penonton tetap—tak perlu menoleh dua kali atau menatap aneh pada pemuda bersurai mencolok yang sedang menggoyangkan stick balon seukuran lengannya bertulis nama Jaemin di sana. Tak ada perlombaan di sana, hanya sekadar acara latihan dari klub renang yang kebetulan memiliki banyak peminat. Namun pemuda itu bertindak seolah-olah acara latihan itu adalah ajang perlombaan.
Ia melambaikan stick balon itu ke arah pemuda yang baru saja memunculkan wajahnya di balik air. Senyuman manis mengembang di wajahnya, mengekspresikan betapa bangganya ia pada kekasihnya yang baru saja memenangkan ajang latihan, seperti biasa.
Telinga Jaemin yang umumnya terlalu sering mendengar suara si pemuda itu hanya berjalan mengambil handuknya membuat teman sejawatnya menabrak bahunya pelan.
"Apa?"
"Pacar lo tuh," tunjuknya pada pemuda bersurai pirang yang duduk dengan seragam sekolah berbeda bersama satu orang temannya juga melambaikan balon bertulis nama Jaemin begitu bangga.
Seolah-olah Yangyang, oh ya, si manis bernama Yangyang itu ingin menunjukkan pada seantero sekolah bahwa Jaemin itu kekasihnya. Sehingga menipiskan populasi orang-orang yang sering mewarnai room chat pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGGAH
Fiksi PenggemarKalau pada akhirnya aku milih buat lepasin kamu, itu bukan karena aku nggak lagi mencintai kamu. Rasaku sama seperti pertama kali semesta menemukan. Rasaku masih sebesar saat kamu jadi milikku. Tapi aku sadar, sebesar apa pun usahaku untuk terus mil...