marah

116 10 0
                                    

SELAMAT MEMBACA SAYANG SAYANGKU



"Alen Alen , Alen tau GK tadi Jane jatuh di kantin"adu Jane sambil cemberut

"Lah kok bisa ada yang luka GK "tanya Alen khawatir

"Sikut Jane sakit tauk"jawab Jane sembari menunjukka sikutnya.

"Terus bekal Jane juga jatuh kebawah"

"iiihh jahat banget sih pasti 3 nenek lampir ya yang nyelakain Jane"tanya Alen  Jane mengangguk memberi jawaban mereka berjalan keluar gerbang.

"Jane pulang sama siapa"Jane menoleh ke samping saat mendengar pertanyaan Alen

"Jane di jemput sama ayah" jawab Jane girang . Alen menatap sendu ke arah Jane yang tersenyum riang ke arahnya. Alen sangat ingin papa menjemputnya tapi itu tidak akan pernah terjadi.

"Alen pulang naik apa"

"Alen naik angkot" jawab Alen

Jane menggukkan kepala

"Nanti Alen tanding sama naken .Alen harus menang"kata Jane serius. Alen hanya menganggukan Kepala . Ia ingin tanding jika di rumah tidak ada ke dua orang tuanya. Meski orang tuanya pulang Alen akan mengendap endap keluar dari rumahnya.

"Alen pulang sama Jane aja ya "ajak Jane ia menarik tangan Alen menuju ke arah mobil ayahnya.

"GK usah Alen naik bus aja "tolak Alen. Jane cemberut

"Ya udah Alen hati hati ya dadah Alen"Jane beranjak meninggalkan Alen sendiri . Alen melihat mobil Jane sampai tak tampak lagi .

Alen berjalan di pinggir jalan . Lagi lagi ia berbohong pada Jane . Alen pulang dengan jalan kaki ia tak punya uang untuk membayar uang ongkosnya. Sekolah ke rumahnya sedikit jauh mungkin ia akan berjalan selama 40 menit lamanya. Ia berharap orang tuanya tak pulang sore ia takut akan di marahi karena pulang telat . terkadang Alen ingin menjawab tapi ia tak berani.

Alen duduk sebentar di tempat duduk pinggir jalanan Alen menghela nafas gusar. Alen masih heran dengan tubuh nya ,hidung yang selalu mimisan apakah karena ia mengkonsumsi obat penenang . Tapi, jika ia berhenti meminum obat itu ia akan susah tidur bahkan kejang. Apakah ia harus memeriksakan dirinya ke dokter.

Huuh ia sangat lelah saat ini

Tes
Tes

Darah mengalir dari hidung Alen . Alen segera mengambil tissue di dalam tas dan menggulungnya untuk menutup hidung sebelah kirinya ia mendongak menatap matahari yang tertutup oleh awan. Ia mimisan lagi . Ia harus segera pulang . Alen berlari melewati gang sempit dimana gang itu kekuasaan milik musuhnya . Ia berdoa agar tidak bertemu dengan mereka .

Sesampainya di gerbang rumah Alen . Alen berjalan menuju pintu belakang ia tak berani melewati pintu depan jika menjelang petang saat ini ia telat pulang karena tak menaiki bus. Ia berharap orang tuanya belum datang.

Alen melewati dapur dan di dapati pembantu yang sedang memasak.

"Nak Alen udah pulang" dia adalah pembantu sekaligus pengasuh Alen waktu kecil. Dia yang selalu menemani Alen jika bersedih . Dia adalah bi Maya tapi Alen memanggilnya bunda .

Alen tersenyum dan memeluk bi Maya

"Iya Bun , bunda masak apa " tanya Alen

"Bunda masak opor "jawab Maya sambil mengaduk opor yang akan jadi.

"Alen ke kamar dulu ya bunda" ucap Alen meninggalkan Maya di dapur . Terkadang Maya tak habis pikir dengan tuan dan nyonya besar yang tak menganggap Alen sebagai anak. Maya selalu membawakan makanan pada Alen secara diam diam . Karena dia takut  Alen yang di marahi bukan Maya.

"JANE & ALEN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang